Selasa, 31 Desember 2013

2014 dalam Resolusi

Bintaro, 31 Desember 2013
Suasana hujan sendu di penghujung tahun


Banyak yang bilang resolusi itu bisa disusun kapan saja, tidak perlu menunggu akhir tahun untuk bisa disusun seperti yang sedang ngetrend saat ini. Saya tidak sepenuhnya sepakat dengan opini tersebut. Menurut saya kita perlu menentukan hari yang tepat dalam menuliskan resolusi kita agar secara periodik dapat kita evaluasi pencapaiannya. Bisa dikatakan sebagai tujuan hidup jangka pendek kita. Jika kita membuat resolusi setiap hari yaa bisa sih, tapi gimana cara mengukur pencapaiannya? Apalagi kalo resolusi itu hanya disusun di memori otak yang terbatas, tidak dituliskan. Sangat naif menurut saya. Idealnya menurut saya mengukur pencapaian itu sebaiknya secara periodik, bisa setengah tahunan atau tahunan. Kalo saya pribadi memilih mengukurnya secara tahunan sebagaimana seperti apa yang telah saya terapkan sejak tiga atau empat tahun yang lalu.

Terbukti, melalui pendekatan saya ini, hidup saya menjadi lebih terstruktur terutama dalam mencapai apa-apa saja yang ingin saya raih dalam satu tahun. Contoh nyatanya adalah ketika memasuki awal tahun 2013, saat itu saya membuat resolusi begini: "Saya ingin lulus DIV STAN, kembali ke kampus lagi, belajar dengan tekun dan meraih posisi teratas dalam jenjang akademik selama masa-masa awal perkuliahan." Pada saat saya menuliskan resolusi tersebut, kepastian dibukanya pendaftaran DIV STAN masih belum jelas, simpang siur. Namun saya yakin pendaftarannya pasti dibuka, dan saya harus lulus. Alhamdulillah, Allah memang Mahaadil. Berkat usaha keras dan doa saya bersama orang tua, saya bisa lulus di sana, dan meraih peringkat satu sejurusan persis seperti apa yang saya cita-citakan. Itulah pentingnya menuliskan resolusi, kawan. Kamu akan fokus dalam mengejarnya.

Jadi menurut saya menuliskan resolusi di setiap pergantian tahun masehi/hijriyah adalah hal yang positif dan perlu untuk dibudayakan. Untuk itulah, melalui post saya kali ini, saya ingin menuliskan resolusi hidup saya untuk tahun mendatang, 2014. Beberapa resolusi di sini adalah pengembangan dari resolusi tahun sebelumnya, dan sebagian lagi adalah resolusi baru yang ingin mulai saya tempuh di 2014. Tidak perlu berpanjang-panjang lagi, berikut adalah resolusi 2014 saya.

Aspek pribadi:
  • Saya ingin memperbaiki diri saya lebih baik lagi. Menjadi pribadi yang lebih ramah, santun, toleran, dan empati kepada sesama. Ini akan saya mulai dari sikap santun dan empati kepada teman-teman di sekitar, lalu mengupayakan untuk memperluas jangkauan tersebut. Harus saya akui ini adalah sebuah masalah yang pelik, sebab saya adalah seorang introvert sejati. Lebih senang sendiri dan cenderung tertutup. Namun saya harus bisa lepas dari semua itu. Dalam hal ini ada satu orang yang patut dijadikan teladan. Beliau adalah Pak Yond Rizal, mantan dosen saya di semester 7 kemarin. Beliau adalah seorang introvert juga, namun dalam kesehariannya beliau bisa menjelma sebagai seorang ekstrovert. Mungkin lebih tepatnya, extroverted introvert. Yah, saya harus bisa menjadi seperti beliau dalam satu tahun mendatang.
  • Sampai di penghujung tahun 2013 ini saya merasa masih sangat lemah dari sisi rohani. Saya adalah seorang muslim, namun rasanya masih sangat dangkal ilmu saya tentang Islam. Hafalan Qur'an pun masih seadanya saja. Di tahun 2014 mendatang, insya Allah saya akan mengejar ketertinggalan tersebut. Target awal saya adalah memulai membaca literatur-literatur tentang syariat Islam, sunnah-sunnah, serta memperbanyak hafalan Qur'an dan mengamalkannya dalam kehidupan saya. Ini sangat penting sebab saya akan membangun keluarga nantinya. Bagaimana bisa saya menjadi kepala keluarga yang andal jika pondasi agama saya sendiri masih lemah? Ini jelas tamparan bagi saya, tetapi saya percaya saya dapat berkembang dan mengejar ketertinggalan ini. Di samping itu, saya juga akan membiasakan shalat fardhu di masjid, puasa sunnah senin-kamis, serta membiasakan menunaikan shalat tahajjud di setiap malam. Mengenai hafalan Qur'an saya menargetkan diri saya telah hafal seluruh jus 30 dan surah Ar-Rahman tahun depan, insya Allah. 
  • Sifat saya yang cenderung boros dan sulit menarik garis antara kebutuhan dan keinginan adalah tantangan terbesar yang harus dapat saya atasi di tahun 2014 mendatang. Saya tidak ingin lagi hidup berfoya-foya. Saya ingin berkeluarga dan mendedikasikan hidup saya pada keluarga saya dan masyarakat. Untuk itu pola hidup sederhana harus kembali dicanangkan. Sebisa mungkin harus menghindari kebiasaan hedon yang saya sadari sangat buruk dampaknya bagi kondisi finansial saya. 
  • Membaca dan menulis saya pandang sebagai aktivitas yang penting dan saling melengkapi. Dengan banyak membaca saya menjadi bisa menulis dan dengan menulis saya menjadi bisa menyalurkan ide saya kepada khalayak sebagai bentuk aktualisasi diri saya. Untuk itu di tahun 2014 esok saya menargetkan diri saya untuk memperbanyak jumlah buku yang tamat dibaca setiap bulannya. Tahun 2013 kemarin saya dapat menyempatkan membaca 1-3 buku setiap bulannya, sehingga di tahun 2014 ini saya menargetkan 2-4 buku setiap bulannya. Ini penting karena saya menyadari bahwa buku/bacaan adalah jendela ilmu dan hanya dengan itulah kita dapat memperluas jangkauan cakrawala pengetahuan. Nah, di samping membaca, saya juga akan mempertajam kemampuan menulis saya. Melalui blog ini saya akan belajar menuliskan opini saya tentang kondisi-kondisi di sekitar saya, mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah, berita-berita yang berkembang, event-event tertentu, dan sebagainya. Di samping itu, saya juga akan mencoba menulis dalam bahasa Perancis sekedar untuk melatih diri agar kemampuan berbahasa Perancis saya tersebut tidak lenyap.
  • Kebugaran fisik saya pandang sebagai hal yang tak kalah pentingnnya. Untuk itu di tahun 2014 mendatang saya menantang diri saya untuk lebih rutin lagi berolah raga melatih kebugaran fisik saya. Jogging, renang, badminton, dan futsal adalah sarana-sarana yang dapat saya manfaatkan untuk mencapai resolusi ini. Di samping berolah raga, saya harus dapat mengendalikan pola makan saya. Saya harus sebisa mungkin menghindari junk food dan minuman bersoda. Porsi makan juga harus bisa dikendalikan, salah satunya dengan aktif berpuasa sunnah Senin-Kamis. Perbanyak minum air putih demi kesehatan ginjal dan organ tubuh secara keseluruhan. Kurangi kebiasaan begadang yang tidak perlu, jaga pola waktu tidur minimal 4 jam per hari apapun kondisinya.
  • Di tahun 2014 mendatang saya harus mengendalikan diri saya dengan lebih baik lagi. Salah satu bentuk pengendalian diri di sini adalah dengan menghindari penggunaan media sosial secara berlebihan seperti yang sudah-sudah. Saya akan lebih membatasi akses saya pada media sosial, terutama Twitter yang saya rasa lebih banyak mudhorat-nya daripada manfaatnya. Dengan demikian saya akan memiliki waktu lebih untuk peningkatan kapasitas saya sebagai seorang manusia yang berilmu. Dan satu lagi, saya ingin mengurangi sifat saya yang sering bersikap 'narsis' di depan orang-orang. Telah banyak teman yang mengkritisi sikap saya ini, dan saya patut mempertimbangkannya. Saya pikir kritik mereka ada benarnya dan saya harus berubah demi peningkatan nilai saya sebagai seorang insan.
  • Di akhir tahun 2014 saya merencanakan untuk menikah. Telah ada seorang wanita yang sangat menarik perhatian saya berkat keindahan hatinya dan kesucian agamanya. Tidak perlu saya sebutkan siapa nama wanita tersebut dan darimana asalnya. Yang jelas saya sangat menghormati dan menyayangi dia dan ingin menjadikannya pendamping hidup saya. Saya yakin dengan bersamanya saya dapat bertransformasi sedemikian rupa menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari siapa saya sekarang. 
Aspek sosial:
  • Keluarga adalah pendukung utama saya dalam hidup ini. Untuk itu di tahun 2014 mendatang saya ingin terus menjaga kedekatan saya dengan keluarga besar saya di Makassar. Saya ingin lebih aktif menghubungi mereka ketika saya sedang lowong, meski hanya sekedar mananyakan kabar. Terutama untuk mama dan bapak saya, mereka telah semakin renta. Saya harus makin pengertian kepada mereka dan menjadi pendengar yang baik terhadap perkataan mereka.
  • Di tahun 2014 saya akan memperbanyak teman dan memperluas jaringan saya, namun tentu dengan tetap mempertahan relasi-relasi yang telah terbangun sebelumnya. Saya yang sekarang cenderung sulit untuk berteman karena kepribadian saya yang tertutup, sebagaimana yang telah saya jelaskan di atas. Namun di tahun 2014 dan tahun-tahun setelahnya, saya harus berubah. Harus! Saya teringat dengan pesan mas Safatul tahun lalu, beliau menilai saya akan sempurna jika saya mampu membangun relasi dengan lebih baik lagi dan tidak menutup diri seperti kondisi saya sekarang. Untuk itu, pada tahun 2014 ini saya akan aktif berinteraksi dengan teman-teman sejawat dan rekan-rekan kerja serta lebih terbuka kepada sesama sebagaimana pesan mas Safatul tersebut.
  • Di samping kedua hal tersebut di atas, pada tahun 2014 mendatang saya ingin melihat diri saya aktif dalam memberikan infaq dan sedekah kepada sesama. Saya harus menyadari bahwa pada setiap keping harta saya terselip hak-hak mereka yang tidak mampu, untuk itu saya harus secara lebih aktif lagi berbagi kepada mereka semua.
Aspek karir dan pendidikan:
  • Dari aspek pendidikan, pada tahun 2014 saya masih akan menjalani semester 8 dan 9 di program DIV ini. Terkait hal tersebut, saya harus mampu mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi yang telah saya raih di semester 7 kemarin, yaitu menjadi yang terbaik se-jurusan. Kalau kemarin saya menjadi yang kedua se-angkatan, kalah dari Rifky Kusuma Wardana (Kika), maka pada tahun 2014 mendatang saya harus bisa menjadi yang terbaik se-angkatan. Namun demikian, saya harus tetap menjaga hati saya agar terhindar dari penyakit kesombongan yang menyesatkan. Saya harus menjaga hati saya untuk tetap tawaddhu sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah SAW.
  • Saya juga perlu mempersiapkan bahan untuk penyusunan skripsi saya. Saya bermimpi untuk menyusun skripsi yang apik dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan saya yang sekarang, ini mungkin akan sulit. Namun sekali lagi, saya yakin bisa belajar dengan baik, mengembangkan diri saya dan meraih target tersebut. 
  • Dari aspek karir, saya tidak ingin ketinggalan pengetahuan dan wawasan di bidang perpajakan selama mengikuti perkuliahan DIV ini. Untuk itu saya perlu mengaktualisasi diri saya untuk aktif membaca update aturan-aturan perpajakan terbaru demi menyamakan level saya dengan level teman-teman di kantor. Saya tidak boleh berdiam diri dan berpangku tangan. Saya tidak boleh nyaman berdiam di zona nyaman. Saya harus aktif belajar dan terus memacu diri demi kesuksesan karir saya di dunia, tentu dengan tidak melupakan akhirat saya.

Demikian resolusi hidup saya untuk tahun 2014. I do have a good feeling about starting this new year! Semoga apa yang saya rencanakan sesuai dengan perencanaan Allah SWT, sehingga dengan segenap usaha dan doa, saya dapat merealisasikan semuanya. Bismillahirrohmaanirrohim.



***

First Anniversary

Gak berasa yah, akhirnya per 29 Desember kemarin blog ini telah berusia genap satu tahun. SELAMAT! BON ANNIVERSAIRE! ^^ 

Dalam satu tahun ini begitu banyak kejadian berarti yang terjadi. Beberapa di antaranya sempat saya tuliskan di blog ini, dan beberapa yang lain tidak. Atas beberapa momen yang tidak sempat saya tuliskan tersebut, sungguh sangat disayangkan. Semoga di tahun keduanya, blog ini bisa menjadi lebih rame lagi dengan kisah dan cerita yang berisi setiap jengkal pengalaman saya dalam menjalani kehidupan.

Terkait dengan blog ini, impian saya ke depannya adalah semoga saya menjadi lebih aktif menuangkan pikiran saya dalam blog ini. Frankly, selama ini saya melulu hanya menumpahkan perasaan saya dalam sekelebat tulisan yang sudah barang tentu tidak ada gunanya bagi orang lain yang membacanya. Di kemudian hari, saya harus bertransformasi dan mulai menuangkan pendapat saya atas sesuatu yang selayaknya dapat berguna bagi para pembaca sekalian.

Demikian.

Minggu, 29 Desember 2013

From Bandung With Love

Bandung adalah kota yang indah dan sangat spesial buat saya. Ketika membaca anekdot orang-orang yang menerangkan bahwa Tuhan mungkin sedang tersenyum ketika menciptakan kota Bandung, saya tidak bisa menyangkalnya. Mungkin saja demikian. Well, saya sudah jatuh cinta dengan kota ini ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Orang-orangnya yang ramah, suasananya yang rindang, banyak tempat hiburan dan belanja, surganya kuliner Indonesia, semua itu membuat saya jatuh cinta pada Bandung. Itulah mengapa liburan natal dan tahun baru ini kuputuskan untuk menghabiskannya di Bandung.

Ah, senangnya! 
Dua hari kemarin sungguh sangat menyenangkan. Bandung tetap indah seperti yang kukenal. Keramaiannya, suasananya, semuanya! Senang sekali rasanya bisa berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung bersama dia yang saya sayangi. Yup, betul sekali. Kali ini saya tidak sendirian. Ada seseorang yang menemani saya selama di Bandung. Seseorang yang spesial. Well, sebenarnya bukan menemani sih. Mungkin lebih tepatnya, saya yang mengejarnya ke sini. :)

Jadi dia yang terlebih dulu memutuskan untuk menghabiskan awal masa liburan di rumah abangnya di Bandung. Pada hari Selasa malam, dia telah berangkat ke Bandung bersama adiknya. Sejak itu pula saya putuskan untuk berangkat menyusulnya ke Bandung. Lagipula, sudah cukup lama saya tidak mengunjungi kota kecintaan saya ini. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya putuskan untuk berangkat pada hari Jumat pagi. Menggunakan mobil Baraya Travel, saya pun menyusulnya ke Bandung pada pukul 7 pagi hari tersebut. Kala mentari baru saja bersinar di ufuk timur.

Saya tiba di Bandung pukul 10 pagi. Sesampainya di sana, saya putuskan untuk turun di Pasteur, berjalan-jalan sebentar di sekitar situ, lalu meminta teman lama saya yang berdomisili di Bandung untuk menjemput saya. Teman saya itu adalah Yulisa. Dia baik sekali. Di sela-sela kesibukannya, dia menyempatkan untuk menjemput saya dan mengantarkan saya ke tempat-tempat yang saya inginkan. Awalnya kami putuskan untuk makan di sekitaran Pasteur. Saat itulah kuterangkan maksud kedatanganku kali ini: "Mengejar cinta", dia pun tertawa -- memangnya lucu yah?, pikirku. 

Setelah makan, saya memintanya untuk mengantarku ke BIP, berputar-putar sebentar di sana, lalu melanjutkan perjalanan ke kumpulan FO (Factory Outlet) di jalan Riau. Setibanya di Jalan Riau inilah kami harus berpisah. Dia harus segera kembali ke kantornya. Saya ucapkan terimakasih, dan kami pun berpisah. Di sisa waktu yang ada, sebelum waktu shalat Jumat tiba, saya putuskan untuk mengunjungi beberapa FO langganan. Waktunya belanja! :)) 

Setelah puas berbelanja dan selesai shalat Jumat, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Saya akhirnya bertemu dengan 'dia' yang menjadi alasan saya ke kota ini. Saat itu dia datang bersama Heni, salah satu teman sekelas kami di DIV yang berdomisili di kawasan Antapani, Bandung. Akhirnya kami jalan bertiga menyusuri jalan kota Bandung yang cukup sepi hari itu. Senang sekali rasanya bisa melihatnya lagi. Rindu, ya, saya rindu dengannya. Namun pedulikah dia jika saya mengucap rindu? Mungkin tidak, mungkin iya.

Target pertama dari perjalanan kami bertiga adalah wisata kuliner Bandung yang terkenal, yaitu Batagor. Lumayan untuk mengisi perut yang keroncongan sejak pagi. Batagor Kingsley di jalan Veteran yang terkenal itu pun menjadi target utama kami. Sayang sekali, Batagor Kingsley saat itu sangat penuh. Target utama tidak terealisasi, akhirnya kami putuskan ke Batagor Riri yang tak kalah populernya. Batagor Riri ini letaknya di jalan Burangrang tepat sebelum lampu merah. Setibanya di sana, saya langsung saja memesan lima buah batagor dan tiga buah siomay serta semangkuk bakso sapi dan tiga buah teh botol. Harganya cukup mahal sih, tetapi karena sudah lapar, ya sudahlah. Kami pun menyantap semuanya dengan lahap sambil bercerita dan bercanda bertiga. Bahagia itu sederhana, kawan!

Dari Batagor Riri, kami bersama-sama memutuskan untuk melipir ke TSM (Trans Studio Mall). Terakhir saya ke sini adalah 7 tahun lalu, dan pada saat itu TSM masih bernama BSM (Bandung Super Mall). Banyak yang berubah dalam periode 7 tahun tersebut, tentu saja. Yang paling mengejutkan adalah disain interior foodcourt-nya yang menurutku sangat wah. Ini tidak pernah saya jumpai pada saat terakhir kali saya ke sini. Oke, singkat cerita, kami pun berangsur ke TSM XXI di lantai paling atas. Di sini kami bertiga ingin menonton film Indonesia yang lagi naik daun belakangan ini, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (TKVDW). Dia dan Heni memesan tiket sementara saya pergi membeli popcorn asin dan minuman untuk kami bertiga. Setelah persiapan selesai, kami pun masuk ke studio, menonton. Saya sungguh ingin bercerita banyak tentang film ini, tetapi tentu tidak di postingan saya kali ini. Intinya adalah film ini sangat recommended. Bagus sekali. Saya begitu menikmati waktu 2,5 jam di dalam studio menonton film tersebut dengan dia berada di sebelahku. Kami tertawa, sedih, dan menangis bersama-sama. Heni jadi pelengkap bersama popcorn yang nyaris tidak tersentuh. Dia sukanya popcorn manis rupanya, bukan popcorn asin.

Setelah nonton, saya singgah shalat sebentar, lalu setelah itu, kami keluar dari TSM dan bergerak ke kawasan dago untuk mencari sesuap nasi. Lapar cuy! Berdasarkan saran dari Yulisa, kami akhirnya menemukan warung makan bebek yang decent yang berlokasi di samping RS St. Borromeus, Dago. Warungnya ini kecil, tapi sumpah, rame banget! Karena sudah jauh-jauh ke sini, kami bertiga memutuskan untuk mengantri demi seporsi bebek goreng yang kelihatannya lezat. Sekitar 10 menitan kami menunggu, akhirnya kami dapat tempat juga. Saya pun segera memesan tiga porsi bebek goreng bagian dada dengan nasi dan tempe serta tiga gelas es teh manis. Tidak lama kami menunggu, pesanan pun tiba. Dari aromanya sih enak, pikirku saat itu. Tanpa pikir panjang, menu pesanan langsung saja kami lahap. Dalam diam kami sibuk menikmati bebek masing-masing. Menurutku sih rasa bebeknya biasa saja, tidak ada yang spesial. Sambalnya tidak ada pedes-pedesnya! Tau sendirilah apa nikmatnya makan bebek jika tidak ditemani dengan sambal yang maknyus. Namun, secara perbandingan relatif terhadap harga, yah lumayanlah. Mungkin karena itu makanya ramai dikunjungi. Untuk tiga porsi lengkap tersebut, saya hanya membayar 65 ribu rupiah. Murah, bukan?

Setelah perut terisi, kami putuskan untuk jalan-jalan sebentar di sepanjang jalan poros Dago. Di perjalanan kami menemukan sesuatu yang menarik minat kami. Itu adalah martabak San Fransisco. Kami pun mampir dan memesan satu porsi martabak manis rasa cokelat keju ukuran biasa. Sembari menunggu pesanan kami tukar menukar cerita tentang Bandung. Berbagai topik terangkat dalam cerita tersebut hingga tanpa terasa pesanan martabak manis kami pun jadi. Karena sudah larut, kami putuskan untuk melahap martabak tersebut di mobil saja. Jalanan sangat lengang pada saat itu. Di atas mobil kami melahap martabak sambil bercanda. Ditemani riak lampu mobil dan lampu jalan, aku senang kali ini dia suka dengan pesanan yang kubelikan untuknya. Dia suka makanan manis seperti ini, demikian kutulis dalam memoriku.

Tidak butuh lama hingga mobil Heni tiba di hotel tempat aku akan menginap. Hotel tersebut terletak di sepanjang Jalan Soekarno Hatta. Hotel Gothic namanya. Saya pun memesan kamar kelas deluxe untuk satu malam saja. Besok saya sudah harus kembali ke Jakarta. Setelah memesan dan melihat-lihat kamar sebentar di lantai 5 dekat balkon, saya pun mengantar mereka kembali ke mobil. Heni akan mengantar dia pulang ke rumah abangnya. Kami pun harus berpisah. Benar-benar ini adalah hari yang menyenangkan bersamanya. Banyak memori kami terukir di Bandung hari ini. Semoga besok kami masih sempat bertemu, meski hanya untuk sekedar makan siang.

Kuhabiskan malam pada hari itu di balkon menatap gemerlap lampu kota Bandung yang begitu syahdu. Indah dikelilingi kegelapan. Niatku belajar menjadi hanya sekedar niat. Di benak hanya terlintas dia dan kenangan kami seharian ini. Aku bahagia :')

***

Besoknya, setelah sarapan di hotel, saya membuka-buka buku sebentar. Belajar. Hingga tiba waktunya untuk check-out, aku putuskan untuk menghubunginya, mengajaknya makan siang di luar bersama-sama. Rasanya tidak tenang meninggalkan Bandung tanpa bertemu dengannya terlebih dahulu. Alhamdulillah pengharapanku menjadi nyata, dia setuju untuk menemaniku makan siang. Jadilah kami bertemu di Carrefour Soekarno Hatta tepat pukul dua belas siang. Dia hadir dengan untaian jilbab pasmina hitam yang tidak biasanya dia kenakan. Jujur saja, dia terlihat begitu anggun dengan balutan jilbab tersebut. Cantik. 

Setelah kami bertemu, kami pun memutuskan untuk makan siang di Pizza Hut. Berdua saja, kami menghabiskan waktu selama 2 jam di sana, bercanda, bertukar cerita, sembari menghabiskan loyang pizza medium di hadapan kami. Kami saling berbagi senyum pada setiap kisah hidup yang kami ceritakan ke satu sama lain. Bersamanya saya merasa utuh. Mungkin inilah yang dinamakan cinta? Entahlah. Yang terpenting adalah melalui momen ini saya bersyukur hubungan kami yang sempat awkward beberapa hari kemarin dapat mencair sedemikian rupa hingga menjadi sedekat ini sekarang. Kini saya tidak perlu lagi cemas akan kehilangannya, baik sebagai cinta maupun sebagai sahabat. :)


Kembali ke Jakarta saya membawa senyuman dan cinta yang membuncah di hati.
Bye-bye Bandung!

Senin, 23 Desember 2013

Cinta dan Sahabat

I'm so confused with myself these days. Penuh kesimpangsiuran, juga kegalauan. Apapun yang saya pikirkan tak bisa jauh-jauh dari dia (sorry, no mention). Pelik sekali. Ini dipersulit dengan fakta bahwa dia adalah sahabat dekatku. Friendzone, yes, di situlah masalahnya. Akhirnya untuk beberapa saat saya putuskan untuk menutup perasaanku rapat-rapat padanya. Biarlah saya dan Tuhan yang tahu, dia dan mereka tidak perlu tahu.
Satu bulan berlalu, dua bulan, tak terasa satu semester pun berlalu. Perasaanku padanya masih sukses ku rahasiakan pada siapa saja, juga beberapa orang sahabat terdekatku. Tidak ada yang tahu. Yup, memang saya adalah tipe orang yang sangat pandai menyembunyikan perasaan ketika saya menginginkannya. Satu semester berlalu dan semuanya berjalan lancar, hingga tiba suatu masa ketika saya terdorong untuk mengakhiri semua ini. Saya harus segera ngomong padanya. Harus!

Saya menjadi terdesak untuk menyatakan perasaanku padanya karena mengetahui dia mungkin sedang didekati oleh temanku sendiri. Saya pun menjadi semakin tidak tenang, sensitif yang berlebihan, dan jengah. Saya tidak mau kehilangan dia. Paling tidak saya ingin dia tahu kalau selama ini ada lelaki yang mencintainya. Setulus hatinya. Yeah, that's me. Tentu keputusanku ini telah kupikirkan matang-matang untuk segala konsekuensinya. Konsekuensi yang berat jelas menunggu di depan sana dan saya harus siap. I have to take the risk.

Akhirnya kutetapkan tanggal pertemuan kami. Berdua saja. Untukku menyatakan perasaan sayang kepadanya. Pada saat itu di sebuah tempat makan, di lantai dua, kami duduk berhadap-hadapan. Saat itulah saya menyatakan perasaanku yang sebenarnya kepadanya. Benar-benar di luar dugaan, saya akhirnya berhasil menyatakannya! Meskipun prosesnya tidak mudah dan tidak selancar yang saya harapkan, semuanya telah terjadi. Sesuatu yang awalnya saya pikir mustahil untuk dilakukan, kini telah terlaksana. Dan kini saya harus bersiap menerima konsekuensi dari semua ini. Persahabatan kami adalah taruhannya.

Saat itu saya memang ingin menyatakan perasaanku saja. Hanya sebatas itu, tidak sampai memintanya menjadi pasanganku. Well, kalian tahu sendiri kan, saya tidak ingin pacaran. Dan saya akan terus memegang prinsip itu. Saya ingin menjadikannya istriku, namun untuk saat ini saya belum siap, jujur saja. Tindakanku ini kuharap dapat memberiku tempat spesial di hatinya. "Semoga dia mengerti maksudku melakukan ini", ujarku dalam hati.

Pun begitu, reaksinya saat itu cukup mengherankan. Dia tidak menunjukkan reaksi kemarahan atau gejala jengkel padaku. Dia hanya tersenyum dan tertawa. Penuh misteri, saya menjadi semakin tidak mengerti. Bagaimana bisa dia tertawa sementara saya sedang berjuang menghadapi rasa grogi yang terus memaksa timbul di permukaan? Sudahlah, mungkin saja dia menganggap ini hal yang biasa. Namun di sisi lain, saya menjadi sedikit tenang dengan reaksinya itu. Saya tidak perlu lagi mengkhawatirkan konsekuensi besar yang mengancam persahabatan kami, pikirku.

***

Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat. Hubungan kami setelah kejadian itu menjadi sangat berbeda. Hambar, tidak ada senyuman maupun candaan. Sangat awkward. Apa yang saya cemaskan menjadi nyata. Kami tidak lagi seperti dulu. Dia berubah. Saya terus mencoba menghubunginya, menanyakan kabar, namun hanya dibalas sekedarnya. Dingin sekali. Saya sangat sedih pada keadaan hubungan kami saat itu.

Tidak tahan lagi, akhirnya kuputuskan untuk membicarakan ini dengan sahabat karibnya (yang tidak lain adalah sahabatku juga). Saya tidak perlu menceritakan segalanya dari awal sebab dia rupanya telah mengetahui apa yang telah terjadi. Saya pun meminta solusi padanya. Alhamdulillah dia itu sangat membantu dalam memberikan solusi tersebut. Dia meminta saya untuk tetap tenang dan sabar menunggu. "Segalanya akan cair dengan sendirinya", pesannya.

Menanggapi pesan sahabat saya tersebut, tidak banyak hal yang dapat saya lakukan. Saya hanya bisa menunggu sembari berharap hubungan kami akan membaik dengan sendirinya. Paling tidak untuk sekarang. Meski begitu, saya akan terus berdoa agar diberikan kemudahan untuk mendekati hatinya. Amin YRA.

Demikianlah kondisi hubungan kami saat ini, semoga ada perubahan yang nyata di masa depan. Saya tidak ingin kehilangan dirinya. Tidak sebagai cinta, pun sebagai seorang sahabat.


***

Minggu, 22 Desember 2013

Selamat Hari Ibu, Mamaku Terkasih

Hari ini, 22 Desember 2013, dikenal sebagai hari ibu sedunia. Untuk itu saya mengucapkan selamat kepada seluruh ibu-ibu di dunia ini yang telah berhasil menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anaknya, terutama kepada mamaku di rumah yang dengan seluruh daya dan upayanya, beliau membesarkan aku, mendidikku hingga tumbuh dan menjadi seperti sekarang ini.

Maka di hari yang spesial ini, saya ingin mengungkapkan rasa cinta dan kasihku pada mama.. :')

***

Mama..
Aku tak akan pernah lupa bagaimana engkau selalu berdoa untukku
Di sepertiga malam engkau bangun, bermunajat kepada Tuhan untuk kebaikanku
Bagaimana engkau selalu memberiku makan sementara engkau mungkin sedang lapar
Engkau terus mengutamakanku bak seorang raja
Cintamu yang tanpa syarat, aku tak akan pernah lupa!

Mama..
Sejak kecil aku belajar banyak darimu arti pengorbanan
Aku memahami arti kejujuran dan ketulusan darimu
Engkau adalah mutiara ilmu dalam setiap derap langkahku 
Berkilau cerah dalam riak alur hidupku yang tak menentu.
Engkaulah segalanya bagiku dan hari ku.

Mama, oh, mama..
Anakmu ini telah tumbuh dewasa sekarang
Dadaku telah bidang dan kini mampu menopangmu
Pundakku telah kuat untuk menggendongmu
Kini, engkaulah ratu dalam semestaku
Biarkan aku membalas segala jerih payahmu selama ini
Sebagai wujud ucapan terima kasihku
Atas kasih sayangmu yang sepanjang hayat

Mama.. 
Aku, anakmu, akan selalu mencintaimu dengan tulus
Akan selalu merawatmu di hari-hari tuamu
Mengasihimu, memanjakanmu, memelukmu, mendoakanmu
Tak akan pernah membiarkan luka menyentuhmu
Aku akan selalu ada untukmu

Mamaku sayang..
Hingga tiba saatnya nanti, ajal memisahkan kita
Aku tidak akan pernah berhenti berdoa pada Tuhan
Memohon pada-Nya agar jangan pernah menghukummu terhadap laku burukku
Memohon tempat yang nyaman untukmu di sisi-Nya
Sampai kita dapat bertemu kembali,
Di surga-Nya yang mahaindah.


***


Selamat hari ibu, mamaku terkasih.

***

Jumat, 20 Desember 2013

That Man [English] Lyrics

One man loves you
That man loves you wholeheartedly
He follows you around like a shadow everyday
That man cries as he laughs

Just How.. How much more do I have to gaze at you alone?
This love that came like the wind
This love like a beggar
If I continue this way, will you love me?

Just come a little nearer
A little more
If I take one step closer to you 
Then you will take two steps back
I who love you is next to you even now
That man cries..

That man's personality is very shy
So he learned how to laugh
That man's heart has many stories that he can't even tell his best friend
His heart is filled with scars

So that man,
You, he loved you
Because you were the same way
Yet another fool, yet another fool
Can't you hug me before you go?
I want to be loved, baby
Everyday in my heart
Just in my heart
I shout and that man is next to you even today

Do you know that that man is me?
You aren't doing this to me even though you know it?
You probably don't know because you're such a fool

Just How.. How much more do I have to gaze at you alone?
This love that came like the wind.
This love like a beggar.
If I continue this way, will you love me?
Just come a little nearer
A little more
If I take one step closer to you 
Then you will take two steps back
I who love you is next to you even now
That man cries..

***

That Man - Hyun Bin
OST Secret Garden

한 남자가 그대를 사랑합니다
han namjaga geudaereul saranghamnida
그 남자는 열심히 사랑합니다
geu namjaneun yeolshimi saranghamnida
매일 그림자처럼 그대를 따라다니며
maeil geurimjacheoreom geudaereul ddaradanimyeo
그 남자는 웃으며 울고있어요
geu namjaneun useumyeo ulgoisseoyeo

얼마나 얼마나 더 너를
eolmana eolmana deo neoreul
이렇게 바라만 보며 혼자
ireokae baraman bomyeo honja
이 바람같은 사랑 이 거지같은 사랑
i baramgateun sarang i geojigateun sarang
계속해야 니가 나를 사랑 하겠니
gyesokhaeya niga nareul sarang hagaetni

조금만 가까이 와 조금만
jogeumman gakkai wa jogeumman
한발 다가가면 두 발 도망가는
hanbal dagagamyeon doo bal domangganeun
널 사랑하는 난 지금도 옆에 있어
nul saranghaneun nan jigeumdo yeopae isseo
그 남잔 웁니다
geu namjan umnida

그 남자는 성격이 소심합니다
geu namjaneun sunggyeogi soshimhamnida
그래서 웃는 법을 배웠답니다
geuraeseo ootneun bubeul baewotdamnida
친한 친구에게도 못하는 얘기가 많은
chinhan chingooaegaedo motaneun yaegiga manheun
그 남자의 마음은 눈물투성이
geu namjaae maeumeun nunmultuseongi

그래서 그 남자는 그댈
geuraeseo geu namjaneun geudael
널 사랑 했데요 똑같아서
neol saranghaetdaeyo ddokattaseo
또 하나같은 바보 또 하나같은 바보
ddo hanagateun babo ddo hanagateun babo
한번 나를 안아주고 가면 안되요
hanbun nareul anajugo gamyeon ahndweyo

난 사랑받고 싶어 그대여
nan sarangbatgo shipeo geudaeyo
매일 속으로만 가슴 속으로만
maeil sogeuroman gaseum sogeuroman
소리를 지르며 그 여자는
sorireul jireumyeo geu yeojaneun
오늘도 그 옆에 있데요
oneuldo geu yeoppae eetdaeyo

그 남자가 나라는 걸 아나요
geu namjaga naraneum geol anayo
알면서도 이러는 건 아니죠
arlmyunseodo eereoneun geon anijyo
모를꺼야 그댄 바보니까
moreulggeoya geudaen babonikka

얼마나 얼마나 더 너를
eolmana eolmana deo neoreul
이렇게 바라만 보며 혼자
ireokae baraman bomyeo honja
이 바람같은 사랑 이 거지같은 사랑
i baramgateun sarang i geojigateun sarang
계속해야 니가 나를 사랑 하겠니
gyesokhaeya niga nareul sarang hagaetni

조금만 가까이 와 조금만
jogeumman gakkai wa jogeumman
한발 다가가면 두 발 도망가는
hanbal dagagamyeon doo bal domangganeun
널 사랑하는 난 지금도 옆에 있어
nul saranghaneun nan jigeumdo yeopae isseo
그 남잔 웁니다
geu namjan umnida



p.s.
Lirik yang sangat menyentuh,
mengingatkanku pada diriku sendiri..

:')

Rabu, 18 Desember 2013

Pada Kebebasan Alam

Hantaran suara angin dan gemericik air begitu pekat di telinga.
Rumput bersenandung, memecah kesunyian.
Laksana berbicara satu sama lain.
Menceritakan kita, manusia yang terkekang.

Di hadapanku api unggun menari-nari mempertontonkan kebebasan.
Asapnya mendung, hadirkan nuansa.
Bagai tak berbatas menembus kasta.
Manusia hanya bisa diam, terkekang.

Dari jauh kuperhatikan seratus semut saling menyapa.
Dengan khidmat dan sepenuh rasa hormat.
Sangat lepas mengikuti hasrat.
Semestaku indah, kupandang tak terkekang.

Lantas mengapa kita, manusia tak bisa demikian?
Membebaskan diri dari kekangan kelam?
Alih-alih diam dalam kesunyian.
Hanya bisa memandang datar.
Mengagumi kebebasan semesta!



***

Pos Perkemahan Pakis, Curug Cilember.

Senin, 16 Desember 2013

Buat Apa Berharap Surga?

Alkisah, tiga orang sedang menanti di pintu surga. Mereka adalah seorang pejuang, seorang bijak, dan seorang dermawan. Setelah melewati saringan yang cukup berat, sampailah mereka pada ujian yang terakhir. Ujian ini sangat penting dan amat menentukan sukses-tidaknya mereka dalam mencapai surga.
Orang pertama dipanggil. Ia berjalan dengan langkah yang gagah.
“Apa yang telah engkau lakukan di dunia?”, Tanya malaikat.
“Aku adalah pejuang yang gagah berani. Aku telah membebaskan negeriku dari cengkeraman penjajah.”
Anehnya, si malaikan sama sekali tidak terkesan.
“Mengapa engkau melakukan ini semua?”, Tanya malaikat penuh selidik.
“Aku ingin berjuang bagi banyak orang. Yang kucari adalah ridha Allah. Aku ingin mati syahid.”, jawab lelaki itu. Kali ini suaranya terdengar agak bergetar.
“Engkau bohong!”, kata malaikat tegas, “Sebenarnya engkau menginginkan namamu harum dan termasyhur. Engkau ingin disebut pahlawan yang gagah berani. Sekarang jawablah pertanyaanku, bukankah semua yang kau inginkan itu sudah kau dapatkan di dunia?”

Orang kedua dipanggil dan kepadanya diajukan pertanyaan yang sama.
“Aku adalah seorang bijak,” katanya, “Hidupku kuabdikan dengan memberikan motivasi dan pencerahan untuk orang banyak. Banyak orang yang telah berubah setelah mendengarkan kata-kataku.”
Namun malaikat sama sekali tak terkesan.
“Mengapa engkau melakukan semua ini?” tanyanya datar.
“Aku ingin mengabdikan hidupku di jalan Tuhan. Aku ingin semua orang berduyun-duyun ke arah kebaikan. Aku ingin mengubah nasib bangsaku.”
“Engkau bohong!”, kata si malaikat. Ia menatap tajam si orang bijak. Begitu tajamnya hingga si orang bijak pun akhirnya tertunduk.
“Engkau melakukan semua itu supaya orang-orang memanggilmu dengan sebutan orang bijak. Engkau ingin menjadi terkenal, ingin dielu-elukan. Engkau menginginkan kemasyhuran. Bukankah engkau sudah mendapatkan kekayaan dan pengaruh yang luar biasa? Bukankah apa yang engkau cari sudah kau dapatkan semua di dunia??

Akhirnya, tibalah giliran orang ketiga.
“Selama hidupku aku selalu membelanjakan hartaku untuk mereka yang membutuhkan. Aku rajin bersedekah. Aku melakukan ini semua karena aku sangat mengasihi orang lain.”
“Engkau bohong!”, ujar malaikat. “Semua itu kau lakukan agar engkau disebut dermawan. Bukankah semua yang kau cari itu telah kau dapatkan di dunia? Lantas apa lagi yang kau cari di surga?
Pembaca sekalian, pertanyaan manakah yang lebih penting: “Apa yang kita lakukan” atau “Mengapa kita melakukannya”?
Bagi orang lain, pertanyaan yang paling penting adalah “apa yang kita lakukan”, sementara bagi diri kita sendiri, pertanyaan yang terpenting adalah “Mengapa kita melakukannya”.

Coba renungkan sebentar paragraf di atas. Pertanyaan pertama berkaitan dengan tindakan, sementara pertanyaan kedua berkaitan dengan motivasi. Sebuah tindakan yang sama bisa saja dilatarbelakangi oleh motivasi dan niat yang berbeda. Namun bagi orang lain, terlepas dari apapun motivasinya, yang terpenting adalah apakah tindakan tersebut bermanfaat bagi orang banyak. Dalam hal ini tidak ada bedanya apakah kita menolong orang karena semata-mata ingin menolong maupun karena ingin dikenal dan dipuji. Hal yang terpenting adalah apa yang kita lakukan itu bermanfaat.
Bagaimanapun, bagi diri kita sendiri yang paling penting justru adalah motivasinya. Hanya motivasi yang benarlah yang membuat perbuatan kita bermakna. Hanya motivasi yang benarlah yang dapat membuat kita merasakan kebahagiaan sebagai akibat dari tindakan kita.
Di dunia ini berlaku hukum pertukaran. Tindakan apapun yang kita lakukan selalu menghasilkan pertukaran. Pertukaran tersebut senantiasa terjadi secara tepat. Apa yang kita berikan selalu akan kita terima kembali hingga semuanya menjadi impas.
Ketika kita menyumbang korban bencana dengan maksud menciptakan citra yang positif, kita akan mendapatkannya. Di sini pertukaran telah terjadi dengan seimbang. Materi bertukar dengan citra. Ketika berbicara di depan orang banyak untuk mendapatkan popularitas, kita juga akan mendapatkannya. Kita telah mencapai apa yang kita targetkan. Pertukaran yang seimbang telah terjadi, kali ini spiritualitas telah ditukarkan dengan popularitas.
Jadi semuanya sudah tuntas. Semua yang kita cari sudah kita dapatkan. Lantas buat masih mengharapkan surga?
Surga adalah sebuah konsep spiritualitas. Walaupuns sering digambarkan sebagai tempat yang indah dengan kebun-kebun yang segar, makanan yang enak, dan bidadari yang cantik, surga sebetulnya bukanlah sebuah konsep materi. Oleh karena itu, surga hanya dapat membukakan pintunya kepada manusia yang masih menyisakan pertukaran spiritualitas di dalam setiap tindakannya.
Bila semua tindakan kebaikan yang kita lakukan telah kita terima balasannya dalam bentuk materi, ketenaran, citra, pengaruh, dan sebagainya, saya kira tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk spiritualitas. Bukan begitu?
Tidak ada lagi “ruang rahasia” yang hanya diketahui oleh kita dan Tuhan. Semua ruangan telah menjadi ruangan publik. Padahal, hanya penyisaan ruangan bagi spiritualitas tersebutlah yang menghasilkan kebahagiaan dan surga pada akhirnya. 
Marilah kita lakukan sebuah kebaikan kepada seorang nenek tua di jalan. Berikan ia uang dalam jumlah yang agak besar dan perhatikan air matanya yang menetes. Mungkin nenek itu akan terpana, berterima kasih, serta mendoakan kita. Nikmati sajalah pengalaman itu Ini adalah sesuatu yang sangat spiritual, sesuatu yag hanya merupakan rahasia kita dan Tuhan.

Namun sering kali ada bisikan di hati untuk menceritakan kejadian yang mengharukan ini kepada orang lain. Kalau kita merasa keinginan tersebut begitu kuat, cobalah kita ikuti. Hal yang menarik, begitu kita selesai menceritakan hal tersebut, seketika itu juga kebahagiaan yang kita rasakan sebelumnya menghilang dan lenyap begitu saja. Ini bukan berarti bahwa kita tidak mendapatkan balasan apapun. Sama sekali tidak. Ini hanya menunjukkan bahwa balasan spiritual yang tadi kita rasakan telah berganti balasan materi. Kebahagiaan telah kita tukarkan dengan citra dan popularitas.

Kita telah menukarkan SURGA dengan DUNIA!!

***

Disadur dari Buku You Are Not Alone karangan Mas Arvan Pradiansyah.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.


Senin, 09 Desember 2013

Move-on

Sejak kandas di hubungan terdahulu, saya menjadi semakin pesimis pada cinta. Takut. Saya selalu merasa cinta hanyalah sebuah hukuman yang akan menyakiti pihak-pihak yang mencinta. Hanya dua jenis cinta yang saya yakini saat ini, cinta antara hamba dan Tuhannya serta cinta antara anak dan orangtuanya. Selebihnya adalah cinta yang menyesatkan dan menyakiti. Itulah yang kupercayai, paling tidak sampai saat ini..

Memang benar sejak putus dengan si mantan di pertengahan tahun 2010, saya tidak pernah lagi menjalani hubungan serius dengan wanita manapun. Yang ada hanyalah hubungan pertemanan atau persahabatan. Saya enggan untuk terlibat dalam percintaan lagi. Butuh waktu mungkin klasiknya. Tapi ya begitulah realitasnya, saya pesimis pada kebahagiaan yang konon katanya bisa hadir dari benih cinta. Akibatnya, selama lebih dari tiga tahun saya terus menghabiskan waktu sendirian, mencukupkan bahagiaku dan sedihku sendirian, tanpa ada yang tahu atau mau tahu. Bermain di wilayah aman, wilayah kesendirianku denganku.

Banyak yang bilang saya tidak bisa move-on. Hmm... Saya tidak sepenuhnya setuju dengan pernyataan itu. Saya bisa kok move-on. Saya bisa kok tidak memikirkan dia lagi. Meski awalnya susah, tapi sekarang saya sudah sepenuhnya move-on kok. Satu-satunya alasan mengapa saya masih sendiri adalah trauma. Itu saja. Saya menolak untuk menjalani hubungan bernama "pacaran". Pacaran itu hanya akan membawa pada kehancuran, itu yang kuyakini. Saya mencari hubungan yang serius dengan wanita yang kupandang tepat. Kalaupun saya masih sendiri saat ini, itu karena saya terus berusaha mencari "dia" yang ditakdirkan sebagai jodohku di masa depan. Dan ini adalah bagian tersulit. Mencari "dia" yang benar-benar tepat untukku inilah sebuah riddle yang sampai saat ini masih berusaha untuk kupecahkan.

Siapapun dia, saya yakin dialah yang terbaik buatku. Mungkin, saya hanya perlu bersabar beberapa tahun lagi, hingga tiba saatnya saya dan dia dipertemukan...


***

Minggu, 08 Desember 2013

Dalam Sebuah Role-Play

Tiga hari yang lalu, yaitu Kamis, 5 Desember 2013 adalah hari yang sangat meriah. Bagaimana tidak, di hari ini untuk pertama kalinya gue memerankan WANITA dalam sebuah role-play drama kelas. Penasaran dengan ceritanya? :)

Jadi begini...

Pada mata kuliah Kepemimpinan dan Negosiasi kami sekelas didaulat untuk menyajikan presentasi bertema "Transformational Leadership"  untuk dikemas sekreatif mungkin bagi setiap grup. Satu kelas dibagi ke dalam 5 grup yang masing-masing terdiri dari 6 orang. Kami sekelas diberi waktu untuk mempersiapkan presentasi selama satu minggu penuh. 

Penentuan grup/kelompok dilakukan secara random. Daaan.. Orang-orang beruntung yang bakal sekelompok denganku adalaah.... Yanti, Rizal, Muwardhani Wahyu, Adi, dan Arief. Kami berenam pun mulai berkumpul untuk menentukan akan dikemas seperti apa presentasi kelompok kami. Berbagai ide kreatif pun bermunculan, mulai dari drama singkat sampai acara talkshow. Pada akhirnya kami memutuskan untuk mengemas presentasi dalam sebuah talkshow singkat yang kami sebut sebagai "JustAdi". Sesuai dengan namanya, konsep talkshow kami terinspirasi dari acara Just Alvin di salah satu stasiun tv swasta. Konsep acaranya adalah pada Just Adi tersebut akan dihadirkan empat tamu kehormatan yang keempat-empatnya adalah pemimpin inspirasional di berbagai bidang. Untuk keempat pemimpin yang kami pilih adalah Jokowi, Nelson Mandela, Lailly Prihatiningtyas, dan Ibu Sri Mulyani Indrawati. Keempat figur tersebut akan diperankan oleh empat orang anggota kelompok kami, dan dua yang lain akan berperan sebagai Adi (Alvin) dan rekan MC Adi. Beginilah keputusannya:
- Adi dan Yanti berperan sebagai MC dan rekan MC;
- Rizal sebagai Jokowi;
- Arief sebagai Nelson Mandela;
- Wahyu sebagai Lailly Prihatiningtyas; dan
- Gue sebagai Ibu Sri Mulyani Indrawati (Joss!)

Yup, saya didaulat untuk memerankan figur Bu Ani (panggilan Bu Sri Mulyani Indrwati) oleh teman-teman kelompok. Tujuannya sih agar memberi kejutan kepada dosen dan teman-teman sekelas. Saya pun manut. Selanjutnya kami mulai membuat script daftar pertanyaan dan jawaban pada acara talkshow tersebut, dan mulai latihan setiap malamnya sampai hari H tiba. 

-Hari H-
Ruangan i204
Kamis, 5 Desember 2013.
11.05 WIB.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami didaulat sebagai kelompok pertama yang mempresentasikan materi presentasi kami. Kami pun bersiap-siap. Saya sangat deg-degan di sini, mengingat peran yang akan saya tampilkan sangat tidak biasa. Lelaki tulen nan kekar seperti saya harus memerankan sosok wanita seperti Ibu Ani, mantan Menteri Keuangan RI yang tegas tapi elegan dalam setiap penampilannya. Tapi saya mencoba untuk tetap kalem dengan mengingat-ingat hasil jerih payah saya menyaksikan setiap video wawancara Bu Ani di Youtube demi mempertajam kemiripan karakterku dengan Bu Ani.

Sementara acara Talkshow yang kami sajikan berjalan, saya meminta izin keluar kelas untuk berganti pakaian dan didandani sekedarnya. Ngomong-ngomong ini adalah pertama kalinya saya didandani. Oleh seorang wanita pula! Hahahah. Pipiku diberi blush on dan bibirku diberi lipstick. Betul-betul konyol XD Lalu, mengenai pakaian, saya memilih menggunakan stelan jas abu-abu dengan kaos berleher rendah di dalamnya. Setelah dandanan dan pakaian siap saya pun masuk ke kelas. Dalam sekejab teman-teman bereaksi begitu terkejut melihat dandanan saya. Mereka semua sontak tertawa dan memberikan applause meriah. Saya pun semakin pede memerankan figur Bu Ani dalam talkshow tersebut. Saya menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan script dan pada beberapa kesempatan menambahkan jokes segar untuk menghibur dosen dan penonton. Tak lupa kusisipkan gesture dan gimmick "wanita" di sepanjang acara talkshow tersebut. Dosen dan teman-teman kelas sontak tertawa terbahak-bahak menyaksikan aksiku ini dan saya pikir, mungkin saya berhasil. :)

Secara tim, saya puas dengan apa yang telah kami tampilkan dalam kemasan talkshow JustAdi tersebut. Figur pemimpin yang kami tampilkan adalah figur pemimpin yang inspiratif dalam berbagai hal dan mampu membawa perubahan besar pada organisasi yang dipimpinnya.

Secara individu, saya puas dengan usaha yang telah saya lakukan demi kesempurnaan peran yang saya sajikan. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memerankan Bu Ani dengan maksimal, dan alhamdulillah beberapa teman mengakui saya cukup sukses memerankan beliau. Bahkan pak dosen pun, Pak Sudirman Said, terus mengungkapkan kesuksesan saya memerankan Bu Ani :')

Dari sini dapat saya pahami satu hal yang lagi-lagi terbukti kebenarannya: when you really want something, all the universe will conspire to help you achieve it. Ketika kamu sangat menginginkan sesuatu, seluruh semesta akan berkonspirasi untuk membantumu meraihnya. Saya bisa memerankan Bu Ani dengan baik, karena saya percaya saya pasti bisa. Di kesempatan selanjutnya saya akan terus berkembang dan akan menyajikan kegilaan-kegilaan lain yang tak kalah meriahnya :))



***

Foto:





I met her again

Hari ini rasanya bahagia sekali. Pemicu utamanya adalah sebuah pertemuan dengan seseorang yang pernah begitu spesial di hati. Pertemuan itu berlangsung begitu lama, sejak pukul setengah empat sampai pukul enam sore. Begitu banyak topik pembicaraan yang muncul dan tenggelam dalam perbincangan kami. Canda dan tawa mengisi di setiap topik pembicaraan. Aku sangat senang melihatnya sebahagia ini. :')

Sedikit mundur ke belakang, kami pernah berbincang lama nan mengasyikkan seperti ini pada waktu tepat setelah pengumuman kelulusan D4-ku keluar. Pada saat itu kami berbincang lama di sebuah tenda di depan kostan-nya pada malam hari. Hatiku berdebar kencang pada saat itu. Merasakan kebahagiaan yang entah darimana asalnya. Namun sejak saat itu, tak pernah lagi kami bertemu dan berbincang lama seperti apa yang sore tadi terjadi. Di tengah hujan yang lebat, kami saling bertukar cerita dan pengalaman. Rasa lucu, sedih, ironi, senang, bahagia, semuanya hadir di sana. Momen yang sangat tepat. Tepat setelah pengumuman kelulusan D4-nya keluar.

Satu tahun lalu aku pernah merasakan kebahagiaan ini, dan sore tadi kurasakan lagi.

:')