Kamis, 14 Maret 2013

Kebakaran Kantor Musibah atau Anugerah?

Sesuai judul entri kali ini, telah terjadi insiden memilukan pagi ini di kantorku, yup, kebakaran! Pada awalnya, saat pertama kali menginjakkan kaki di kantor pagi ini semuaya tampak biasa, kecuali ada segelintir orang yang menunjukkan keramaian tidak biasa di depan lobi kantor. Namun otakku yang masih waras ini tentu tidak akan berpikir sejauh itu bahwa apa yang sesungguhnya terjadi adalah insiden kebakaran.
Kondisi di depan lobi kantor, menampilkan beberapa mobil pemadam kebakaran
Sehabis memarkir motor di basement 2, aku segera naik ke atas untuk absen fingerprint. Di dalam lobi kantor ternyata dipenuhi para pegawai yang tampak gelisah. Sontak firasatku menjadi tidak enak. Aku segera mencari kenalan, lalu bertanya ke ybs mengenai apa yang terjadi. Beliau pun menjelaskan bahwa telah terjadi kebakaran di lantai 27 dan 28 yang mengakibatkan power generator gedung utama (gedung tempatku bekerja) rusak dan tak dapat berfungsi sama sekali. Alhasil, listrik padam, lift tak dapat diakses, dan ruangan lobi itu dipenuhi bau asap yang menusuk sampai ke paru-paru. Tak lama kemudian, seluruh pegawai diminta oleh petugas keamanan untuk keluar meninggalkan lobi demi keselamatan masing-masing. Kami pun bergegas keluar menunggu tanpa ada kepastian. Seperti perkiraan, mobil pemadam kebakaran pun tiba dan parkir di depan kantor kami.

Sampai pukul sebelas ngalor-ngidul di 'teras' kantor sambil menunggu kepastian, kami bertiga, aku, dian, dan mbak yayuk pun memutuskan untuk beranjak ke tempat makan untuk makan siang tentunya sekalian menunggu listriknya nyala. Tempat makan yang kami tuju adalah sebuah warung dengan masakan khas manado yang tentu tidak akan saya bahas mendalam di entri ini. Lanjut, jadi kita makan di sana sampai pukul 13.00 kemudian tersiar kabar bahwa berdasarkan hasil rapat seluruh kasubdit Tata Usaha dan bidang kepegawaian kantor, diputuskan bahwa hari ini gedung tidak dapat dipergunakan dan diharapkan kepada pegawai untuk stay di kawasan kantor menunggu absen sore. Yup, kewajiban absen sore tetap ada, jadi kantor tidak 'libur' seutuhnya. Menyikapi hal ini sebagian pegawai memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan plasiran ke mall-mall atau tempat hiburan sekitar kantor. Lucu, mengingat ini adalah jam kerja yang tidak sepantasnya dipergunakan dengna demikian. Nah, sebagian lagi memutuskan untuk pulang menunggu jam absen sore tiba. Yang masih menunggu di kantor saat ini hanya sebagian kecil, sangat kecil, pegawai yang harus saya akui punya integritas dan loyalitas yang luar biasa. *angkat topi*
Beberapa pegawai teladan yang masih setia menunggu

Saya sendiri? Saya tidak dapat menahan godaan untuk menghabiskan waktu itu di kost dengan anggapan bahwa menunggu di kantor tanpa ada kegiatan berarti juga sama saja bohong dan jauh lebih tidak efisien.
Sekian kronologis insiden kebakaran tersebut. Saatnya kembali ke topik permasalahan kita, apakah insiden tersebut sebuah musibah atau sebuah anugerah? Atau mungkin sebuah musibah yang membawa anugerah?
Dari tempat aku memandangnya, insiden kebakaran yang terjadi secara tiba-tiba ini adalah suatu musibah yang dahsyat efeknya. Bayangkan saja, seharian kami dibiarkan idle tanpa melakukan kegiatan produktif apapun. Apapun! Masalahnya adalah pekerjaan hari ini itu hanya akan menambah kerjaan di hari-hari berikutnya. Idle hari ini sama saja dengan lembur hari esoknya. Siapa yang menginginkan hal demikian? Bukannya segala sesuatu telah diatur sedemikian rupa sesuai porsinya masing-masing? Porsi double kerjaan dalam satu hari sama saja dengan bunuh diri secara perlahan, methaporically.
Well, aku yakin tidak hanya aku yang merasakan hal demikian. Pasti banyak pegawai lain yang merasakan ketidaknyamanan ini. Tapi ya namanya juga musibah ya. Kebanyakan tidak dapat kita antisipasi sebelumnya sehingga untuk menghadapinya kita perlu banyak-banyak bersabar dan mencari hikmah yang terselip dari musibah tersebut.
Nah, yang selanjutnya menjadi sorotan adalah segelintir pihak yang menganggap insiden ini sebagai anugerah. Mengapa? Sebab insiden ini secara legal memperbolehkan mereka plesiran di luar kantor pada jam kantor. Apakah ini salah? Tentu tidak ada yang dapat mempermasalahkan mereka, sebab kebijaksanaan pihak berwenang sendiri yang 'melegalkan' tindakan mereka. Namun dari sisi hati nurani, jelas mereka salah. Tidak selayaknya kita tertawa bahagia atas sebuah musibah yang terjadi.
Well, semua ini pada akhirnya kembali ke nurani kita masing-masing. Apakah kita melakukan hal yang benar atau hal yang keliru adalah kita sendiri yang menilainya.

Sekian entri kali ini, semoga ada hikmahnya bagi kita semua.
Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar