Senin, 16 Desember 2013

Buat Apa Berharap Surga?

Alkisah, tiga orang sedang menanti di pintu surga. Mereka adalah seorang pejuang, seorang bijak, dan seorang dermawan. Setelah melewati saringan yang cukup berat, sampailah mereka pada ujian yang terakhir. Ujian ini sangat penting dan amat menentukan sukses-tidaknya mereka dalam mencapai surga.
Orang pertama dipanggil. Ia berjalan dengan langkah yang gagah.
“Apa yang telah engkau lakukan di dunia?”, Tanya malaikat.
“Aku adalah pejuang yang gagah berani. Aku telah membebaskan negeriku dari cengkeraman penjajah.”
Anehnya, si malaikan sama sekali tidak terkesan.
“Mengapa engkau melakukan ini semua?”, Tanya malaikat penuh selidik.
“Aku ingin berjuang bagi banyak orang. Yang kucari adalah ridha Allah. Aku ingin mati syahid.”, jawab lelaki itu. Kali ini suaranya terdengar agak bergetar.
“Engkau bohong!”, kata malaikat tegas, “Sebenarnya engkau menginginkan namamu harum dan termasyhur. Engkau ingin disebut pahlawan yang gagah berani. Sekarang jawablah pertanyaanku, bukankah semua yang kau inginkan itu sudah kau dapatkan di dunia?”

Orang kedua dipanggil dan kepadanya diajukan pertanyaan yang sama.
“Aku adalah seorang bijak,” katanya, “Hidupku kuabdikan dengan memberikan motivasi dan pencerahan untuk orang banyak. Banyak orang yang telah berubah setelah mendengarkan kata-kataku.”
Namun malaikat sama sekali tak terkesan.
“Mengapa engkau melakukan semua ini?” tanyanya datar.
“Aku ingin mengabdikan hidupku di jalan Tuhan. Aku ingin semua orang berduyun-duyun ke arah kebaikan. Aku ingin mengubah nasib bangsaku.”
“Engkau bohong!”, kata si malaikat. Ia menatap tajam si orang bijak. Begitu tajamnya hingga si orang bijak pun akhirnya tertunduk.
“Engkau melakukan semua itu supaya orang-orang memanggilmu dengan sebutan orang bijak. Engkau ingin menjadi terkenal, ingin dielu-elukan. Engkau menginginkan kemasyhuran. Bukankah engkau sudah mendapatkan kekayaan dan pengaruh yang luar biasa? Bukankah apa yang engkau cari sudah kau dapatkan semua di dunia??

Akhirnya, tibalah giliran orang ketiga.
“Selama hidupku aku selalu membelanjakan hartaku untuk mereka yang membutuhkan. Aku rajin bersedekah. Aku melakukan ini semua karena aku sangat mengasihi orang lain.”
“Engkau bohong!”, ujar malaikat. “Semua itu kau lakukan agar engkau disebut dermawan. Bukankah semua yang kau cari itu telah kau dapatkan di dunia? Lantas apa lagi yang kau cari di surga?
Pembaca sekalian, pertanyaan manakah yang lebih penting: “Apa yang kita lakukan” atau “Mengapa kita melakukannya”?
Bagi orang lain, pertanyaan yang paling penting adalah “apa yang kita lakukan”, sementara bagi diri kita sendiri, pertanyaan yang terpenting adalah “Mengapa kita melakukannya”.

Coba renungkan sebentar paragraf di atas. Pertanyaan pertama berkaitan dengan tindakan, sementara pertanyaan kedua berkaitan dengan motivasi. Sebuah tindakan yang sama bisa saja dilatarbelakangi oleh motivasi dan niat yang berbeda. Namun bagi orang lain, terlepas dari apapun motivasinya, yang terpenting adalah apakah tindakan tersebut bermanfaat bagi orang banyak. Dalam hal ini tidak ada bedanya apakah kita menolong orang karena semata-mata ingin menolong maupun karena ingin dikenal dan dipuji. Hal yang terpenting adalah apa yang kita lakukan itu bermanfaat.
Bagaimanapun, bagi diri kita sendiri yang paling penting justru adalah motivasinya. Hanya motivasi yang benarlah yang membuat perbuatan kita bermakna. Hanya motivasi yang benarlah yang dapat membuat kita merasakan kebahagiaan sebagai akibat dari tindakan kita.
Di dunia ini berlaku hukum pertukaran. Tindakan apapun yang kita lakukan selalu menghasilkan pertukaran. Pertukaran tersebut senantiasa terjadi secara tepat. Apa yang kita berikan selalu akan kita terima kembali hingga semuanya menjadi impas.
Ketika kita menyumbang korban bencana dengan maksud menciptakan citra yang positif, kita akan mendapatkannya. Di sini pertukaran telah terjadi dengan seimbang. Materi bertukar dengan citra. Ketika berbicara di depan orang banyak untuk mendapatkan popularitas, kita juga akan mendapatkannya. Kita telah mencapai apa yang kita targetkan. Pertukaran yang seimbang telah terjadi, kali ini spiritualitas telah ditukarkan dengan popularitas.
Jadi semuanya sudah tuntas. Semua yang kita cari sudah kita dapatkan. Lantas buat masih mengharapkan surga?
Surga adalah sebuah konsep spiritualitas. Walaupuns sering digambarkan sebagai tempat yang indah dengan kebun-kebun yang segar, makanan yang enak, dan bidadari yang cantik, surga sebetulnya bukanlah sebuah konsep materi. Oleh karena itu, surga hanya dapat membukakan pintunya kepada manusia yang masih menyisakan pertukaran spiritualitas di dalam setiap tindakannya.
Bila semua tindakan kebaikan yang kita lakukan telah kita terima balasannya dalam bentuk materi, ketenaran, citra, pengaruh, dan sebagainya, saya kira tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk spiritualitas. Bukan begitu?
Tidak ada lagi “ruang rahasia” yang hanya diketahui oleh kita dan Tuhan. Semua ruangan telah menjadi ruangan publik. Padahal, hanya penyisaan ruangan bagi spiritualitas tersebutlah yang menghasilkan kebahagiaan dan surga pada akhirnya. 
Marilah kita lakukan sebuah kebaikan kepada seorang nenek tua di jalan. Berikan ia uang dalam jumlah yang agak besar dan perhatikan air matanya yang menetes. Mungkin nenek itu akan terpana, berterima kasih, serta mendoakan kita. Nikmati sajalah pengalaman itu Ini adalah sesuatu yang sangat spiritual, sesuatu yag hanya merupakan rahasia kita dan Tuhan.

Namun sering kali ada bisikan di hati untuk menceritakan kejadian yang mengharukan ini kepada orang lain. Kalau kita merasa keinginan tersebut begitu kuat, cobalah kita ikuti. Hal yang menarik, begitu kita selesai menceritakan hal tersebut, seketika itu juga kebahagiaan yang kita rasakan sebelumnya menghilang dan lenyap begitu saja. Ini bukan berarti bahwa kita tidak mendapatkan balasan apapun. Sama sekali tidak. Ini hanya menunjukkan bahwa balasan spiritual yang tadi kita rasakan telah berganti balasan materi. Kebahagiaan telah kita tukarkan dengan citra dan popularitas.

Kita telah menukarkan SURGA dengan DUNIA!!

***

Disadur dari Buku You Are Not Alone karangan Mas Arvan Pradiansyah.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar