Rabu, 31 Desember 2014

Catatan Akhir 2014

Dalam hitungan jam tahun 2014 akan berakhir. Ada banyak sekali cita-cita yang saya harapkan tercapai tahun ini, namun tampaknya belum dapat saya capai sehingga mau tidak mau tertunda ke tahun-tahun berikutnya. Ini menyedihkan tentu saja. Namun demikian, ada juga beberapa hal positif yang tidak terduga sama sekali yang terjadi di tahun ini. Baiklah, mari kita mulai review tahun 2014 ini, semoga dapat menjadi bahan evaluasi untuk diperbaiki di tahun-tahun berikutnya.

Dari aspek pengembangan diri baik jasmani maupun rohani tidak begitu banyak peningkatan seperti apa yang saya harapkan. Keimanan dan ketaqwaan saya begini-begini saja. Jalan di tempat. Tidak banyak berubah. Kualitas ibadah saya juga masih belum konsisten. Secara pribadi saya sangat kecewa dengan ini. Saya harus menyiapkan terobosan untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah saya untuk pembangunan.

Saya juga masih buruk dalam mengelola keuangan. Beberapa hal yang bukan kebutuhan tetap saja dibeli, padahal saya sadar itu tidak penting. Saya semakin malas membaca, juga menulis. Terlalu banyak waktu yang habis untuk media sosial. Terlalu banyak waktu terbuang percuma dengan bermain game. Astaga, tanpa sadar tahun 2014 berlalu hanya dengan hal-hal tidak penting itu!

Kemudian beralih pada beberapa pencapaian positif, saya senang tahun ini saya mempunyai kesempatan untuk mengikuti lomba-lomba di bidang akuntansi dan perpajakan. Alhamdulillah saya dan teman-teman mampu meraih prestasi tertinggi di lomba akuntansi CPA Australia 2014, Simposium Karya Tulis IAI, Tax Championship Trisakti 2014, dan Trisakti Economic and Business Fair & Competition 2014. Adalah suatu kehormata bagi saya untuk bisa berkompetisi bersama Rahmad Karim Harahap, Fauziah Noor, dan Rifky Kusuma Wardana. 

Pencapaian positif lainnya ialah saya memperoleh banyak kesempatan untuk menyalurkan ilmu saya kepada teman-teman yang membutuhkan. Ada beberapa kesempatan untuk mengajar privat akuntansi dasar dan menengah kepada adik-adik kelas di STAN dan di Binus University. Kesempatan ini sangat berharga bagi saya, sekaligus sangat menantang. Saya juga pada akhirnya bergabung dengan Pusat Kajian Akuntansi dan Kebijakan Publik STAN di divisi riset. Di sini saya berencana untuk membantu membangun kembali divisi riset STAN untuk bisa aktif dalam membuat karya tulis ilmiah di bidang akuntansi dan kebijakan publik. Semoga tahun depan bisa terlaksana dengan lebih intens.

Last but not least, alhamdulillah rumah yang kami bangun dari nol di awal tahun dapat rampung 80% tahun ini. Sekarang rumah tersebut sudah dua tingkat dan sudah dapat ditempati oleh orang tua dan adik-adik saya. Awal tahun depan insya Allah rumah ini akan rampung seluruhnya. Doakan ya teman-teman....

Tahun 2015 mendatang saya telah mencatat beberapa resolusi yang ingin dicapai. Resolusi paling besar yang akan saya raih ialah menyelesaikan D4 dengan baik, lalu mendapatkan penempatan sesuai dengan apa yang saya bersama keluarga saya harapkan. Aamiin.. Perjuangan di kampus ini sedikit lagi berakhir. Tidak sepantasnya saya berleha-leha dan berpangku tangan! Semangat kawan!

Selasa, 16 Desember 2014

Tentang 15 Desember 2014

Huah.. Lama sekali rasanya tidak bercerita di sini. Satu bulan? Dua bulan? Wah, tiga bulan! Waktu benar-benar berjalan dengan amat cepat. Tidak akan pernah menunggu kau yang tetap berada di keraguan! 

Baiklah, tanpa berpanjang lebar. Kali ini aku mau cerita tentang kejadian luar biasa yang terjadi kemarin. Penasaran? Begini ceritanya...

***

Kemarin, tepat 15 Desember 2014, adalah hari yang penuh kebahagiaan. Kebahagiaan yang terjadi akibat pertemuan dari rasa sayangku dan rasa sayangnya selama berbulan-bulan kami saling mengenal. Rasa ku yang terpendam selama ini akhirnya berbalas. Keputusan untuk menjalin komitmen hubungan pun kutempuh. Kami tempuh. Rasanya, kejadian ini tidak boleh terlewatkan untuk tidak ditumpahkan dalam blog ini. 

Honestly, hubungan semacam ini sudah lama sekali tidak kujalani. Terakhir menjalani hubungan semacam ini adalah April 2010. Dan sekarang sudah Desember 2014. Tentu saja, ada berbagai rasa cemas di batin ini. Cemas akan mengulang kesalahan yang sama, cemas akan ujung berupa kegagalan. Tapi, temanku pernah berkata, kau tidak memulai hubungan dengan memikirkan akhir dari hubungan itu. Jalani saja, cherish every moment, niscaya hubungan itu akan baik-baik saja. Intinya, don't overthink things!

Tentu readers penasaran siapakah perempuan yang (tidak) beruntung ini? Masalah itu kita ungkap di postingan lainnya ya.. He-he. Sedikit bocoran, perempuan yang satu ini berbeda dengan perempuan lain pada umumnya. Mungkin karena itulah aku tertarik padanya. Hmm.. Tidak sampai di situ saja, dia ini unik. Benar-benar one of a kind. Sampai sekarang aku masih bingung, kok bisa ya kejadian sama dia. Ha-ha. 
(Oops.. She must be upset after reading this :p)

Whatever, yang terpenting ialah hidupku menjadi jauh lebih berwarna kini. Setiap hari dipenuhi senyuman dan tawa. Tidak ada lagi raut cemberut bias kurangnya kasih sayang. Hari-hari ke depan pun akan lucu kembali. :')

Sebelum membuat dosa terlalu banyak, ini dulu ya guys. Sampai jumpa di postingan selanjutnya. :D




p.s.
Buat para pria single bermartabat di luar sana, semangat berjuang!
Gw cabut deluan ya.. Wkwk :p

Jumat, 05 September 2014

Kuliah Terakhir!

Lama sekali rasanya tidak bercerita di sini. Kesibukan ini dan itu lagi-lagi menjadi pembenaran kali ini. Hmm, tapi kali ini saya tidak bisa mengelak lagi. Kemalasan demi kemalasan, dan sedikit kejenuhan yang menjadi penyebabnya. Semester sembilan di Diploma IV STAN tidak begitu sibuk sebenarnya. Ada begitu banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk menulis ini dan itu. Namun yaah, entah mengapa motivasi untuk menulis kalah telak sama motivasi untuk membaca dan melakukan hobi-hobi lainnya. :))

Well, cukup basa-basinya.

Di postingan ini saya mau cerita tentang gambaran singkat masa-masa perkuliahan saya di semester sembilan ini. Awal semester saya bergabung dengan kelas 9A Reguler. Hanya tiga orang dari kelas 8D Reguler yang masuk ke kelas ini: saya, Reni, dan Heni. Pendeknya, saya masuk ke lingkungan yang cukup asing. Bertemu dan berkenalan dengan orang-orang yang baru membuat saya semakin bersemangat! 

Seiring berjalannya waktu, saya sedikit demi sedikit mengenali teman-teman kelas saya yang baru. Orang-orangnya asyik-asyik dan suportif. Selama satu semester kami berbagi suka dan tawa. Meski harus saya akui, kelas yang baru ini tetap tidak bisa membuatku moved-on dari kelas yang dulu. Tetap saja, ketika mau nongkrong atau main, mainnya ya sama teman-teman dari kelas yang lama. Hanya sekali sekali saja saya berkumpul (di luar kelas) untuk main bersama teman-teman kelas yang baru. This is weird, I know

Hari demi hari berlalu, dan tibalah saya di hari ini. Hari terakhir kuliah di semester 9. Hari terakhir kami berkumpul dalam satu kelas yang sama mendengarkan perkuliahan yang dibawakan oleh dosen. Kebetulan mata kuliah penutup semester ini adalah Seminar Perpajakan yang diajarkan oleh Pak Amin Subiyakto. Hati saya sedih bercampur senang, jujur saja. Di sisi lain saya sedih karena ini adalah kuliah terakhir, tentu saja. Tidak ada lagi kelas-kelas untuk dihadiri, yang ada adalah masa-masa bimbingan skripsi bersama dosen pembimbing di semester depan. *eww* Sementara itu, saya juga senang plus excited karena tidak lama lagi, kurang dari satu tahun lagi, saya akan kembali ke dunia kerja, membangun karir, mencari pengalaman baru, dan menikah, insya ALLAH. Yeah, yang terakhir itu tentu yang paling ditunggu-tunggu. Hehehehe

Dan........
*jengjengjeng*
Hari Senin esok, kami akan menempuh Ujian Akhir Semester kami yang terakhir di sesi Diploma IV ini. Besar harapan saya untuk dapat melakukan yang terbaik pada ujian ini. Semoga saya diberi kesehatan dan kesempatan untuk mengakhirinya dengan indah sebagaimana awalnya yang pernah indah.

Wish me luck, guys. :)

Senin, 23 Juni 2014

2nd Winner At Lomba Karya Tulis Simposium Kreasi dan Inovasi Mahasiswa Tingkat Nasional

Saya, Rahmad Karim Harahap (Acim), dan Fauziah Noor (Ziah) kembali dipertemukan pada suatu ajang perlombaan yang digelar oleh Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Ajang ini bertajuk: Lomba Karya Tulis Simposium Kreasi dan Inovasi Mahasiswa Tingkat Nasional. Sesuai dengan judulnya, pada perlombaan ini diharapkan setiap mahasiswa mengirimkan karya tulisnya yang berisi ide-ide baru yang orisinil di bidang yang dipilih. Kebetulan, pada lomba kali ini bidang yang dipilih adalah Akuntansi Pemerintahan. Maksud diadakannya lomba ini ialah untuk memberikan masukan bagi IAI KASP untuk pengembangan dan perbaikan Standar Akuntansi Pemerintahan. 

Kabar mengenai keberadaan lomba ini sendiri baru kami ketahui H-3 sebelum jadwal batas akhir pengiriman karya tulis yang dipersyaratkan (3 Juni 2014). Dengan modal 'nekat' akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti perlombaan tersebut. Melalui satu meeting singkat di Warkop Mamat, tempat kami biasanya berkumpul, kami merundingkan tema apa yang akan kami ambil. Berbagai tema mencuat saat itu. Mulai dari beberapa koreksi ringan dari PP 71/2010, akuntansi aset tetap, penganggaran berbasis akrual, sampai pada konsep kapitalisasi kontrak ikatan dinas. Awalnya kami sempat bingung akan mengambil tema apa, namun dengan diskusi yang alot dan cukup panjang, akhirnya kami memutuskan mengambil tema kapitalisasi kontrak ikatan dinas. Tema yang sebenarnya merupakan pengembangan ide dari Acim ini kami ambil dengan mempertimbangkan nilai orisinalitas dari tema tersebut. Judul yang kami pilih untuk karya tulis kami ini ialah Kapitalisasi Kontrak Ikatan Dinas Sebagai Aset Tak Berwujud Guna Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah.

Jadilah kami mulai mengerjakan pembagian tugas kami masing-masing. Waktu pengerjaan ini maksimal satu hari. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Seluruh daya, upaya, kreativitas, ide, gagasan, intuisi harus kami paket menjadi satu dalam wujud karya tulis yang akan dikirimkan ke IAI tanggal 3 Juni 2014. Dengan bersusah payah, akhirnya kerjaan masing-masing bisa kelar pada waktu yang ditentukan. Kami pun memutuskan untuk kumpul lagi di St.Lawson depan kampus STAN pada hari minggu malam untuk rekonsiliasi pekerjaan kami masing-masing. Proses rekon ini pun tidak bisa dibilang mudah. Masing-masing dari kami meminta masukan dari yang lain untuk hal-hal yang tidak ketahui. Demikian seterusnya, hingga akhirnya wujud dari karya tulis kami mulai tampak jelas. Sampai tengah malam kami di sana, berjuang, hingga akhirnya semuanya selesai dan siap dikirimkan. Kami pun pulang lalu beristirahat. Hari senin besok akan menjadi hari yang sangat, sangat sibuk. 

Kesibukan yang digadang-gadang hari senin pun menjadi nyata. Kami harus mengurus persyaratan administrasi ke kampus berupa Surat Keterangan Mahasiswa, selain itu kami juga harus melampirkan nama dosen pembimbing kami. Persyaratan pertama alhamdulillah bisa diselesaikan. Nah permasalahan yang kedua ini yang sulit. Bagaimana tidak? Mayoritas dosen pembimbing yang kami perkirakan akan tertarik menangani ini ternyata sulit ditemui, berhalangan, bahkan ada menolak karena kesibukannya. Sampai sore kami menunggu kepastian dosen pembimbing ini, namun hasilnya nihil. Padahal besok adalah batas akhir pengiriman karya tulis ini. Hmm... Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak saya. Saya menghubungi salah satu dosen di bidang Akuntansi Pemerintahan yang saya favoritkan. Melobi dengan alasan ini-itu, hingga akhirnya bapaknya mau dan bersedia menjadi "dosen pembimbing" kami. Beliau adalah Bapak Budi Mulyana. Dengan berbekal pengetahuan beliau yang luar biasa di bidang Akuntansi Pemerintahan, beliau memberikan begitu banyak saran untuk pengembangan karya tulis ini. Terakhir, beliau menitipkan doa dan harapan, semoga karya tulis tersebut bisa menjadi juara I dalam ajang simposium ini.

Demikianlah proses yang kami tempuh hingga akhirnya kami pun mengirimkan karya tulis tersebut sebelum batas akhir yang ditentukan. Benar-benar on-time!!  Tapi tak mengapa, menurut saya, apa yang telah kami lakukan dalam tiga hari ini adalah hal yang tidak masuk di akal. Setelah mengirimkan karya tulis tersebut, kami perlu menunggu lagi sampai tanggal 9 Juni 2014 untuk pengumuman karya tulis mana yang layak untuk dipresentasikan di babak final di Yogyakarta. Babak final sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2014. Kalau kami lolos, itu artinya kami harus segera terbang ke Yogyakarta pada saat itu. Ini menjadi rumit karena masa-masa Ujian Tengah Semester/Ujian Akhir Semester akan dimulai pada tanggal 16 Juni. Hmm...

***

Seminggu pun berlalu. Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sayang sekali pengumuman yang ditunggu-tunggu ternyata tidak diumumkan sesuai tanggal yang dijanjikan. Ini membuat kami cemas tentu saja. Kami mencoba menghubungi panitia dan panitia mengonfirmasi bahwasanya memang pengumuman belum dirilis ke peserta. Kami diminta untuk bersabar menunggu email pengumuman dari panitia. Email tersebut akhirnya sampai keesokan harinya. Alhamdulillah karya tulis kami termasuk dalam sembilan karya tulis lain yang diundang ke Yogyakarta. Di antara kesembilan finalis tersebut dua di antaranya berasal dari Universitas Gajah Mada. Ah, senang dan bangga sekali rasanya. :')

Permasalahan selanjutnya adalah waktu yang kami miliki untuk mempersiapkan urusan administrasi, transport, akomodasi, dan lain-lain dalam waktu dua hari. Ini mengharuskan kami berurusan dengan Sekretariat Kampus dan Badan Eksekutif Mahasiswa. Jadwal kuliah yang padat menjadi kendala utama dalam pengurusan ini. Yang cukup disesalkan ialah minimnya peran Sekretariat (Lembaga) dalam mendukung langkah yang kami ambil ini. Proses yang sangat berbelit-belit, dilempar kesana-kemari, bahkan menjumpai ketidakjelasan dalam pengurusan uang transpor pada lembaga. Ini menyedihkan tentu saja. Namun demikian, alhamudulillah semua yang dibutuhkan dapat diselesaikan tepat sebelum kami berangkat. Akhirnya pada tanggal 11 Juni 2014 sore, kami bergegas ke Gambir untuk menaiki kereta Taksaka yang akan mengantarkan kami ke Yogyakarta. Insya Allah besok subuhnya kami akan tiba di Yogyakarta. 

Selama di Kereta bisa dibayangkan apa yang kami lakukan? Yup, tentu saja menyiapkan bahan presentasi kami buat besok. Mulai dari menyusun slide presentasi yang kompeten dengan kemasan yang semenarik mungkin. Perlu strategi tertentu untuk ini, mengingat waktu presentasi yang disediakan bagi masing-masing tim hanya 10 (sepuluh) menit, dan disiapkan waktu 20 (dua puluh) menit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh juri perlombaan. Selain itu, kami juga perlu mempersiapkan bahan presentasi masing-masing. Benar-benar menjadi malam yang panjang dan tidak terlupakan. Ditemani dengan suara gesekan rel kereta dan lalu-lalang pramusaji di kereta, kami berdiskusi membicarakan apa-apa saja yang akan kami lakukan besok. Di penghujung malam, kami pun terlelap dalam kesenyapan kereta. Dingin membelai kami lembut. Selamat malam.
Taksaka Eksekutif, with Acim
***

Stasiun Yogyakarta, 11-06-2014, 04.47 WIB
Fajar menyingsing, akhirnya kami di tiba di Yogyakarta. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Stasiun Yogyakarta. Suasananya sangat lengang saat itu. Kami pun dijemput oleh keluarga Ziah yang menetap di Yogyakarta. Rencananya kami akan beristirahat sebentar di kediaman mereka sebelum beberes dan melanjutkan perjalanan ke Gedung STIE YKPN Yogyakarta, tempat perlombaan ini dilaksanakan.

Setelah semua persiapan kami kerjakan, kami pun berangkat ke lokasi pertempuran. Kami tiba lebih cepat dari yang dijadwalkan. Terlalu bersemangat (ha-ha). Kami pun memanfaatkan waktu yang ada untuk registrasi, lalu bergegas ke kantin untuk membicarakan teknis presentasi. Sesuai jadwal, kami akan mempresentasikan materi kami tepat setelah makan siang. Kami mengikuti presentasi dari finalis-finalis lain dengan seksama. Di akhir presentasi dan sesi tanya-jawab dengan dewan juri, partisipan lain dapat menyampaikan pertanyaan kepada presentator. Masing-masing dari kami sangat memanfaatkan ini. Saya, Acim, dan Ziah secara bergantian menyampaikan pertanyaan seputar presentasi yang disampaikan oleh presentator yang mendapatkan giliran. Beruntung bagi saya, berkat ini akhirnya saya terpilih sebagai Penanya Terbaik di ajang perlombaan tersebut. 

Hmm, lanjut. Nah akhirnya tibalah saat bagi kami menyampaikan presentasi kami. Dalam sepuluh menit jujur saja saya pesimis bisa selesai membahas seluruh materi. Namun sekali lagi, berkat kuasa Allah, proses presentasi dan tanya-jawab dengan dewan juri berlangsung sangat lancar. Hampir tanpa celah, semua pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri dapat kami jawab dengan maksimal. Harapan di dada semakin membuncah. Semoga bisa menang. Semoga bisa membawa harum nama STAN lagi di jagat perakuntansian nasional. Aamiin..

Pukul 16.30 WIB, seluruh tahapan presentasi pun berakhir dan ditutup dengan penyerahan hadiah bagi Penanya Terbaik. Sementara untuk pemenang lomba ini akan diumumkan pada acara puncak di acara bertajuk Malam Sarasehan Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Sektor Publik yang akan digelar di Hotel Eastparc, Yogyakarta, tepat pukul 18.00 WIB. Memanfaatkan sisa waktu yang ada, kami pun kembali ke kediaman keluarga Ziah untuk meluruskan tulang belakang, beristirahat, dan berbenah. 

***

Malam pun tiba, kami pun segera berangkat ke lokasi yang dituju. Hotel tersebut berada cukup jauh dari kediaman yang ditempuh dalam waktu sekitar 20-25 menit. Sesampainya di sana, kami masuk ke hotel dan segera menuju ke lantai 4. Seketika pintu lift terbuka, saya terperanjak melihat apa yang saya saksikan. Suasana di sana begitu ramai. Orang-orang berbusana batik yang kelihatannya cerdas dan berwibawa berkumpul sambil menikmati sajian makan malam. Dengan bermodalkan jas almamater tentu kami merasa canggung berada di tengah orang-orang ini. Apalagi, ternyata beberapa dari mereka adalah pejabat-pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan, BPKP, dan instansi pemerintah lain yang terlibat aktif dalam kepengurusan IAI-KASP. Acim bahkan sempat beberapa kali berpapasan dengan atasannya sewaktu masih di kantor dulu. 

Berhubung kami sangat kelaparan, itu semua tidak lagi dipikirkan. Kami menuruti insting kami untuk menikmati sajian yang begitu variatifnya di aula tersebut. Kami pun berpencar mengambil preferensi makanan masing-masing, lalu berkumpul kembali untuk berbincang. Tak jarang kami ikut perbincangan beberapa finalis lainnya. Ini terus berlangsung sampai panitia (Mbak Alfri) mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai dan kami diharapkan untuk segera memasuki aula utama. Kami pun beranjak masuk. Tak lama setelah kami masuk, Mbak Alfri menghampiri kami, dan meminta kami secara spesifik untuk stand-by di samping panggung tepat setelah MC membuka acara. Seketika kami memahami maksud Mbak Alfri ini. 

Kami pun segera ke samping panggung. Di sana kami diarahkan untuk maju ke panggung ketika MC memanggil nama kami. You know what? Kami menang!!! Entah itu sebagai juara 1, 2, atau 3, yang jelas kami menang. Alhamdulillah..!!! Dalam hati kami bersorak namun tetap memasang wajah serius, berusaha sekuat tenaga agar tak ada yang mengamati perubahan air muka kami. Hmm... Jujur saja, dengan mempertimbangkan orisinalitas karya tulis, kualitas presentasi kami, pertimbangan terhadap presentasi finalis lain, saya pribadi optimis kami bisa meraih juara pertama. Semoga terwujud.

Sampai kemudian MC membuyarkan monolog saya di kepala. Mula-mula MC memanggil wakil dari UGM sebagai juara ketiga di ajang simposium tersebut. Para tamu yang begitu ramai bersorak. Mereka pun menerima hadiah yang diserahkan oleh perwakilan IAI-KASP. Tak lama kemudian mereka turun panggung disertai senyum sumringah di wajah. Lalu, MC pun melanjutkan tugasnya. MC kemudian memanggil juara 2 lomba tersebut yaitu STAN!!

Saya terpereanjat. Sedikit kaget dengan keputusan juri. Butuh waktu beberapa detik bagi saya untuk kembali ke realita dan segera berjalan ke panggung bersama Acim dan Ziah. Kuperhatikan wajah kedua temanku itu sama halnya denganku, menyimpan pertanyaan besar yang ingin ditanyakan namun tidak kuasa, hingga akhirnya dipendam saja. Setelah di panggung, petinggi dari IAI-KASP pun maju memberikan hadiah kepada kami masing-masing, yaitu Uang Tunai Rp10.000.000,-, beasiswa Brevet A&B, Buku PSAK Edisi 2012, dan form gratis mendaftarkan diri sebagai anggota IAI muda. Kami pun menerima hadiah tersebut secara bergantian dengan senyum tipis di wajah masing-masing. Mata kami tetap diisi pertanyaan yang sama, Lalu, siapa yang jadi juaranya?"

Kami turun dari panggung dengan tidak begitu bersemangat. Dalam perjalanan kami ke tempat duduk kami, MC mulai mengumumkan bahwa berdasarkan keputusan dewan juri tidak ada yang menjadi juara 1 di ajang perlombaan tersebut. Seketika beban berat di pundak saya seperti hilang. Namun, seketika itu juga muncul pertanyaan yang jauh lebih besar lagi, "Mengapa bisa demikian?" Sayangnya MC tidak memberikan penjelasan mendalam mengenai hal itu. Pertanyaan ini pun tidak memiliki jawaban yang pasti. Kami hanya bisa berspekulatif mengenai kemungkinan-kemungkinan yang bisa menyebabkan ini. Namun itu semua kami simpan dalam benak kami masing-masing sembari mengikuti jalannya acara diskusi antar Kompartemen Akuntan Sektor Publik dalam tema Membangun Perekonomian yang Transparan dan Akuntabel yang Modern.

Tamu undangan malam sarahsehan, Eastparc Hotel, Yogyakarta.

Acara ini menarik sekali sesungguhnya. Mereka banyak mengundang praktisi-praktisi dari berbagai daerah yang sukses menjalankan akuntansi pemerintahan melalui opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah masing-masing. Di antaranya yang saya kenali adalah Bapak Syahrul Yasin Limpo (Gubernur Sulawesi Selatan), Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng), dan Pak Soekarwo (Gubernur Jatim). Yang menjadi modulator dalam acara ini adalah Ketua IAI sendiri, tak lain dan tak bukan adalah Bapak Mardiasmo. Para pembicara bergantian menyampaikan praktik-praktik positif seputar membangun transparansi dan akuntabilitas di daerah masing-masing. Tidak jarang, Pak Mardiasmo mempersilakan partisipan untuk menyampaikan pertanyaan kepada pembicara di panggung. Sangat disayangkan, saya tidak dapat menyimak acara yang menarik ini dengan begitu seksama. Pikiran saya masih berporos pada satu hal yang sama dan belum bisa melepaskan diri dari itu. "Mengapa tidak ada juara 1?"

Hingga akhirnya kami putuskan untuk tetap positif. Kami memutuskan untuk menerima juara kedua ini dengan senyum yang lebih lebar. Paling tidak, STAN is second to no one. Meskipun bukan sebagai juara 1, STAN tetaplah juara di ajang ini. Getir sebenarnya, tetapi ini harus kami terima dengan lapang dada. Pasti ada hikmah yang bisa dipetik dari sini. Alhamdulillahirobbil'alamin. Terima kasih atas rahmat-Mu ini ya Allah. Semoga kelak di kemudian hari, akan tiba masa kami masing-masing atau bersama-sama dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi. Aamiin

Besok paginya kami kembali ke Jakarta. Pesawat adalah pilihan kami kali ini. Sampai jumpa Yogyakarta!

***

p.s.
Teruntuk sobatku Acim dan Ziah,
Kalian luar biasa seperti biasa! Terimakasih kerjasamanya, pengorbanannya, dan pengertiannya. 
Waktu yang dihabiskan di Jogja kemarin sangat istimewa.
Di ajang selanjutnya (kalau ada) kita harus juara 1 ya! :)

Yuk, Pepperlunch!!!







Sabtu, 21 Juni 2014

Sad story..

It's great to see you smiling every time.
It's wonderful to see you laughing every moment.
I'm happy only by seeing you from far away.
From the sideline, that's my space.

Sometimes, I'm trying to enter your surrounds.
Not a pinch of minute,
that happiness fades away so suddenly.
No more smile, only frown.
What right do I have to do this to you?

So, I go back to my spot.
Waiting...
And keep waiting.
Loving from far away.
Wondering, 
when would this feeling of mine reach you?

Till one day, I think I should end this hope.
That invitation.. Your answer..
You were so cruel.

What mistakes have I done to you?
How could you be so cruel to the one who loved you?

Senin, 05 Mei 2014

Kesan dan Pesan bersama Kelas 7C-8D Reguler D4 STAN 2013-2014

Nothing makes the earth seem so spacious as to have friends at a distance; they make the latitudes and longitudes
-Henry David Thoreau-

Melalui postingan ini saya akan berujar tentang kesan dan pesan saya selama menjadi salah satu mahasiswa beruntung yang telah diberi kesempatan untuk berkenalan, berjumpa, berteman akrab, dan bahkan bersahabat bersama 29 orang hebat yang begitu berarti bagi saya. Mereka adalah penghuni kelas 7C Reguler yang kemudian menjadi 8D Reguler (8 Daebak). Saya sangat bangga menjadi bagian dari kelas yang luar biasa ini.


Pertama kali kami berkumpul adalah pada akhir April 2013. Itu adalah saat pertama kalinya kami masuk kelas dan berjumpa satu sama lain, kalau tidak salah di ruang D207. Kesan pertama saat itu adalah saya merasa amat canggung. Saya yakin betul orang-orang ini adalah orang-orang cerdas yang unggul, sehingga saya merasa kecil di hadapan mereka. Beruntung bagi saya di kelas itu saya telah mengenali beberapa orang dengan cukup baik, di antaranya Aditia, Suwondo, Muwardhani Wahyu, Monica, Defita, Hana, Rocky, dan Niczen. Proses adaptasi saya menjadi lebih lancar berkat ini.

Maklum, saya bukan tipikal orang yang mudah 'nyetel' pada lingkungan baru. Saya ini lama untuk bisa beradaptasi di lingkungan yang baru. Akibatnya, di kelas yang baru itu pun saya awalnya hanya bergaul dengan beberapa orang yang kukenali saja. Meski demikian, semakin saya mencoba mengenali setiap individu di kelas ini, saya menemukan kehangatan yang menyejukkan. Setiap dari individu ini memiliki sisi hangat yang terbuka pada persahabatan. Proses diskusi dan tukar-menukar pikiran selama masa pembelajaran di kelas menjadi katalis timbulnya keterbukaan di antara kami yang sekaligus menghapuskan egoisme dan individualisme yang negatif. Ditambah lagi dengan hadirnya beberapa dosen mata kuliah tertentu yang sangat inspiratif dalam memberikan pemahaman, sehingga kami menjadi dapat mengenali satu sama lain dengan teramat baik. Proses perkenalan yang berjalan dengan baik ini menjadi awal mula keakraban dan kekeluargaan di antara kami bertiga puluh. Hingga saat ini.

Setelah satu semester saya bersama mereka, harus saya akui mereka semua adalah orang-orang yang betul-betul hebat di bidangnya masing-masing. Sebut saja Suwondo dan Adinda yang cerdas dan kritis dalam menanggapi suatu permasalahan; Hana dan Rio yang mempunyai kemampuan public speaking yang baik, sehingga selalu runtut dan sistematis dalam memberikan penjelasan; Reno yang menonjol dengan pemikirannya yang tajam; Adit yang berwawasan luas dan selalu bisa diandalkan; Nauval yang sangat kreatif; Dana yang pemberani dan sporty; Yudi, ketua kelas kami, yang penyabar dalam meladeni kebandelan kami semua, Yanti yang piawai menulis, Rocky yang jago menyanyi, Adi yang rajin, serta Defi dan Niczen yang telah menjadi teman karib yang manis dalam satu semester tersebut. Intinya adalah mereka semua mempunyai keunggulan kompetitif di bidangnya masing-masing dan tidak sungkan-sungkan berbagi kepada teman-teman sekelas atas keunggulannya tersebut. Itulah mengapa kelas 7C8D ini menjadi kelas yang lengkap dan akrab. Benar-benar terasa seperti keluarga kedua bagi saya. Patut dirindukan.

Sekelabat kenangan dan momen spesial tentang kebersamaan kita pun muncul di benak. Mulai dari family trip ke Mekarsari: main games-games seru yang telah dipersiapkan panitia, bermain paintball beregu, lalu dilanjut outbond di sana. Kemudian camping di Tanjung Lesung dan Curug Cilember: berkemah di pinggir pantai/sekitaran air terjun, menikmati api unggun sampai dini hari, bernyanyi-nyanyi, sesi curhat, masak-masak, snorkeling, dan bermain voli pantai. Saya juga tidak akan melupakan momen jalan-jalan bersama kita di seputaran kampus: acara buka puasa bersama di Warung Steak, makan-makan, karaoke, nonton bioskop bareng, kerja kelompok bareng, pilot project SPK ke sekolah., dan lain-lain. Belum lagi rutinitas olahraga bareng dengan kalian: futsal bareng, badminton bareng, basket bareng, bahkan sampai main tenis bareng. Lalu tentang kejutan manis yang kalian siapkan tepat di pergantian hari ulang tahunku. Semua itu benar-benar luar biasa kawan! Terakhir adalah kegiatan yang kita laksanakan Minggu, 4 Mei 2014: Family Trip kita ke Taman Bunga Nusantara, Cipanas  yang menandai perpisahan kelas kita. Acara perpisahan yang spektakuler, memorable, dan sukses membuat saya tersenyum, tertawa atas kejenakaan, sekali-sekali terharu, dan sedih ketika acara ini resmi berakhir dan kita semua kembali pada rutinitas masing-masing di kelas yang baru.

***

Selama total dua semester kami bersama, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga dari setiap individu hebat di kelas yang luar biasa ini. Saya berkembang dengan sangat baik. Jika semula ketika pertama kali saya bergabung di kelas ini saya masih sebagai ulat yang lamban, pendiam, dan individualis, kini saya telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu muda yang jauh lebih baik. Saya dapat memaksakan diri saya untuk lebih aktif dan kritis di kelas, saya dapat mengatur waktu saya dengan lebih baik, serta menjadi lebih disiplin dalam segala hal. Itu semua berkat pelajaran dan motivasi yang saya peroleh dari teman-teman saya ini. Sangat disayangkan waktu yang saya punya untuk dapat belajar dari mereka terbatas hanya dua semester saja. Setelah itu kami akan berpisah kelas dan tentu kuantitas maupun kualitas waktu untuk bertemu satu sama lain menjadi jauh berkurang. Fakta ini mendekatkan saya pada sebuah kesedihan dan penyesalan. Kesedihan dan penyesalan yang muncul karena saya tidak banyak berbagi kepada mereka selama dua semester itu. Mungkin karena sifat yang introvert jadi seringkali kurang sensitif atas apa yang terjadi di sekitar saya. Saya terlalu berpusat pada diri saya dan tidak mengacuhkan hal-hal yang mungkin dibutuhkan oleh beberapa teman saya. Terus terang saja saya sangat menyesali ini dan ke depannya ini akan menjadi PR yang harus saya selesaikan.

Dengan segala keterbasan saya, saya perlu meminta maaf kepada seluruh teman-teman karib saya di kelas 7C8D. Maafkan sikap saya yang seringkali terlihat sombong dan lebih memilih sendiri daripada membaur bersama kalian di kelas. Itu bukan karena sombong, sungguh, tetapi karena memang kepribadian saya yang lebih senang tenggelam dalam pikiran saya sendiri. Juga atas keterbatasan saya dalam membagi materi yang saya pahami di kelas. Sejujurnya saya sudah mengusahakan yang terbaik dengan memberikan tentir kepada siapa saja teman-teman yang membutuhkan. Namun entah karena penyebaran informasi yang kurang, atau pemilihan waktunya yang tidak pas sehingga kegiatan ini tidak dapat diikuti secara merata oleh teman-teman semua. Untuk itu, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Meski demikian, alhamdulillah di semester kedua rata-rata indeks prestasi kelas kita naik. Tidak lagi jomplang seperti di semester pertama. Saya senang karena apa yang saya cita-citakan di awal semester kedua tercapai, terlepas dari keterbatasan kita bersama di sana-sini. Lalu yang terakhir, saya ingin mengucapkan maaf sebesar-besarnya kepada teman-teman yang pernah merasa tersakiti oleh lisan saya yang tidak terjaga maupun sikap dan tindakan saya yang tidak pantas, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

***

Harapan saya, kebersamaan kita ini untuk terus berlanjut di masa-masa yang akan datang. Kita seharusnya tetap saling berhubungan dan jangan pernah saling melupakan. Suatu saat nanti kita harus tetap saling bertegur sapa, tetap saling kontak, tetap saling menasihati dalam kebenaran, dan tetap saling bantu-membantu atas apapun. Saya akan selalu ada buat teman-teman sekalian dan selama itu berada dalam batas kemampuan saya, saya pasti akan membantu teman-teman yang membutuhkan bantuan saya. That's what friends are for, right? :)

Terakhir sekali, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan karib 7C8D yang telah dengan luar biasa mengisi dua semester pertama saya di program Diploma 4 ini. 

Love you guys :*
***

Di akhir postingan ini saya melampirkan foto-foto yang saya ambil bersama satu atau dua orang teman-teman saya secara spesial di akhir perkuliahan semester dua (delapan).


 Bersama Rocky dan Aip yang gila tapi asik

 Founder dan Co-founder Panti Jomblo, Luvvi dan Henoy

Bersama Amel yang heboh dan Reni yang pengertian

Nightingale's Crook writer: Wiryanti S

Mahasiswa tereksis dan teralay di kelas, bronic (Niczen H)

Bersama geng Defita dan Niczen

Si cantik Defita

Bapak Sandy si biang gosip

Adit si pakar pun, IT, dan olahraga :p

Sohib diskusi paling oke, Renosa

Dana jagoan basket dan si termodus, Rido

Si ibu peri, Irwan dan Adi Saputra (RAMPAGE!!)

Si cantik Mala dan si kritis Monica

ini dia the most creative boy, Opank (Nauval H)

Selasa, 01 April 2014

There's Always a First Time for Everything

Okay, so di postingan sebelumnya saya sudah bercerita tentang kemenangan kami di ajang CPA Australia Accounting Competition 2014. Nah, setelah "membawa pulang" kemenangan tersebut ke kampus, kami dibawa menghadap ke Direktur STAN, Bapak Kusmanadji, untuk melapor sekaligus menyerahkan trofi yang dihadiahkan dalam kompetisi tersebut. Pertemuan tersebut berjalan cukup lama, tapi bukan di sini fokusnya. Apa yang ingin saya ceritakan di sini adalah tentang pengalaman pertama saya menuliskan artikel untuk sebuah media publikasi formal. Di akhir postingan ini, saya juga akan melampirkan tulisan saya tersebut. 

Tidak lama setelah pertemuan tersebut di atas, Bapak Ridwan Galela, menghubungi Rahmad, teman satu tim saya untuk menawarkan kesempatan membuat artikel tentang cerita keberhasilan kami dalam ajang CPA Australia Accounting Competition 2014. Artikel tersebut kemudian akan dimuat dalam majalah bulanan terbitan Kementerian Keuangan. Agak aneh memang, kok kami yang menang, malah kami yang nulis? Hmm.. Mungkin ini adalah solusi dari Pak Ridwan agar kami dapat menceritakan detail perlombaan dengan baik. Apalagi yang menghadiri lomba tersebut hanya kami bertiga dan tidak ada pendamping dari STAN maupun suporter. Otomatis hanya kami bertigalah yang mengetahui detail jalannya perlombaan tersebut dengan baik. Jadilah, si Rahmad menyetujui tawaran dari Pak Ridwan tersebut. Kami pun mulai mengerjakan proyek ini. Karena kami dalam masa liburan sehingga telah berada di daerah masing-masing, koordinasi pun kami lakukan melalui media chat online. Akibat sulitnya melakukan koordinasi, kami putuskan untuk kepada setiap orang membuat artikel masing-masing. Selanjutnya akan dipilih mana artikel yang paling oke untuk dikirimkan ke Pak Ridwan. Singkat cerita, ternyata artikel tulisankulah yang terpilih yang kemudian akan diedit sedikit sebelum diserahkan ke Pak Ridwan. Cukup mengejutkan! 

Jika artikel ini benar-benar akan dimuat di majalah bulanan Kementerian Keuangan tersebut, maka ini adalah tulisan pertama saya yang akan dimuat di sebuah media publikasi formal. Entah bagaimana saya harus menanggapinya. Terus terang saya sedikit malu dan tidak percaya diri dengan tulisan saya. Hmm.. Namun demikian, jauh di lubuk hati saya, saya merasa senang dengan ini. Afterall, this is my first time. Yeah, there's always a first time for everything, right?

***

Seperti yang saya janjikan sebelumnya, berikut ini draft tulisan saya tersebut....
Mohon saran dan masukannya.. Hehehe :))

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA BERHASIL MENJUARAI CPA AUSTRALIA ACCOUNTING COMPETITION 2014

CPA Australia Accounting Competition  merupakan sebuah ajang yang diselenggarakan oleh perwakilan CPA Australia di Indonesia. Acara ini dikemas dalam bentuk kompetisi yang diikuti oleh 20 universitas negeri maupun swasta terpilih di wilayah Jakarta dan sekitarnya, seperti Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara . Tahun ini adalah tahun kedua acara ini dilaksanakan dan di tahun keduanya acara ini kembali menuai perhatian yang luar biasa dari peserta lomba. Pada tahun ini perlombaan diikuti oleh 18 universitas yang disebar ke dalam 20 tim peserta lomba, dimana Indonesia Banking School (IBS) dan Universitas Tarumanegara (UNTAR) mendapat keistimewaan  untuk mengikutkan dua tim masing-masing.
Jika pada tahun lalu UNTAR berjaya di kompetisi ini, tahun ini adalah giliran Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). STAN berhasil menyabet juara pertama dalam CPA Australia Acounting Competition 2014 (22/03) mengalahkan ke-19 peserta lomba lainnya. STAN yang diwakili oleh satu-satunya tim yang terdiri atas Rahmad Karim Harahap, Fauziah Noor, dan Fadli M Nur berhasil menuai prestasi dalam perlombaan yang cukup bergengsi ini. Tentu ini merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi STAN, mengingat pada tahun sebelumnya STAN hanya berada di posisi kedua.
Perlombaan ini terdiri dari dua babak utama, yaitu preliminary round dan final round. Preliminary round atau babak penyisihan sendiri terdiri dari dua babak yaitu get points round dimana masing-masing tim diberi pertanyaan wajib untuk dijawab atau dapat dilemparkan kepada tim yang lain jika tim yang bersangkutan tidak dapat/salah menjawab, serta bonus round dimana pertanyaan diberikan secara rebutan. Untuk ketiga babak ini, perlombaan akan dipimpin oleh empat orang juri, yaitu Bapak Antonius Karamoy – Respective Member of CPA Australia – Indonesia Representative Office, Chief Audit Executive – PT Alam Sutera Ralty, Tbk. , Bapak Dwi Setiawan Susanto – Head of Evaluation Division – Training Centre The Audit Board of Republik of Indonesia (BPK-RI), Bapak Godang Parulian Panjaitan – KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (BDO International) Partner, dan Bapak Yudi Irmawan PhD – The Accountant and Appraiser Supervisory Center / Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Publik (PPAJB), Ministry of Finance, Republic of Indonesia.
Terkait jalannya lomba, babak penyisihan berjalan dengan sangat alot. Setiap tim berlomba-lomba mengangkat bendera untuk menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dibacakan oleh panita. Juri pun secara aktif menanggapi jawaban-jawaban dari peserta tersebut, dan memberikan kesempatan kepada tim lain apabila jawaban sebelumnya salah. Di babak penyisihan yang pertama (get points round) terdapat 20 pertanyaan wajib yang diberikan kepada masing-masing tim. Pada babak penyisihan yang pertama ini penyebaran poin masih merata di antara ke-20 peserta lomba. Lomba pun memasuki babak penyisihan yang kedua yaitu bonus round. Di babak ini pertanyaan diberikan secara rebutan dengan konsekuensi nilai minus bagi yang keliru menjawab. Babak ini berlangsung seru dan riuh. Seluruh tim menunjukkan kegigihan dalam berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Di akhir babak ini, tim dari STAN berhasil memperoleh nilai tertinggi, jauh melampaui ke-19 peserta lomba lainnya.
Tim dari STAN berhasil lolos ke babak final bersama keempat tim dari universitas lainnya. Keempat universitas tersebut adalah IBS, Universitas Atma Jaya, Prasetiya Mulya Business School, dan Universitas Pelita Harapan. Pada babak final ini setiap tim wajib menyelesaikan kasus yang diberikan secara acak dan mempresentasikannya di hadapan para juri. Waktu yang diberikan kepada setiap tim untuk menjawab kasus dan mempresentasikannya adalah 10 menit total. STAN berhasil mendominasi babak final ini dengan menjawab kasus sendiri serta menanggapi kasus tim lain secara aktif. Alhasil, perlombaan yang berlangsung di gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jalan Jenderal Gatot Subroto ini akhirnya mengumumkan para juara, yaitu Juara I – STAN, Juara II – Prasetiya Mulya Business School, dan Juara III – Universitas Pelita Harapan. Atas prestasi sebagai Juara I, tim dari STAN berhak atas hadiah senilai Rp35.000.000,- termasuk beasiswa pendidikan Level 1 Foundation dari CPA Australia.
Rahmad Karim Harahap (Rahmad), perwakilan tim STAN mengatakan bahwa perlombaan ini merupakan ajang yang baik bagi calon akuntan profesional untuk mengasah kemampuan dan pengetahuannya. Ada begitu banyak pengalaman positif yang bisa diraih melalui ajang seperti ini. Bagi Rahmad sendiri, ajang seperti ini perlu dilestarikan dan dikembangkan bagi generasi-generasi calon akuntan muda Indonesia, terutama bagi adik-adik kelas di STAN.
Senada dengan Rahmad, Fadli M Nur (Fadli) juga mengakui betapa pentingnya ajang-ajang seperti ini untuk dikembangkan di masa-masa mendatang. “Saya pikir tahun depan STAN punya kans yang lebih besar untuk kembali menjuarai turnamen ini. Kami melakukan proses kaderisasi dengan baik, dan jika ini berjalan sebagaimana mestinya, saya rasa kami bisa lebih siap untuk bersaing lagi tahun depan.”, terang Fadli.

***

CPA Australia Accounting Competition 2014


Saya belum cerita ya? Tepat tanggal 22 Maret 2014 yang lalu saya bersama dua orang teman saya berhasil memenangkan lomba akuntansi bertajuk CPA Australia Accounting Competition 2014. Dua orang teman saya tersebut adalah Fauziah Noor dan Rahmad Karim Harahap. Kami mengikuti perlombaan ini sebagai perwakilan dari kampus yang sangat kami banggakan, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Ini adalah pengalaman saya yang luar biasa! Kami berhasil memenangkan juara pertama dengan menyisihkan 19 partisipan lainnya. Alhamdulillah. Ini untuk pertama kalinya saya benar-benar merasa bangga pada diri saya sendiri.

Apa yang membuat saya sebenar-benarnya bangga adalah pada usaha keras yang saya lakukan dua-tiga minggu sebelum perlombaan. Bagaimana tidak, telah lama kami, mahasiswa diploma empat ini tidak mengenyam yang namanya ilmu akuntansi dengan berbagai cabang ilmunya. Mulai dari akuntansi menengah, akuntansi lanjutan, akuntansi biaya, sistem informasi akuntansi, dan lain-lain. Begitu banyak yang harus dibaca kembali untuk mengembalikan ilmu yang sudah terkubur di lapisan otak terdalam. *if you know what i mean* Singkat cerita, kami bertiga pun berinisiatif untuk membagi jatah materi untuk didalami masing-masing, mengingat waktu persiapan kita tidak banyak. Saya kebagian materi akuntansi menengah dan akuntansi biaya. 

Tampaknya biasa saja kan? Ya, tentu saja, sebab kita bahkan belum masuk ke main course-nya. :)) Sesungguhnya yang membuat segalanya semakin pelik adalah waktu pelaksanaan lomba ini. Lomba ini berlangsung bersamaan dengan ujian akhir semester kami. Apa artinya? Bisa dibayangkan sendiri bagaimana jatuh-bangunnya saya mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba sekaligus ujian akhir semester. Di saat teman-teman dengan asiknya mempersiapkan diri untuk ujian akhir semester, saya justru sibuk dengan akuntansi, akuntansi, dan akuntansi. Beberapa malam hanya tidur 2-3 jam at most untuk mempersiapkan keduanya secara seimbang. Thank God, kami berhasil meraih juara pertama. Hasil yang di luar ekspektasi kami sebenarnya, mengingat persiapan kami untuk lomba ini masih jauh dari kata cukup. Ini benar-benar unbeliavable! :')

***

Bercerita tentang lomba ini sendiri, hmm... awalnya saya dan teman-teman merasa insecure, tidak pede, dan terintimidasi oleh peserta lomba lainnya. Begitu kami tiba di lokasi perlombaan, yaitu di gedung Widya Graha LIPI, kami langsung disuguhkan pemandangan yang membuat nyali kami menciut. Peserta dari universitas lain, sebut saja Universitas Indonesia, Universitas Tarumanegara, dan universitas-universitas lainnya tampak begitu siap. Mereka hadir lengkap dengan dosen pendamping dan suporter masing-masing. Bandingkan dengan kami yang, okay, sangat minimalis. Hanya kami bertiga, tidak ada dosen pendamping, maupun suporter. Kami mencoba untuk rileks. Berharap ada keajaiban yang membantu kami memenangkan lomba ini.

Tak perlu menunggu lama, peserta pun dipersilakan mendaftarkan diri oleh panitia. Kami pun segera mendaftarkan diri dan mengambil nomor meja untuk babak penyisihan. Kami mendapatkan meja nomor 8. Oh iya, perlombaan ini diikuti 20 tim yang diisi oleh 18 universitas ternama di wilayah Jabodetabek. Sekilas saya melihat lembar pendaftaran ulang, di sana saya melihat nama Universitas Indonesia, Universitas Tarumanegara, Universitas Trisakti, Perbanas, Indonesia Banking School, Universitas Atma Jaya, dan Universitas Pelita Harapan. Masih ada beberapa nama universitas lagi sebenarnya, namun nama-nama yang saya sebutkan di atas adalah yang menarik perhatian saya. Saya pun membatin, "Dapatkah kami mengalahkan universitas-universitas ini?" 

Segera setelah semua tim mendaftar ulang, seluruh tim dipersilakan masuk dan mengisi meja masing-masing. Sekilas saya melihat meja bertaplak kuning yang tersusun dalam tiga baris itu. Masing-masing meja terdiri atas tiga kursi dan satu mick untuk berbicara. Di atas meja terdapat satu buah bendera dan tiga buah kalkulator dan pulpen untuk kami gunakan selama perlombaan. Bendera tersebut adalah pengganti bel dalam babak rebutan pertanyaan di preliminary round. Sementara kalkulator, jujur saja dan teman-teman kaget melihat menampakan kalkulator di meja ini. Benar saja, kami dilarang menggunakan kalkulator scientific milik kami selama perlombaan. Alih-alih, kami wajib menggunakan kalkulator yang disiapkan oleh panitia, kalkulator non-scientific. Well, this is bad... Bisakah kalian bayangkan menghitung present value Bond Payable dengan menggunakan kalkulator semacam ini? Bagaimana dengan financial or capital lease? Atau menghitung penyusutan dengan metode sum of the year digit? Tentu saja ini mustahil. Dari situ, kami pun mengambil kesimpulan, soal-soal yang diangkat tidak akan melibatkan perhitungan rumit sebagaimana yang kami bayangkan beberapa malam sebelumnya. Bahkan, mungkin akan lebih didominasi dengan soal-soal pemahaman teori akuntansi dan sebagainya. Hmm.. 

Acara ini pun dibuka oleh ketua panitia. Beliau adalah Ibu Retty Setiawan, perwakilan dari CPA Australia. Pada saat memberikan sambutan Ibu Retty Setiawan turut memperkenalkan empat orang juri yang luar biasa yang akan menjadi penentu hasil akhir lomba ini. Mereka adalah:
  1. Bapak Antonius Karamoy – Respective Member of CPA Australia – Indonesia Representative Office, Chief Audit Executive – PT Alam Sutera Ralty, Tbk.,
  2. Bapak Dwi Setiawan Susanto – Head of Evaluation Division – Training Centre The Audit Board of Republik of Indonesia (BPK-RI), 
  3. Bapak Godang Parulian Panjaitan – KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (BDO International) Partner, dan 
  4. Bapak Yudi Irmawan PhD – The Accountant and Appraiser Supervisory Center / Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Publik (PPAJB), Ministry of Finance, Republic of Indonesia.

Sebagai perwakilan juri, Bapak Yudi Irmawan dari PPAJB Kementerian Keuangan diberi kesempatan untuk turut memberikan kata sambutan. Beliau memberikan kata sambutan dengan bahasa inggris yang fasih dan harus saya katakan isi sambutan yang dibawakannya cukup cerdas. Ini menandakan bahwa gelar PhD yang ada di belakang namanya itu benar-benar menunjukkan kapasitasnya. Saya pun menjadi sedikit resah. Saya yakin teman-teman saya juga, mengingat kami di sini membawa nama baik Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang tidak lain dan tidak bukan adalah perwakilan dari Kementerian Keuangan. Malu, jika kami gagal di sini.

Setelah perlombaan dibuka dengan kata sambutan dari beberapa pihak, panitia pun mulai menjelaskan peraturan yang harus dituruti para peserta. Dari penjelasan yang singkat ini, saya pun mengetahui bahwa perlombaan akan diselenggarakan dalam 2 babak utama, yaitu babak penyisihan (preliminary round) dan babak final (final round). Babak penyisihan akan terdiri dari dua bagian lagi, yaitu babak soal wajib dan babak soal rebutan/bonus. Di babak soal wajib, masing-masing tim akan diberikan satu soal wajib untuk diselesaikan secara bergiliran. Jika tim terkait gagal menjawab soal dengan benar, maka soal tersebut akan dilempar kepada tim lain. Oleh karena itu, ada babak soal wajib, hanya terdapat 20 soal untuk 20 tim. Sementara untuk babak soal rebutan, sesuai dengan namanya terdiri dari soal-soal yang dapat dijawab secara rebutan. Panitia akan memberikan soal-soal sebanyak 35 buah untuk kemudian dijawab secara rebutan oleh tim-tim yang terpilih dengan konsekuensi nilai minus 10 kepada tim yang gagal menjawab dengan benar. Di sinilah peran bendera yang ada di meja kami. Jadi ketika sebuah tim hendak menjawab soal, tim tersebut wajib mengangkat bendera secepat-cepatnya. Tim yang paling cepat mengangkat bendera menurut juri akan diberikan kesempatan untuk menjawab soal terlebih dahulu.

Singkat cerita, berlangsunglah babak penyisihan. Babak ini benar-benar menegangkan. Kami disuguhkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mostly berada di luar pengetahuan kami. Beruntung bagi kami, untuk babak soal wajib, kami memperoleh soal yang tidak diduga-duga sangat tepat dengan kualifikasi yang kami miliki: perpajakan! Jadi soalnya waktu itu adalah tentang non-taxed income threshold atau Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Tentu saja soal ini kami telan bulat-bulat :) Untuk menjawab ini dengan benar, kami mendapatkan nilai 30 poin. Total di babak soal wajib kami hanya berhasil menjawab dua pertanyaan dengan benar sehingga memperoleh skor total 60 poin. Pada posisi ini, kami mampu berada di lima besar. Posisi kami belum aman, masing-masing tim masih memiliki peluang yang sama untuk menang. Pertandingan pun berlanjut ke lanjutan babak penyisihan: babak soal rebutan. Pada babak ini total ada 35 pertanyaan yang akan disuguhkan panitia dengan kompensasi menjawab soal benar +20 dan jika salah -10. Kami harus cepet-cepetan dengan peserta lainnya untuk menjawab soal demi soal. Akhirnya, setelah satu setengah jam kami bersusah payah mengangkat bendera, kami berhasil menyalip posisi ke posisi teratas dengan total nilai 140. Di posisi kedua dan ketiga ada Universitas Pelita Harapan dan Universitas Atma Jaya masing-masing dengan poin 110. Untuk posisi keempat dan kelima ada Prasetiya Mulya Business School dan Indonsia Banking School. Kami berlima lah yang akhirnya terpilih untuk melanjutkan perlombaan ke babak selanjutnya, babak final! Yay! Welcome to FINAL ROUND! Alhamdulillah! ^^; *fiuh*

Sebelum memasuki babak final, ada rehat sejenak untuk shalat dan makan siang. Kami benar-benar memanfaatkan masa rehat ini untuk mengistirahatkan raga kami dan memulihkan tenaga kami. Babak penyisihan sebelumnya itu sangat melelahkan, benar-benar menguras otak dan tenaga.

***

Tepat pukul 13.30 WIB, babak final pun dimulai. Kelima tim dipersilakan ke meja yang telah disiapkan di hadapan keempat juri. Pada babak ini, setiap tim dipersilakan memilih amplop yang berisi pertanyaan dari salah satu juri. Kami mendapatkan amplop nomor dua yang artinya kami mendapatkan giliran kedua dalam membuka amplop dan menjawab soal di dalamnya. Untuk menjawab soal tersebut kami diberikan waktu 5 menit untuk mempersiapkan jawaban dan 5 menit untuk mempresentasikan jawaban kami. Jawaban tentu saja wajib dipresentasikan dalam bahasa Inggris. Setelah selesai mempresentasikan jawaban, juri (pemilik pertanyaan) berhak memberikan komentar atas jawaban tim tersebut. Setelah itu, juri akan memberikan kesempatan kepada tim lain untuk menanggapi atau menambahkan jawaban dari tersebut secara ringkas. Setelah itu, juri lain berhak menanggapi dan/atau memberikan pertanyaan kepada tim tersebut atau kepada seluruh tim. Demikianlah rule yang harus kami ikuti selama final round ini. Kelihatannya, babak final ini akan berjalan alot dan.... lama.

Akhirnya, tibalah giliran kami. Kami pun diminta membuka amplop dan kami segera melakukannya. Pertanyaan yang kami dapatkan adalah pertanyaan dari Bapak Godang Parulian Panjaitan, seputar akuntansi manajemen/biaya, yaitu kasus tentang variance analysis. Meskipun saya sempat membaca tentang analisis varians ini di buku Horngren, tetap saja saya dan teman-teman sempat terdiam sejenak untuk menerjemahkan maksud soal tersebut. Kami pun mengerjakan soal tersebut bersama-sama, dan mengumpulkan dasar-dasar teori untuk mendukung jawaban kami. Setelah selesai dalam waktu tepat lima menit, kami pun mempresentasikan jawaban kami di hadapan juri dengan percaya diri. Thanks to teman saya Rahmad atas presentasinya yang fasih, runtut, dan jelas sehingga juri tidak kesulitan dalam menangkap maksud kami. Selanjutnya, kami mendengarkan tanggapan dari juri dan harus saya akui tanggapan dari Pak Godang tidak begitu baik terhadap jawaban yang kami berikan. Menurut beliau terdapat flaw dari perhitungan kami sehingga tidak sesuai dengan perhitungan beliau. Saya dan Fauziah pun segera bergegas mencari dimana flaw tersebut berada, dan benar saja, terdapat perhitungan yang keliru sehingga varians yang seharusnya favorable menjadi unfavorable. Untung saja di akhir sesi diskusi, kami diberikan kesempatan memberikan kesimpulan dengan merevisi jawaban kami tersebut. Beruntung bagi kami, keempat peserta lainnya tidak banyak memberikan tanggapan terhadap jawaban yang kami presentasikan. 

Setelah giliran kami selesai, kami menjadi lebih tenang dan lepas dalam memberikan tanggapan-tanggapan atas pertanyaan tim-tim yang lain. Kami aktif sekali dibandingkan keempat finalis yang lain. Beruntung bagi kami karena pertanyaan-pertanyaan untuk tim-tim yang lain adalah seputar auditing dan pemahaman teori akuntansi, dua pelajaran yang baru saja kami dapatkan di program diploma empat ini. Dua pelajaran tersebut masih membekas hangat di kepala, dan kami tidak kesulitan menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari juri. Secara keseluruhan, saya pribadi sangat puas dengan babak final ini. Meski begitu, kami tidak bisa merasa yakin begitu saja sebab keempat tim lain juga mempunyai peluang yang sama untuk memenangi babak final ini.

Secara keseluruhan babak final berjalan selama 3 jam. Benar-benar panjang dan jauh lebih melelahkan daripada babak penyisihan sebelumnya. Setelah babak final ini berakhir, yaitu tepat pukul 17.30 WIB, panitia pun menyatakan akan melakukan rehat selama 15 menit untuk mendiskusikan hasil perlombaan ini. Kami memanfaatkan waktu rehat ini untuk shalat ashar dan segera setelah selesai, kami pun kembali ke main room untuk mendengarkan pengumuman lomba.

***

Saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, saat pengumuman juara! Kami deg-degan sekali ketika pak Yudi Irmawan naik ke panggung untuk membacakan pengumuman ini. Pertama-tama beliau mengungkapkan betapa juri mengalami kesulitan-kesulitan dalam menentukan pemenang dari lomba ini. Seluruh finalis telah mempresentasikan jawaban dengan sangat baik dan menganggapi secara aktif. Setelah itu beliau menjelaskan kriteria-kriteria yang menjadi dasar penilaian. Setelah semuanya selesai dibacakan, Pak Yudi pun mulai membacakan pengumuman juara, dimulai dari juara 3, Universitas Pelita Harapan berhasil mendapatkan juara ke-3. Selanjutnya untuk juara ke-2, Prasetiya Mulya Business School yang berhasil mendapatkannya. Lalu tibalah giliran pembacaan pengumuman juara pertama. Jantung kami berdegup kencang. 

Deg.. Deg.. Deg.. 

Lalu, Pak Yudi Irmawan pun membacakannya.. "Juara pertama, SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA! Selamat!"

Betapa membuncahnya hasrat kami waktu itu. Kebahagiaan meluap-luap tanpa bisa kami kendalikan. Kami pun berjabat tangan dan berpelukan meluapkan kebahagiaan kami. Saya bersyukur, benar-benar bersyukur atas keajaiban ini. Kami mampu mengharumkan nama kampus kami tercinta, STAN, dan membawanya kembali ke posisi puncak dalam perlombaan akuntansi nasional. Kami sangat senang bisa melakukannya. :')

Akhirnya kami dipanggil maju ke depan panggung untuk menerima hadiah kami, sebuah trofi dan uang senilai 35 juta rupiah dalam bentuk scholarship dan voucher. Dengan sedikit grogi kami menerima hadiah tersebut dari Ibu Retty Setiawan. Selanjutnya kami berfoto bersama dan bersalaman kepada seluruh panitia dan finalis lainnya. 

Demikianlah CPA Australia Accounting Competition 2014 ini berakhir. STAN berhasil meraih juara pertama. Ini luar biasa!

Preliminary Round
Final Round
With Ms. Retty Setiawan
The Honorable Prize
Di akhir postingan ini, saya ingin secara khusus mengucapkan selamat kepada kedua teman saya, Fauziah Noor dan Rahmad Karim Harahap. Berkat kerja keras dan kerja sama dari kalian kita bisa sama-sama mewujudkan mimpi ini. Mimpi yang mungkin hanya akan menjadi sebatas mimpi, jika kita hanya pasrah dan berdiam diri. Mimpi yang tidak akan pernah menjadi nyata jika kita tidak bekerja sama dengan cara sebaik apa yang telah kita lakukan 3 minggu ini. 

Thank you very much guys! You guys really deserved this! :))


***



Kamis, 13 Maret 2014

Kegagalan Terbesar

Lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini. Maklum, kesibukan yang makin ke sini, makin menjadi dan rasa malas yang selalu menggerayangi tiap kali terpikir ide untuk mulai menulis. Tapi khusus malam ini, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak menuliskan peristiwa yang satu ini. Ini penting. Sangat penting.

Dua hari yang lalu, salah satu dosen kami mengumumkan nilai ujian tengah semester yang telah diujikan dahulu. Awalnya saya sangat cemas akan hal ini, mengingat telah banyak kabar beredar dari kelas tetangga tentang "anomali-anomali" yang terjadi di kelas mereka masing-masing. Begitu banyak mahasiswa yang sepantasnya mendapatkan nilai yang tinggi, namun kenyataannya hanya mendapatkan nilai seadanya, bahkan nilai yang rendah dan tidak layak. Kabar ini tentu saja meresahkanku sebagai mahasiswa yang juga diajar oleh dosen tersebut. Lalu kemudian, tibalah hari dimana dosen tersebut mengumumkan nilai di kelas kami. Malangnya, nilai diumumkan secara terbuka, sehingga seluruh mahasiswa di ruangan dapat mengetahui nilai kami masing-masing. Saya pun menjadi semakin cemas... dan gelisah.

Pikiranku hanya terfokus pada nomor absenku, tidak ada yang lain, itu saja. Di hati saya hanya terus berdoa untuk menenangkan pikiran. Tak sempat lagi kudengarkan nilai-nilai yang diperoleh teman-teman lain. Hanya nomor absenku. Hanya nilaiku yang ingin kuketahui. Kemudian, tibalah saat ketika dosen tersebut menyebutkan nomor absenku bersama dengan nilai yang kuperoleh. "Nomor absen sembilan, sembilan puluh!!". Sontak, saya pun bersyukur dan secara refleks melakukan selebrasi atas hal tersebut. Senang sekali rasanya bisa mendapatkan nilai yang terbilang tinggi untuk mata kuliah yang diajar oleh dosen yang punya reputasi tidak begitu baik dalam memberikan nilai ujian. Terlarut dalam kesenangan dalam pikiranku sendiri, tak lagi kudengarkan kelanjutan pengumuman nilai yang dibawakan oleh dosen tersebut. Saya menjadi asyik sendiri.

Setelah kelas berakhir, rupanya ada beberapa orang teman yang mencatat seluruh nilai ujian mahasiswa yang diumumkan tadi. Saya pun segera melihat daftar tersebut. Saya butuh beberapa saat untuk menyadari bahwa daftar tersebut sangat jauh dari apa yang kubayangkan. Mayoritas teman-temanku mendapatkan nilai yang tidak selayaknya. Seperti apa yang dikabarkan oleh kelas-kelas tetangga, penuh dengan anomali. Beberapa orang yang menurut opini pribadiku layak mendapatkan nilai tinggi, justru mendapatkan yang sebaliknya. Hanya beberapa orang, dan itu sedikit sekali, yang mendapatkan nilai yang memuaskan. Ini sangat mengejutkan, jujur saja.

Sedih sekali rasanya gagal meraih hasil yang memuaskan bersama teman-teman. Saya telah gagal sepenuhnya menjaga visi yang kucanamkan di awal semester untuk sukses bersama teman-teman yang  lain, mendapatkan nilai yang memuaskan bersama-sama, senang dan bahagia bersama-sama. Apa artinya saya sukses sendirian sementara yang lain tidak? Saya benar-benar telah gagal di sini.

Namun kegagalan terbesar yang saya maksud di postingan ini sesungguhnya bukan di situ. Itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kegagalan saya sebagai seorang manusia yang seharusnya peduli dengan sekitarnya. Bayangkan, saya sempat merasa tenang dan senang ketika pengumuman nilaiku dibacakan, tanpa memperhatikan dan mempedulikan nilai yang diperoleh oleh teman-teman yang lain. Saya hanya fokus pada diri saya sendiri! Egois! Egois sekali! Padahal begitu banyak teman yang meringkuh sedih mendengarkan hasil yang didapatkannya, namun saya, lihatlah, saya asyik sendiri dalam lamunan kemasyhuran! Menyedihkan.

Iya, saya mungkin telah gagal menjadi seorang manusia. :(



p.s.
Dear future Fadli,
Besar harapan saya, kejadian semacam ini tidak terjadi kembali di kemudian hari.


***

Kamis, 30 Januari 2014

Pelik...

Betapa sulit dan lamanya kurasakan kembali perasaan itu.
Namun ketika kurasakan, ia harus kulepas kembali dengan cara yang menyedihkan.
Dengan kedua tangan ini dengan berat hati kuakhiri semuanya.
Impian dan cita-cita pun menguap seketika.

Atas semua ini, logika dan perasaan hadir sebagai pembenar keputusan.
Keputusan yang kuambil mungkin tidak salah.
Tapi jelas itu juga tidak benar.
Pelik sekali.

p.s.
Dear future Fadli, you should learn a lot from this.



**</3**




Sabtu, 04 Januari 2014

Resahku

Sekali lagi saya dibuat bingung oleh manusia. Mereka seringkali lebih memilih membangun dinding yang tinggi di antara sesamanya, padahal mereka seharusnya dapat membangun jembatan yang luas. Dinding yang membatasi interaksi. Dinding yang kokoh tak bercelah memberi jarak mereka dari sesamanya. Bukannya jembatan yang dapat menghubungkan dan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Semuanya hanya karena status sosial, kemampuan, ketidakmampuan, masa lalu, dan lain sebagainya. 

Mereka sangat judgemental menurut saya. Sedikit-sedikit menilai dengan kecenderungan mengambil poin-poin negatif dan mengabaikan sisi positif. Menilai seseorang hanya dari satu perspektif, dari perspektif mereka sendiri, atau mungkin lebih tepatnya, dari perspektif yang mereka inginkan bukan yang sepatutnya. Padahal mereka sadar betul akan keterbatasan pengetahuan manusia, apalagi penglihatannya. Mereka belum mengenal secara dekat, tapi berani menilai sesukanya. Belum lagi pada mereka yang mendasarkan penilaian hanya pada status di media sosial. Ini sungguh naif menurut saya.

Jika pun penilaian mereka ternyata benar, apakah mereka pantas untuk membangun dinding kokoh itu? Saya pikir tidak. Toh kita ini adalah manusia, bukan robot. Manusia dapat berkembang, dapat belajar, tidak seperti robot yang telah terprogram. Dengan membangun dinding artinya kita putus asa terhadap manusia tersebut. Padahal manusia tersebut bisa jadi memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Manusia dapat belajar kawan. Lalu mengapa kita secepat itu putus asa pada mereka? Menghakimi seenaknya tanpa melihat dari berbagai sudut pandang kehidupan? Sekali lagi, ini sangat naif menurut saya.

Tak bisakah kita bersikap netral, tidak judgemental

***