Senin, 23 Juni 2014

2nd Winner At Lomba Karya Tulis Simposium Kreasi dan Inovasi Mahasiswa Tingkat Nasional

Saya, Rahmad Karim Harahap (Acim), dan Fauziah Noor (Ziah) kembali dipertemukan pada suatu ajang perlombaan yang digelar oleh Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Ajang ini bertajuk: Lomba Karya Tulis Simposium Kreasi dan Inovasi Mahasiswa Tingkat Nasional. Sesuai dengan judulnya, pada perlombaan ini diharapkan setiap mahasiswa mengirimkan karya tulisnya yang berisi ide-ide baru yang orisinil di bidang yang dipilih. Kebetulan, pada lomba kali ini bidang yang dipilih adalah Akuntansi Pemerintahan. Maksud diadakannya lomba ini ialah untuk memberikan masukan bagi IAI KASP untuk pengembangan dan perbaikan Standar Akuntansi Pemerintahan. 

Kabar mengenai keberadaan lomba ini sendiri baru kami ketahui H-3 sebelum jadwal batas akhir pengiriman karya tulis yang dipersyaratkan (3 Juni 2014). Dengan modal 'nekat' akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti perlombaan tersebut. Melalui satu meeting singkat di Warkop Mamat, tempat kami biasanya berkumpul, kami merundingkan tema apa yang akan kami ambil. Berbagai tema mencuat saat itu. Mulai dari beberapa koreksi ringan dari PP 71/2010, akuntansi aset tetap, penganggaran berbasis akrual, sampai pada konsep kapitalisasi kontrak ikatan dinas. Awalnya kami sempat bingung akan mengambil tema apa, namun dengan diskusi yang alot dan cukup panjang, akhirnya kami memutuskan mengambil tema kapitalisasi kontrak ikatan dinas. Tema yang sebenarnya merupakan pengembangan ide dari Acim ini kami ambil dengan mempertimbangkan nilai orisinalitas dari tema tersebut. Judul yang kami pilih untuk karya tulis kami ini ialah Kapitalisasi Kontrak Ikatan Dinas Sebagai Aset Tak Berwujud Guna Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah.

Jadilah kami mulai mengerjakan pembagian tugas kami masing-masing. Waktu pengerjaan ini maksimal satu hari. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Seluruh daya, upaya, kreativitas, ide, gagasan, intuisi harus kami paket menjadi satu dalam wujud karya tulis yang akan dikirimkan ke IAI tanggal 3 Juni 2014. Dengan bersusah payah, akhirnya kerjaan masing-masing bisa kelar pada waktu yang ditentukan. Kami pun memutuskan untuk kumpul lagi di St.Lawson depan kampus STAN pada hari minggu malam untuk rekonsiliasi pekerjaan kami masing-masing. Proses rekon ini pun tidak bisa dibilang mudah. Masing-masing dari kami meminta masukan dari yang lain untuk hal-hal yang tidak ketahui. Demikian seterusnya, hingga akhirnya wujud dari karya tulis kami mulai tampak jelas. Sampai tengah malam kami di sana, berjuang, hingga akhirnya semuanya selesai dan siap dikirimkan. Kami pun pulang lalu beristirahat. Hari senin besok akan menjadi hari yang sangat, sangat sibuk. 

Kesibukan yang digadang-gadang hari senin pun menjadi nyata. Kami harus mengurus persyaratan administrasi ke kampus berupa Surat Keterangan Mahasiswa, selain itu kami juga harus melampirkan nama dosen pembimbing kami. Persyaratan pertama alhamdulillah bisa diselesaikan. Nah permasalahan yang kedua ini yang sulit. Bagaimana tidak? Mayoritas dosen pembimbing yang kami perkirakan akan tertarik menangani ini ternyata sulit ditemui, berhalangan, bahkan ada menolak karena kesibukannya. Sampai sore kami menunggu kepastian dosen pembimbing ini, namun hasilnya nihil. Padahal besok adalah batas akhir pengiriman karya tulis ini. Hmm... Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak saya. Saya menghubungi salah satu dosen di bidang Akuntansi Pemerintahan yang saya favoritkan. Melobi dengan alasan ini-itu, hingga akhirnya bapaknya mau dan bersedia menjadi "dosen pembimbing" kami. Beliau adalah Bapak Budi Mulyana. Dengan berbekal pengetahuan beliau yang luar biasa di bidang Akuntansi Pemerintahan, beliau memberikan begitu banyak saran untuk pengembangan karya tulis ini. Terakhir, beliau menitipkan doa dan harapan, semoga karya tulis tersebut bisa menjadi juara I dalam ajang simposium ini.

Demikianlah proses yang kami tempuh hingga akhirnya kami pun mengirimkan karya tulis tersebut sebelum batas akhir yang ditentukan. Benar-benar on-time!!  Tapi tak mengapa, menurut saya, apa yang telah kami lakukan dalam tiga hari ini adalah hal yang tidak masuk di akal. Setelah mengirimkan karya tulis tersebut, kami perlu menunggu lagi sampai tanggal 9 Juni 2014 untuk pengumuman karya tulis mana yang layak untuk dipresentasikan di babak final di Yogyakarta. Babak final sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2014. Kalau kami lolos, itu artinya kami harus segera terbang ke Yogyakarta pada saat itu. Ini menjadi rumit karena masa-masa Ujian Tengah Semester/Ujian Akhir Semester akan dimulai pada tanggal 16 Juni. Hmm...

***

Seminggu pun berlalu. Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sayang sekali pengumuman yang ditunggu-tunggu ternyata tidak diumumkan sesuai tanggal yang dijanjikan. Ini membuat kami cemas tentu saja. Kami mencoba menghubungi panitia dan panitia mengonfirmasi bahwasanya memang pengumuman belum dirilis ke peserta. Kami diminta untuk bersabar menunggu email pengumuman dari panitia. Email tersebut akhirnya sampai keesokan harinya. Alhamdulillah karya tulis kami termasuk dalam sembilan karya tulis lain yang diundang ke Yogyakarta. Di antara kesembilan finalis tersebut dua di antaranya berasal dari Universitas Gajah Mada. Ah, senang dan bangga sekali rasanya. :')

Permasalahan selanjutnya adalah waktu yang kami miliki untuk mempersiapkan urusan administrasi, transport, akomodasi, dan lain-lain dalam waktu dua hari. Ini mengharuskan kami berurusan dengan Sekretariat Kampus dan Badan Eksekutif Mahasiswa. Jadwal kuliah yang padat menjadi kendala utama dalam pengurusan ini. Yang cukup disesalkan ialah minimnya peran Sekretariat (Lembaga) dalam mendukung langkah yang kami ambil ini. Proses yang sangat berbelit-belit, dilempar kesana-kemari, bahkan menjumpai ketidakjelasan dalam pengurusan uang transpor pada lembaga. Ini menyedihkan tentu saja. Namun demikian, alhamudulillah semua yang dibutuhkan dapat diselesaikan tepat sebelum kami berangkat. Akhirnya pada tanggal 11 Juni 2014 sore, kami bergegas ke Gambir untuk menaiki kereta Taksaka yang akan mengantarkan kami ke Yogyakarta. Insya Allah besok subuhnya kami akan tiba di Yogyakarta. 

Selama di Kereta bisa dibayangkan apa yang kami lakukan? Yup, tentu saja menyiapkan bahan presentasi kami buat besok. Mulai dari menyusun slide presentasi yang kompeten dengan kemasan yang semenarik mungkin. Perlu strategi tertentu untuk ini, mengingat waktu presentasi yang disediakan bagi masing-masing tim hanya 10 (sepuluh) menit, dan disiapkan waktu 20 (dua puluh) menit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh juri perlombaan. Selain itu, kami juga perlu mempersiapkan bahan presentasi masing-masing. Benar-benar menjadi malam yang panjang dan tidak terlupakan. Ditemani dengan suara gesekan rel kereta dan lalu-lalang pramusaji di kereta, kami berdiskusi membicarakan apa-apa saja yang akan kami lakukan besok. Di penghujung malam, kami pun terlelap dalam kesenyapan kereta. Dingin membelai kami lembut. Selamat malam.
Taksaka Eksekutif, with Acim
***

Stasiun Yogyakarta, 11-06-2014, 04.47 WIB
Fajar menyingsing, akhirnya kami di tiba di Yogyakarta. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Stasiun Yogyakarta. Suasananya sangat lengang saat itu. Kami pun dijemput oleh keluarga Ziah yang menetap di Yogyakarta. Rencananya kami akan beristirahat sebentar di kediaman mereka sebelum beberes dan melanjutkan perjalanan ke Gedung STIE YKPN Yogyakarta, tempat perlombaan ini dilaksanakan.

Setelah semua persiapan kami kerjakan, kami pun berangkat ke lokasi pertempuran. Kami tiba lebih cepat dari yang dijadwalkan. Terlalu bersemangat (ha-ha). Kami pun memanfaatkan waktu yang ada untuk registrasi, lalu bergegas ke kantin untuk membicarakan teknis presentasi. Sesuai jadwal, kami akan mempresentasikan materi kami tepat setelah makan siang. Kami mengikuti presentasi dari finalis-finalis lain dengan seksama. Di akhir presentasi dan sesi tanya-jawab dengan dewan juri, partisipan lain dapat menyampaikan pertanyaan kepada presentator. Masing-masing dari kami sangat memanfaatkan ini. Saya, Acim, dan Ziah secara bergantian menyampaikan pertanyaan seputar presentasi yang disampaikan oleh presentator yang mendapatkan giliran. Beruntung bagi saya, berkat ini akhirnya saya terpilih sebagai Penanya Terbaik di ajang perlombaan tersebut. 

Hmm, lanjut. Nah akhirnya tibalah saat bagi kami menyampaikan presentasi kami. Dalam sepuluh menit jujur saja saya pesimis bisa selesai membahas seluruh materi. Namun sekali lagi, berkat kuasa Allah, proses presentasi dan tanya-jawab dengan dewan juri berlangsung sangat lancar. Hampir tanpa celah, semua pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri dapat kami jawab dengan maksimal. Harapan di dada semakin membuncah. Semoga bisa menang. Semoga bisa membawa harum nama STAN lagi di jagat perakuntansian nasional. Aamiin..

Pukul 16.30 WIB, seluruh tahapan presentasi pun berakhir dan ditutup dengan penyerahan hadiah bagi Penanya Terbaik. Sementara untuk pemenang lomba ini akan diumumkan pada acara puncak di acara bertajuk Malam Sarasehan Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Sektor Publik yang akan digelar di Hotel Eastparc, Yogyakarta, tepat pukul 18.00 WIB. Memanfaatkan sisa waktu yang ada, kami pun kembali ke kediaman keluarga Ziah untuk meluruskan tulang belakang, beristirahat, dan berbenah. 

***

Malam pun tiba, kami pun segera berangkat ke lokasi yang dituju. Hotel tersebut berada cukup jauh dari kediaman yang ditempuh dalam waktu sekitar 20-25 menit. Sesampainya di sana, kami masuk ke hotel dan segera menuju ke lantai 4. Seketika pintu lift terbuka, saya terperanjak melihat apa yang saya saksikan. Suasana di sana begitu ramai. Orang-orang berbusana batik yang kelihatannya cerdas dan berwibawa berkumpul sambil menikmati sajian makan malam. Dengan bermodalkan jas almamater tentu kami merasa canggung berada di tengah orang-orang ini. Apalagi, ternyata beberapa dari mereka adalah pejabat-pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan, BPKP, dan instansi pemerintah lain yang terlibat aktif dalam kepengurusan IAI-KASP. Acim bahkan sempat beberapa kali berpapasan dengan atasannya sewaktu masih di kantor dulu. 

Berhubung kami sangat kelaparan, itu semua tidak lagi dipikirkan. Kami menuruti insting kami untuk menikmati sajian yang begitu variatifnya di aula tersebut. Kami pun berpencar mengambil preferensi makanan masing-masing, lalu berkumpul kembali untuk berbincang. Tak jarang kami ikut perbincangan beberapa finalis lainnya. Ini terus berlangsung sampai panitia (Mbak Alfri) mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai dan kami diharapkan untuk segera memasuki aula utama. Kami pun beranjak masuk. Tak lama setelah kami masuk, Mbak Alfri menghampiri kami, dan meminta kami secara spesifik untuk stand-by di samping panggung tepat setelah MC membuka acara. Seketika kami memahami maksud Mbak Alfri ini. 

Kami pun segera ke samping panggung. Di sana kami diarahkan untuk maju ke panggung ketika MC memanggil nama kami. You know what? Kami menang!!! Entah itu sebagai juara 1, 2, atau 3, yang jelas kami menang. Alhamdulillah..!!! Dalam hati kami bersorak namun tetap memasang wajah serius, berusaha sekuat tenaga agar tak ada yang mengamati perubahan air muka kami. Hmm... Jujur saja, dengan mempertimbangkan orisinalitas karya tulis, kualitas presentasi kami, pertimbangan terhadap presentasi finalis lain, saya pribadi optimis kami bisa meraih juara pertama. Semoga terwujud.

Sampai kemudian MC membuyarkan monolog saya di kepala. Mula-mula MC memanggil wakil dari UGM sebagai juara ketiga di ajang simposium tersebut. Para tamu yang begitu ramai bersorak. Mereka pun menerima hadiah yang diserahkan oleh perwakilan IAI-KASP. Tak lama kemudian mereka turun panggung disertai senyum sumringah di wajah. Lalu, MC pun melanjutkan tugasnya. MC kemudian memanggil juara 2 lomba tersebut yaitu STAN!!

Saya terpereanjat. Sedikit kaget dengan keputusan juri. Butuh waktu beberapa detik bagi saya untuk kembali ke realita dan segera berjalan ke panggung bersama Acim dan Ziah. Kuperhatikan wajah kedua temanku itu sama halnya denganku, menyimpan pertanyaan besar yang ingin ditanyakan namun tidak kuasa, hingga akhirnya dipendam saja. Setelah di panggung, petinggi dari IAI-KASP pun maju memberikan hadiah kepada kami masing-masing, yaitu Uang Tunai Rp10.000.000,-, beasiswa Brevet A&B, Buku PSAK Edisi 2012, dan form gratis mendaftarkan diri sebagai anggota IAI muda. Kami pun menerima hadiah tersebut secara bergantian dengan senyum tipis di wajah masing-masing. Mata kami tetap diisi pertanyaan yang sama, Lalu, siapa yang jadi juaranya?"

Kami turun dari panggung dengan tidak begitu bersemangat. Dalam perjalanan kami ke tempat duduk kami, MC mulai mengumumkan bahwa berdasarkan keputusan dewan juri tidak ada yang menjadi juara 1 di ajang perlombaan tersebut. Seketika beban berat di pundak saya seperti hilang. Namun, seketika itu juga muncul pertanyaan yang jauh lebih besar lagi, "Mengapa bisa demikian?" Sayangnya MC tidak memberikan penjelasan mendalam mengenai hal itu. Pertanyaan ini pun tidak memiliki jawaban yang pasti. Kami hanya bisa berspekulatif mengenai kemungkinan-kemungkinan yang bisa menyebabkan ini. Namun itu semua kami simpan dalam benak kami masing-masing sembari mengikuti jalannya acara diskusi antar Kompartemen Akuntan Sektor Publik dalam tema Membangun Perekonomian yang Transparan dan Akuntabel yang Modern.

Tamu undangan malam sarahsehan, Eastparc Hotel, Yogyakarta.

Acara ini menarik sekali sesungguhnya. Mereka banyak mengundang praktisi-praktisi dari berbagai daerah yang sukses menjalankan akuntansi pemerintahan melalui opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah masing-masing. Di antaranya yang saya kenali adalah Bapak Syahrul Yasin Limpo (Gubernur Sulawesi Selatan), Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng), dan Pak Soekarwo (Gubernur Jatim). Yang menjadi modulator dalam acara ini adalah Ketua IAI sendiri, tak lain dan tak bukan adalah Bapak Mardiasmo. Para pembicara bergantian menyampaikan praktik-praktik positif seputar membangun transparansi dan akuntabilitas di daerah masing-masing. Tidak jarang, Pak Mardiasmo mempersilakan partisipan untuk menyampaikan pertanyaan kepada pembicara di panggung. Sangat disayangkan, saya tidak dapat menyimak acara yang menarik ini dengan begitu seksama. Pikiran saya masih berporos pada satu hal yang sama dan belum bisa melepaskan diri dari itu. "Mengapa tidak ada juara 1?"

Hingga akhirnya kami putuskan untuk tetap positif. Kami memutuskan untuk menerima juara kedua ini dengan senyum yang lebih lebar. Paling tidak, STAN is second to no one. Meskipun bukan sebagai juara 1, STAN tetaplah juara di ajang ini. Getir sebenarnya, tetapi ini harus kami terima dengan lapang dada. Pasti ada hikmah yang bisa dipetik dari sini. Alhamdulillahirobbil'alamin. Terima kasih atas rahmat-Mu ini ya Allah. Semoga kelak di kemudian hari, akan tiba masa kami masing-masing atau bersama-sama dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi. Aamiin

Besok paginya kami kembali ke Jakarta. Pesawat adalah pilihan kami kali ini. Sampai jumpa Yogyakarta!

***

p.s.
Teruntuk sobatku Acim dan Ziah,
Kalian luar biasa seperti biasa! Terimakasih kerjasamanya, pengorbanannya, dan pengertiannya. 
Waktu yang dihabiskan di Jogja kemarin sangat istimewa.
Di ajang selanjutnya (kalau ada) kita harus juara 1 ya! :)

Yuk, Pepperlunch!!!







Sabtu, 21 Juni 2014

Sad story..

It's great to see you smiling every time.
It's wonderful to see you laughing every moment.
I'm happy only by seeing you from far away.
From the sideline, that's my space.

Sometimes, I'm trying to enter your surrounds.
Not a pinch of minute,
that happiness fades away so suddenly.
No more smile, only frown.
What right do I have to do this to you?

So, I go back to my spot.
Waiting...
And keep waiting.
Loving from far away.
Wondering, 
when would this feeling of mine reach you?

Till one day, I think I should end this hope.
That invitation.. Your answer..
You were so cruel.

What mistakes have I done to you?
How could you be so cruel to the one who loved you?