Kamis, 21 Maret 2013

My First Time Visiting Bali!!! ^^



Bali
16 – 18 Maret 2013

Prolog
Dulu sewaktu masih berumur 5 tahun, aku ingat betul ketika bapak pulang ke rumah membawa aneka ragam oleh-oleh dari Bali. Ada kaos dengan ragam warna dan corak, tas-tas, kain/sarung, batik, dan lain sebagainya. Sambil membagikan oleh-oleh tersebut, bapak dengan penuh semangat menceritakan pengalamannya selama bertugas di Bali. Tidak lama, hanya 7 hari, namun kata beliau itu tidak salah lagi adalah perjalanannya yang paling menyenangkan. Sebagai informasi, bapakku adalah seorang auditor yang kerjaannya lebih sering di luar daripada di dalam kantor, mengunjungi provinsi-provinsi di seluruh negeri ini. Sejak saat itulah, aku bertekad untuk mengunjungi pulau Bali suatu saat nanti, tentunya dengan hasil jerih payah sendiri.

Bali, Hari Pertama, 16 Maret 2013


First Time Visiting Bali!
Pada tanggal 16 Maret 2013 tekad yang kususun sejak umur 5 tahun itu menjadi kenyataan. Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di pulau Bali, pulau dewata yang terkenal dengan keindahan panoramanya, keramahan penduduknya, dan kekentalan budayanya. Alhamdulillah..
Perjalanan ke Bali ini kulakukan bersama ketiga teman lain, yaitu Hendrayani (Yani), Niken Kusuma (Niken), dan Yonas Rio (Yonas). Sebenarnya perjalanan ini dilakukan dalam rangka menghadiri undangan resepsi pernikahan Mba Eka, salah satu teman kami. Namun tentu saja Bali terlalu menggoda untuk hanya dihabiskan dengan menghadiri resepsi, bukan? Hehehehe.. Mengingat ini adalah kali pertama aku ke sini, aku pun menyerahkan tugas membuat rencana perjalanan ke teman lain yang lebih mudeng dengan Bali. Yani lah pada akhirnya yang membuat masterplan perjalanan kami ini. Sebelum berangkat aku mempersiapkan kamera DSLR-ku beserta beberapa lensa dengan rapi di dalam camera bag ku. Afterall,  I’m an aspiring photographer, you know..? 
Well, jadi seluruh rencana telah siap. Kami pun berangkat…
Pesawat yang kami naiki adalah Air Asia dengan jadwal yang paling pagi: take-off tepat pukul 06.00 WIB.
Perjalanan ke Bali kami tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 40 menit. Hingga kita pun tiba di Bandar Udara Ngurah Rai pada pukul 08.45 waktu setempat. Setibanya di bandara, kami pun dijemput oleh supir yang disewa oleh Mba Eka. Namanya adalah Bli Wayan. Bli Wayan ini bisa dibilang orang yang easy-going, sabar, dan gak neko-neko. All-you-can-use lah. Hehehe.. Setelah bertemu Bli Wayan, kami berempat pun berangkat dengan mengendarai mobil Avanza Silver. Destinasi pertama tentunya penginapan yang letaknya di pusat kota Denpasar. Bandara ke penginapan ditempuh dalam waktu lebih kurang 45 menit. Setibanya di penginapan, kami bersih-bersih sedikit, ganti baju formal, lalu segera ke acara boyongan mba Eka yang digelar di kediamannya di Kabupaten Tabanan, Bali. Acara boyongan ini adalah semacam acara adat prosesi ‘penyerahan’ istri ke keluarga suami. Acaranya sendiri berlangsung cukup lama. Cukup membosankan bagi kami yang sama sekali tidak memahami acara tersebut.
Kira-kira pukul 12.00 keseluruhan acara boyongan tuntas. Para tamu pun dipersilakan untuk menikmati hidangan makan siang. Makan siang lumayan menggairahkan dan ada sate ikan khas Bali pastinya.  Hmm.. Yummy! ^^ Setelah puas melahap ini-itu, kami pun pamitan kepada kedua mempelai lalu melanjutkan acara kami ke…. Danau Beratan, Bedugul! Yay~! :D

Danau Beratan, Badugul – Mesmerizingly Beautiful Place
Dari Tabanan, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu tempat wisata favorit di Bali: Danau Beratan di kawasan Bedugul. Waktu tempuh dari Tabanan ke sini adalah sekitar 1 jam dengan kondisi jalan lancar. Di tengah jalan kami sempat frustasi sebab hujan turun dengan sangat deras yang didukung dengan langit yang sungguh kelam. Sempat terbersit keinginan untuk memutar arah, namun pada akhirnya kami memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan. Puji Allah, sesampainya di lokasi, hujan telah reda menyisakan langit mendung abu-abu. Rencana kami pun berjalan sesuai yang direncanakan.
Untuk masuk ke lokasi wisata ini tiap kepala perlu membayar ongkos tiket Rp10.000,-. Biaya tiket tersebut sungguh tak ada apa-apanya dibandingkan pesona keindahan alam yang akan kalian dapatkan. Really. Pertama kali aku menginjakkan kaki menyaksikan Danau Beratan yang dikelilingi candi ini sungguh breathtaking! Indah! Ketenangan riak danaunya. Warna-warna taman di sekeliling danaunya. Oh, sungguh luar biasa. Tanpa berpikir panjang, aku mengeluarkan kamera DSLR dari camera bag ku. Dengan bermodalkan Nikon D3100 dengan kit standar aku sukses mendapatkan beberapa jepretan landscape bagus di sini. Tak lupa kami berfoto satu sama lain, mengabadikan momen kebersamaan ini. Setelah puas foto-foto kami memutuskan untuk menyewa perahu beratap untuk membawa kami melintasi danau ini. Ongkos perahu dipatok Rp127.000,-, cukup mahal sebenarnya untuk apa yang kalian dapatkan. Frankly, sewa perahu ini tidak saya rekomendasikan kepada pembaca. 
Setelah seluruh aktivitas di Danau Beratan selesai, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke destinasi selanjutnya: Tanah Lot.

Tanah Lot – Nice Place with Decent Sunset View
Pemandangan sunset di Tanah Lot menjadi destinasi akhir kami hari ini. Selama perjalanan kerap kali aku berdoa semoga dipertemukan dengan pemandangan sunset yang indah dengan langit megah kemerahan dan baying-bayang matahari yang jelas terpantul di lautan.
Perjalanan ke Tanah Lot dari Bedugul ditempun dalam waktu 1 setengah jam. Cuaca sangat cerah. Kami berhasil sampai di tujuan pada pukul 17.00 WITA, dan saat itu matahari masih sangat tinggi. Sedikit heran saya pun menanyakan hal tersebut kepada Bli Wayan, supir kami. Beliau pun menjelaskan bahwa sunset di sini memang berbeda dengan di wilayah lain pada umumnya. Sunset di sini lebih lama. Hal tersebut terjadi akibat letak astronomis Bali yang berada paling barat untuk wilayah waktu Indonesia Tengah. Reasonable.
Sambil menunggu sunset kami pun berkeliling ke kios-kios di sekitar situ, mencari sesuatu yang layak dibeli. Setelah berkeliling lama, waktu sunset pun tiba. Kami pun beranjak ke panta mengikuti rombongan turis asing maupun domestic yang berlomba-lomba menenteng kamera mereka, memburu sunset.
Aku pun mulai mengeluarkan kamera mengambil beberapa jepretan gambar yang tidak sombong kalo kukatakan gambar tersebut bagus dengan komposisi menarik. Lumayan. Pada beberapa kesempatan aku mengambil beberapa gambar siluet yang decent.
At least, sunset yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami pun menyiapkan kamera kami masing-masing. Kemudian suatu kejadian konyol terjadi, batere kamera ku lowbat!! Arrrrghhhhhh…. Tiiiidaaaaaakkk… T_T Bego banget. Pas sunset pula lowbatnya. Sunset sore ini cukup bagus padahal. Huff. Daripada ga mendapatkan apa-apa aku pun memutuskan menggunakan kamera HP untuk mengabadikan momen tersebut. Hasilnya tidak jelek sih sebenarnya, but it’s just not enough
Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada hal lain yang kulakukan selain terus menyalahkan diriku sendiri mengapa tidak memperhatikan kondisi batere. Cukuplah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

Bali, Hari Kedua, 17 Maret 2013

Hari kedua ini saya mulai dengan jalan pagi di sekitaran penginapan mengitari jalan Achmad Yani. Kebetulan sekali udara pagi ini sangat sejuk dan segar. Sepanjang perjalanan saya menemukan beberapa keunikan dari masyarakat setempat, antara lain keuletan mereka untuk bangun dan mulai bekerja pagi-pagi buta, solidaritas warga, kekentalan agama mereka dimana nyaris di depan pagar tiap rumah ditemui sesajen dan dupa yang tampaknya baru dipakar dini hari tadi, dan lain sebagainya. Begitulah sampai akhirnya saya tiba di sebuah warung yang menawarkan aneka ragam menu sarapan. Mengingat teman-teman seperjalanan saya pasti belum pada sarapan, maka ada baiknya saya turut membeli beberapa bungkus makanan di warung tersebut.
Memilih menu yang cocok untuk muslim di Bali ini tidak mudah. Sungguh. Begitu banyak makanan yang ditawarkan, namun sebagian besarnya merupakan makanan yang tidak halal untuk kami. Untuk itu ada baiknya memilih dengan teliti sebelum memesan apa yang akan Anda makan. Kembali ke topik, setelah cukup lama pilah-pilih menu, akhirnya kuputuskan untuk membungkus 4 nasi kuning yang sebungkusnya dipatok 3 ribu rupiah. Murah.
Sehabis sarapan, kami mulai berbenah. Hari ini akan sibuk. Jadwal hari ini adalah menikmati watersport di pantai Tanjung Benoa, siangnya berkunjung ke GWK (Garuda Wisnu Kencana), dan malamnya menikmati sunset di Uluwatu sambil menyaksikan tarian Kecak yang terkenal sangat diminati. Setelah mempersiapkan beberapa barang yang kira-kira akan diperlukan selama one-way trip ini, kami pun berangkat.

Tanjung Benoa, Magnificent Beach with Several Awesome Watersports, particularly Its Scuba Diving!
Tujuan pertama sesuai rencana kami adalah pantai Tanjung Benoa. Pantai ini terkenal dengan watersportnya-antara lain parasailing, scuba diving, snorkeling, jetskiing, flying fish, sea walkers, bananaboat, dan lain sebagainya. Setibanya di lokasi kami disambut oleh petugas di sana, bli Eka namanya. Orangnya asik dan negosiatif. Kami ditawarkan beragam paket watersport untuk kami pilih. Awalnya mahal, namun setelah tawar-menawar kami pun sukses mendapatkan harga yang terbilang worth it. Paket yang kami pilih adalah parasailing, scuba diving+kamera, bananaboat, dan flying fish. Awalnya keempat paket ini dipatok dengan harga Rp 850.000 per kepala plus Rp 300.000 untuk penyewaan kamera bawah laut. Namun setelah tawar menawar keseluruhan paket untuk kami berempat dipatok Rp 3.000.000 which means Rp750.000 per kepala.
Setelah melakukan pembayaran, kami pun diajak untuk bersiap-siap. Kami diberi seragam selam berlengan pendek. Sangat pas di badan, namun tetap nyaman. Seragam ini lah yang akan kami pergunakan selama melakukan keempat watersport yang menjadi pilihan kami. Berdasarkan urutannya, parasailing menjadi watersport yang pertama yang kami cicipi.
Parasailing adalah salah satu sport yang paling berbahaya bagi pelanggan, sebab dalam parasailing kita tidak hanya bermain di air, tetapi juga bermain di udara. Jadi pelanggan akan dipasangkan pelampung lalu diikatkan pada sebuah parasut yang besar yang mana parasut tersebut telah diikatkan pada badan sebuah motor boat yang siap menarik parasut tersebut mengitari langit. Parasailing dimulai dari pantai dan nantinya akan mendarat di pantai (bukan di laut). Parasailing hanya dilakukan selama satu putaran motorboat, setelah itu parasut akan dibawa kembali ke pantai untuk mendarat. Mengingat bahayanya sport ini, pelanggan perlu memahami dengan baik intstruksi dari pemandu lalu selama permainan pelanggan wajib mematuhi instruksi tersebut. Otherwise, kamu ga akan bisa mendarat dengan sempurna.
Parasailing sejatinya adalah wahana sport yang menyenangkan. Teman-teman sangat menikmatinya. Namun tidak denganku. Aku ga bisa menikmati parasailing as much as my friends did. Yeah. I hate height! Aku benci ketinggian. Well in fact aku takut ketinggian L Jadilah aku di atas sana menahan jantung yang berdetak kencang bak pacuan kuda yang rasanya hanya butuh beberapa menit untuknya untuk loncat keluar dari rusukku. *sigh* Namun, harus kuakui pemandangan di atas sangat indah. Menyaksikan pantai berpasir putih Tanjung Benoa yang membentang luas serta birunya lautan sungguh memanjakan mata. Seriously. Sangat direkomendasikan kepada kalian yang mencintai tantangan!
Wahana selanjutnya yang kami coba adalah scuba diving. Tentu saja mengingat kami  semuanya adalah pemula, kami harus didampingi oleh pendamping. Sebelum melakukan scuba diving setiap dari kami diminta berkumpul di sebuah ruangan untuk mengambil peralatan-peralatan yang diperlukan untuk menyelam. Peralatan yang diperlukan tersebut antara lain goggle kedap air, tabung gas oksigen, pemberat tubuh, dan kaki katak. Setelah semuanya terkumpul, kami pun diminta untuk segera ke perahu menggotong peralatan tersebut masing-masing. Tak lupa pihak penyedia wahana untuk mempersiapkan kamera water proof buat kami foto-foto di dalam laut :D
Setibanya di perahu, perahu pun berlayar menuju lokasi diving kami. Tidak jauh dari pantai sebenarnya. Sementara perjalanan kami ditentir singkat mengenai teknis melakukan diving, misalnya cara bernapas menggunakan tabung oksigen serta yang tak kalah pentingnya adalah kode-kode yang akan kami gunakan di dasar laut nanti. Teknik dasar bernapas melalui mulut ini menjadi kemampuan penting untuk kami kuasai. Setelah itu kami diminta untuk mencoba mempraktekkan teknik-teknik tersebut. Tidak ada kendala yang berarti sampai saat ini.
Hanya butuh 15 menit bagi kami untuk tiba di lokasi diving yang jaraknya kira-kira 2 km dari pantai. Setibanya di sana, kami pun mengenakan seluruh peralatan yang telah disiapkan. Setelah semuanya siap, kami segera masuk ke air dan berkumpul berpegangan di tepi perahu untuk mendengarkan instruksi lebih lanjut. Setelah itu kami masuk ke laut dan mulai mempraktekkan teknik bernapas menggunakan tabung oksigen. Setelah itu, kami dipecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama aku dan Yani, dan kelompok kedua adalah Yonas dan Niken. Masing-masing kelompok diminta mengikuti satu pemandu yang akan memandu selama berada di dasar lautan.
Tanpa berlama-lama lagi, kami pun menyelam satu-satu ke dasar laut. Aku menjadi orang pertama yang menyelam diikuti oleh Yani, lalu Yonas dan Niken. Sebagai kelompok pertama kami memimpin di depan dipandu oleh pemandu kami menyelami lautan yang sepi dan sangat ramai penghuni ini.
Indah. Sungguh indah pemandangan dasar laut yang kurasakan. Aku merasa sangat damai di sini. Melihat beragam ikan lalu lalang dengan berbagai macam corak dan warna, melihat koral dimana-mana, semuanya terlihat ramai meskipun tanpa suara. Aku sangat menyukai situasi ini dan ingin rasanya berlama-lama bermain bersama makhluk-makhluk dasar laut ini..
Demikian kami berenang berputar-putar di dasar laut, menikmat pemandangan yang tidak biasa indahnya, member makan ikan-ikan, berfoto dengan ikan-ikan lucu tersebut, dan sebagainya. Total kegiatan menyelam tersebut kami lakukan sekitar 20 sampai 30 menit. Setalah waktu cukup, kami dipimpin kembali ke permukaan laut, lalu naik ke kapal, dan bersiap-siap melaju ke pantai. Pengalaman menyelamku ini adalah salah satu pengalaman terbaik yang tak akan pernah terlupakan. Finally, I would say that Scuba diving di Pantai Tanjung Benoa sangat direkomendasikan kepada Anda yang ingin menyelam, namun belum memiliki sertifikat diving. Try it and you won’t regret it!
Aktivitas selanjutnya adalah bananaboat dan flying fish. Dua nama ini sebenarnya sudah tidak asing di telinga kita. Bananaboat adalah aktivitas watersport dengan menaiki perahu karet berbentuk seperti pisang yang ditarik oleh motorboat mengelilingi lautan. Cukup mendebarkan, terutama saat perahu kami sengaja dijatuhkan dan kami semua terlontar ke lautan. Lalu aktivitas selanjutnya, Flying Fish, bisa dibilang merupakan gabungan bananaboat dan parasailing. Watersport ini menggunakan perahu karet berbentuk seperti ikan pari yang mana bisa ditempati oleh 2 orang yang tidur terlentang di atasnya, berpegangan pada tali dengan kuat. Perahu tersebut lalu ditarik dengan menggunakan speedboat, lalu tidak lama kemudian perahu melayang untuk beberapa saat sampai akhirnya jatuh lagi. Begitu seterusnya. Secara pribadi kedua watersport ini tidak terlalu menarik antusiasku. Mungkin karena terlalu excited dengan diving tadi. Hehe. Kalo aku sih diving itulah klimaks aktivitas watersport kami di Tanjung Benoa. :D
Demikianlah petualangan kami di Tanjung Benoa. Destinasi kami berikutnya adalah Garuda Wisnu Kencana atau yang terkenal dengan sebutan GWK.

Garuda Kencana Wisnu (GWK) – Quite Beautiful Landscapes with Its Gigantic Statue
Suasana hari telah terik, namun initak menghalangi niat kami untuk  melanjutkan wisata ke destinasi kami selanjutnya, Patung Garuda Kencana Wisnu, patung yang konon katanya jika digabungkan akan menjulang tinggi, mengalahkan ketinggian patung Liberty di Amerika Serikat sana. Sebagai informasi, saat ini bagian patung yang telah selesai adalah kepala Garuda, Kepala hingga badan Wisnu, dan Kedua Tangan Wisnu. Masih beberapa bagian lagi yang perlu diselesaikan sebelum patung ini dapat dirangkai sempurna. Oh iya, patung ini terbuat dari tembaga lho, bukan dari batu ataupun kayu. Pahatannya harus kuakui sangat detail, benar-benar luar biasa mahakarya dari I Nyoman Nuarta ini.
Ongkos Rp30.000,- per kepala harus dikeluarkan untuk masuk ke kawasan GWK ini. Okay, jujur saja tidak banyak yang bisa dilakukan di sini kecuali foto-foto di depan patung Garuda maupun patung Wisnu. Untuk diketahui, landscape di sekitar patung ini bagus banget! Cocoklah buat Anda yang gemar motret landscape seperti aku. Hehehe..
Satu lagi, sebenarnya ada acara hiburan berupa tarian dan teater di sekitar patung Garuda/Wisnu ini yang dapat dinikmati dengan gratis. Namun berhubung acaranya dimulai saat Magrib tiba, kami pun tidak dapat menyaksikannya. Mengapa kalian bertanya? Tentu saja untuk melanjutkan jadwal padat kami ke destinasi selanjutnya: Menyaksikan pentas tarian Kecak di Uluwatu. ^^;

Uluwatu – There’s an Awesome Performance of Kecak Dance Here
Yang kami kejar di sini adalah tarian Kecaknya. Sumpah sampai deg-degan tadi di mobil dengan mulut komat-kamit berdoa agar tidak terlambat menyaksikan tarian Kecak ini. Performance Tarian Kecak di Bali yang paling terkenal ya di Uluwatu ini. Tiket per kepala untuk menyaksikan tarian dipatok Rp70.000,-. Itu terbilang mahal untuk sebuah pertunjukan tari di luar ruangan.
Pukul 17.30 kami tiba di Uluwatu. Sesampainya di sana kami mengalami kesulitan mencari tempat parkir akibat ramainya lokasi wisata yang satu ini. Setelah mendapat tempat parkir, kami pun bergegas ke pentas tarian.
Di perjalanan ada hal yang lucu terjadi. Yani yang saat itu mengenakan gaun berwarna kuning tiba-tiba diserang oleh monyet-monyet di Uluwatu. Okay, dipeluk mungkin lebih tepatnya. Hihihi. Sayang sekali, aku dengan kameraku terlalu terpukau (baca: terpingkal-pingkal) sampai gagal mengabadikan momen liar ini. Hehehehe. Well, jadi pesan moralnya, saat ke Uluwatu yang terkenal banyak monyet liar nan bandel, jangan berani-berani deh menggunakan pakain berwarna kuning yang dengan sekejab menarik perhatian monyet-monyet tersebut. Satu lagi, jika tidak penting, kacamata kalian please dilepas aja, kalo ga mau disambet monyet. XD
Back to topic, tibalah kami di lokasi pementasan Tari Kecak Uluwatu. Setelah membeli tiket, kami pun masuk ke arena pertunjukan dan tersentak melihat keramaian lokasi pertunjukan ini. Acara dimulai masih sekitar 15 menit lagi, namun seluruh bangku penonton telah terisi dengan penuh sesak. Luar biasa! Untung saja kami mendapatkan tempat di bagian atas. Tempat yang kami peroleh kurang strategis sebenarnya. Tapi tidak masalah, selama bisa menyaksikan tarian dengan lancar dilatarbelakangi sunset Ulutwatu yang menyejukkan. 
Tema tarian yang mereka ambil adalah Kisah Rama dan Sinta yang turut menampilkan karakter epik Hanoman. Pentas tarian berjalan sekitar satu setengah jam. Secara keseluruhan saya sangat menikmati pentas tarian ini. Mereka yang melakoni tarian ini juga terlihat begitu serius dan memerankan acting mereka dengan sangat baik. Selain itu, mereka juga sangat menghibur penonton dengan anekdot yang segar dan seringkali tak dapat kita duga. Bayangin aja, Hanoman yang tiba-tiba muncul di tengah penonton mempertontonkan aksi kocaknya “mengganggu” penonton yang tengah serius menyaksikan pertunjukkan. Tidak jarang juga Hanoman membuat balita yang menyaksikan acara ini menangis tersedu-sedu, takut dengan makhluk yang satu ini. Hahahaha.
Oiya, bagi yang belum mengetahui, Tari Kecak adalah tarian yang berbeda dengan tari-tarian pada umumnya. Tarian ini tidak diiringi alat music sama sekali. Background sound hanya berasal dari suara 40-50-an orang lelaki yang meneriakkan “cak-cak-cak” secara berkejar-kejaran. Unik dan menarik.
Jadi, jika sekarang kalian bertanya apakah tiket seharga 70 ribu rupiah itu worth it atau tidak, jawabannya adalah it’s worth every pennies. Apa yang mereka pertontonkan adalah pertunjukan kecak yang luar biasa. ^^

Bali, Hari Ketiga, 18 Maret 2013
Hari ketiga di Bali kami isi dengan menghadiri resepsi pernikahan Mba Eka dan Bli Ijus di daerah Bangli. Setelah itu kami berkeliling Bali mencari cendera mata buat teman-teman di Jakarta. Pusat oleh-oleh Bali pun menjadi sasaran kami. Krisna sebagai yang terpopuler menjadi ajang kami menghabiskan rupiah membeli aneka ragam jajanan khas Bali, mulai dari kacang koro, kacang disco aneka rasa, kacang asing Rahayu, pia susu, dan lain sebagainya.
Setelah puas berbelanja, kami segera bergegas mencari tempat shalat sekaligus tempat makan malam. Tempat yang kami tuju adalah sebuah resto dengan live music di kawasan Kuta Bali. Makanannya sih decent, ga begitu enak tapi juga ga terlalu buruk. Lumayan. Namun yang menarik adalah suasananya, terutama live music-nya itu. Pengunjung diperbolehkan bersenandung di sini. Menarik bukan? Hmmm, jika ingatan saya tidak mengkhianati saya, nama restonya adalah Ayam Plengkeng Kuta, Bali.
Setalah puas mengisi perut, kami pun segera bergegas ke bandara, mengejar pesawat yang akan membawa kami pulang ke Jakarta. Setibanya di bandara kami pun berpisah dengan Bli Wayan yang setia mengantarkan kami tiga hari ini. Setelah itu kami masuk ke bandara, check-in, menunggu pesawat Air Asia yang akan mengantarkan kami pulang ke Jakarta… In the end, pengalaman di Bali ini sungguh mengesankan! ^^

Sampai jumpa Bali.. Sampai ketemu lagi di lain kesempatan! ^_^

1 komentar:

  1. Menarik Juga Mengikuti Postingan Kunjungannya Selama di Bali. Mau Numpang Share Juga neh. Mau Promoin Rental Mobil Murah Di Bali. Seandainya Agan Dan Pembaca Web Ini Berniat Ke Bali dan Butuh Jasa Sewa Mobil Murah Untuk Berwisata Di Bali Termasuk Sopir bisa Kontak Saya di AGP SEWA MOBIL MURAH DI KUTA LEGIAN SEMINYAK BALI Semoga Info Ini Membantu

    BalasHapus