Bali
16 – 18 Maret 2013
Prolog
Dulu sewaktu masih berumur 5
tahun, aku ingat betul ketika bapak pulang ke rumah membawa aneka ragam
oleh-oleh dari Bali. Ada kaos dengan ragam warna dan corak, tas-tas,
kain/sarung, batik, dan lain sebagainya. Sambil membagikan oleh-oleh tersebut,
bapak dengan penuh semangat menceritakan pengalamannya selama bertugas di Bali.
Tidak lama, hanya 7 hari, namun kata beliau itu tidak salah lagi adalah perjalanannya
yang paling menyenangkan. Sebagai informasi, bapakku adalah seorang auditor
yang kerjaannya lebih sering di luar daripada di dalam kantor, mengunjungi
provinsi-provinsi di seluruh negeri ini. Sejak saat itulah, aku bertekad untuk
mengunjungi pulau Bali suatu saat nanti, tentunya dengan hasil jerih payah
sendiri.
Bali, Hari Pertama, 16 Maret 2013
First Time Visiting Bali!
Pada tanggal 16 Maret 2013 tekad
yang kususun sejak umur 5 tahun itu menjadi kenyataan. Untuk pertama kalinya
aku menginjakkan kaki di pulau Bali, pulau dewata yang terkenal dengan
keindahan panoramanya, keramahan penduduknya, dan kekentalan budayanya.
Alhamdulillah..
Perjalanan ke Bali ini kulakukan
bersama ketiga teman lain, yaitu Hendrayani (Yani), Niken Kusuma (Niken), dan
Yonas Rio (Yonas). Sebenarnya perjalanan ini dilakukan dalam rangka menghadiri
undangan resepsi pernikahan Mba Eka, salah satu teman kami. Namun tentu saja
Bali terlalu menggoda untuk hanya
dihabiskan dengan menghadiri resepsi, bukan? Hehehehe.. Mengingat ini adalah
kali pertama aku ke sini, aku pun menyerahkan tugas membuat rencana perjalanan
ke teman lain yang lebih mudeng dengan Bali. Yani lah pada akhirnya yang
membuat masterplan perjalanan kami ini. Sebelum berangkat aku mempersiapkan
kamera DSLR-ku beserta beberapa lensa dengan rapi di dalam camera bag ku. Afterall, I’m an aspiring photographer, you know..?
Well, jadi seluruh rencana telah siap.
Kami pun berangkat…
Pesawat yang kami naiki adalah
Air Asia dengan jadwal yang paling pagi: take-off
tepat pukul 06.00 WIB.
Perjalanan ke Bali kami tempuh
dalam waktu kurang lebih 1 jam 40 menit. Hingga kita pun tiba di Bandar Udara
Ngurah Rai pada pukul 08.45 waktu setempat. Setibanya di bandara, kami pun
dijemput oleh supir yang disewa oleh Mba Eka. Namanya adalah Bli Wayan. Bli
Wayan ini bisa dibilang orang yang easy-going, sabar, dan gak neko-neko.
All-you-can-use lah. Hehehe.. Setelah bertemu Bli Wayan, kami berempat pun
berangkat dengan mengendarai mobil Avanza Silver. Destinasi pertama tentunya
penginapan yang letaknya di pusat kota Denpasar. Bandara ke penginapan ditempuh
dalam waktu lebih kurang 45 menit. Setibanya di penginapan, kami bersih-bersih
sedikit, ganti baju formal, lalu segera ke acara boyongan mba Eka yang digelar di kediamannya di Kabupaten Tabanan,
Bali. Acara boyongan ini adalah
semacam acara adat prosesi ‘penyerahan’ istri ke keluarga suami. Acaranya
sendiri berlangsung cukup lama. Cukup membosankan bagi kami yang sama sekali
tidak memahami acara tersebut.
Kira-kira pukul 12.00 keseluruhan
acara boyongan tuntas. Para tamu pun
dipersilakan untuk menikmati hidangan makan siang. Makan siang lumayan
menggairahkan dan ada sate ikan khas Bali pastinya. Hmm.. Yummy! ^^ Setelah puas melahap ini-itu,
kami pun pamitan kepada kedua mempelai lalu melanjutkan acara kami ke…. Danau Beratan,
Bedugul! Yay~! :D
Danau Beratan, Badugul – Mesmerizingly
Beautiful Place
Dari Tabanan, kami melanjutkan
perjalanan ke salah satu tempat wisata favorit di Bali: Danau Beratan di
kawasan Bedugul. Waktu tempuh dari Tabanan ke sini adalah sekitar 1 jam dengan
kondisi jalan lancar. Di tengah jalan kami sempat frustasi sebab hujan turun
dengan sangat deras yang didukung dengan langit yang sungguh kelam. Sempat
terbersit keinginan untuk memutar arah, namun pada akhirnya kami memilih untuk
tetap melanjutkan perjalanan. Puji Allah, sesampainya di lokasi, hujan telah
reda menyisakan langit mendung abu-abu. Rencana kami pun berjalan sesuai yang
direncanakan.
Untuk masuk ke lokasi wisata ini
tiap kepala perlu membayar ongkos tiket Rp10.000,-. Biaya tiket tersebut
sungguh tak ada apa-apanya dibandingkan pesona keindahan alam yang akan kalian
dapatkan. Really. Pertama kali aku menginjakkan kaki menyaksikan Danau Beratan
yang dikelilingi candi ini sungguh breathtaking!
Indah! Ketenangan riak danaunya. Warna-warna taman di sekeliling danaunya. Oh,
sungguh luar biasa. Tanpa berpikir panjang, aku mengeluarkan kamera DSLR dari camera bag ku. Dengan bermodalkan Nikon D3100 dengan kit standar
aku sukses mendapatkan beberapa jepretan landscape bagus di sini. Tak lupa kami
berfoto satu sama lain, mengabadikan momen kebersamaan ini. Setelah puas
foto-foto kami memutuskan untuk menyewa perahu beratap untuk membawa kami
melintasi danau ini. Ongkos perahu dipatok Rp127.000,-, cukup mahal sebenarnya
untuk apa yang kalian dapatkan. Frankly, sewa perahu ini tidak saya
rekomendasikan kepada pembaca.
Setelah seluruh aktivitas di
Danau Beratan selesai, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke destinasi
selanjutnya: Tanah Lot.
Tanah Lot – Nice Place with
Decent Sunset View
Pemandangan sunset di Tanah Lot
menjadi destinasi akhir kami hari ini. Selama perjalanan kerap kali aku berdoa
semoga dipertemukan dengan pemandangan sunset yang indah dengan langit megah
kemerahan dan baying-bayang matahari yang jelas terpantul di lautan.
Perjalanan ke Tanah Lot dari
Bedugul ditempun dalam waktu 1 setengah jam. Cuaca sangat cerah. Kami berhasil
sampai di tujuan pada pukul 17.00 WITA, dan saat itu matahari masih sangat
tinggi. Sedikit heran saya pun menanyakan hal tersebut kepada Bli Wayan, supir
kami. Beliau pun menjelaskan bahwa sunset di sini memang berbeda dengan di
wilayah lain pada umumnya. Sunset di sini lebih lama. Hal tersebut terjadi
akibat letak astronomis Bali yang berada paling barat untuk wilayah waktu
Indonesia Tengah. Reasonable.
Sambil menunggu sunset kami pun berkeliling ke kios-kios di
sekitar situ, mencari sesuatu yang layak dibeli. Setelah berkeliling lama,
waktu sunset pun tiba. Kami pun beranjak ke panta mengikuti rombongan turis
asing maupun domestic yang berlomba-lomba menenteng kamera mereka, memburu
sunset.
Aku pun mulai mengeluarkan kamera mengambil beberapa
jepretan gambar yang tidak sombong kalo kukatakan gambar tersebut bagus dengan
komposisi menarik. Lumayan. Pada beberapa kesempatan aku mengambil beberapa
gambar siluet yang decent.
At least, sunset yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami pun
menyiapkan kamera kami masing-masing. Kemudian suatu kejadian konyol terjadi,
batere kamera ku lowbat!!
Arrrrghhhhhh…. Tiiiidaaaaaakkk… T_T Bego banget. Pas sunset pula lowbatnya.
Sunset sore ini cukup bagus padahal. Huff. Daripada ga mendapatkan apa-apa aku
pun memutuskan menggunakan kamera HP untuk mengabadikan momen tersebut.
Hasilnya tidak jelek sih sebenarnya, but
it’s just not enough
Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada hal lain yang
kulakukan selain terus menyalahkan diriku sendiri mengapa tidak memperhatikan
kondisi batere. Cukuplah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
Bali, Hari Kedua, 17 Maret 2013
Hari kedua ini saya mulai dengan
jalan pagi di sekitaran penginapan mengitari jalan Achmad Yani. Kebetulan
sekali udara pagi ini sangat sejuk dan segar. Sepanjang perjalanan saya
menemukan beberapa keunikan dari masyarakat setempat, antara lain keuletan
mereka untuk bangun dan mulai bekerja pagi-pagi buta, solidaritas warga,
kekentalan agama mereka dimana nyaris di depan pagar tiap rumah ditemui sesajen
dan dupa yang tampaknya baru dipakar dini hari tadi, dan lain sebagainya.
Begitulah sampai akhirnya saya tiba di sebuah warung yang menawarkan aneka
ragam menu sarapan. Mengingat teman-teman seperjalanan saya pasti belum pada
sarapan, maka ada baiknya saya turut membeli beberapa bungkus makanan di warung
tersebut.
Memilih menu yang cocok untuk
muslim di Bali ini tidak mudah. Sungguh. Begitu banyak makanan yang ditawarkan,
namun sebagian besarnya merupakan makanan yang tidak halal untuk kami. Untuk
itu ada baiknya memilih dengan teliti sebelum memesan apa yang akan Anda makan.
Kembali ke topik, setelah cukup lama pilah-pilih menu, akhirnya kuputuskan
untuk membungkus 4 nasi kuning yang sebungkusnya dipatok 3 ribu rupiah. Murah.
Sehabis sarapan, kami mulai berbenah.
Hari ini akan sibuk. Jadwal hari ini adalah menikmati watersport di pantai
Tanjung Benoa, siangnya berkunjung ke GWK (Garuda Wisnu Kencana), dan malamnya
menikmati sunset di Uluwatu sambil menyaksikan tarian Kecak yang terkenal
sangat diminati. Setelah mempersiapkan beberapa barang yang kira-kira akan
diperlukan selama one-way trip ini,
kami pun berangkat.
Tanjung Benoa, Magnificent Beach
with Several Awesome Watersports, particularly Its Scuba Diving!
Tujuan pertama sesuai rencana
kami adalah pantai Tanjung Benoa. Pantai ini terkenal dengan
watersportnya-antara lain parasailing,
scuba diving, snorkeling, jetskiing, flying fish, sea walkers, bananaboat,
dan lain sebagainya. Setibanya di lokasi kami disambut oleh petugas di sana,
bli Eka namanya. Orangnya asik dan negosiatif. Kami ditawarkan beragam paket watersport untuk kami pilih. Awalnya mahal,
namun setelah tawar-menawar kami pun sukses mendapatkan harga yang terbilang worth it. Paket yang kami pilih adalah
parasailing, scuba diving+kamera, bananaboat, dan flying fish. Awalnya keempat paket ini dipatok dengan harga Rp
850.000 per kepala plus Rp 300.000 untuk penyewaan kamera bawah laut. Namun
setelah tawar menawar keseluruhan paket untuk kami berempat dipatok Rp
3.000.000 which means Rp750.000 per kepala.
Setelah melakukan pembayaran,
kami pun diajak untuk bersiap-siap. Kami diberi seragam selam berlengan pendek.
Sangat pas di badan, namun tetap nyaman. Seragam ini lah yang akan kami
pergunakan selama melakukan keempat watersport
yang menjadi pilihan kami. Berdasarkan urutannya, parasailing menjadi watersport
yang pertama yang kami cicipi.
Parasailing adalah salah satu sport yang paling berbahaya bagi
pelanggan, sebab dalam parasailing
kita tidak hanya bermain di air, tetapi juga bermain di udara. Jadi pelanggan
akan dipasangkan pelampung lalu diikatkan pada sebuah parasut yang besar yang
mana parasut tersebut telah diikatkan pada badan sebuah motor boat yang siap
menarik parasut tersebut mengitari langit. Parasailing
dimulai dari pantai dan nantinya akan mendarat di pantai (bukan di laut). Parasailing hanya dilakukan selama satu
putaran motorboat, setelah itu
parasut akan dibawa kembali ke pantai untuk mendarat. Mengingat bahayanya sport
ini, pelanggan perlu memahami dengan baik intstruksi dari pemandu lalu selama
permainan pelanggan wajib mematuhi instruksi tersebut. Otherwise, kamu ga akan bisa mendarat dengan sempurna.
Parasailing sejatinya adalah wahana sport yang menyenangkan.
Teman-teman sangat menikmatinya. Namun tidak denganku. Aku ga bisa menikmati parasailing as much as my friends did. Yeah. I hate height! Aku benci
ketinggian. Well in fact aku takut ketinggian L Jadilah aku di atas sana
menahan jantung yang berdetak kencang bak pacuan kuda yang rasanya hanya butuh
beberapa menit untuknya untuk loncat keluar dari rusukku. *sigh* Namun, harus
kuakui pemandangan di atas sangat indah. Menyaksikan pantai berpasir putih
Tanjung Benoa yang membentang luas serta birunya lautan sungguh memanjakan
mata. Seriously. Sangat
direkomendasikan kepada kalian yang mencintai tantangan!
Wahana selanjutnya yang kami coba
adalah scuba diving. Tentu saja
mengingat kami semuanya adalah pemula,
kami harus didampingi oleh pendamping. Sebelum melakukan scuba diving setiap
dari kami diminta berkumpul di sebuah ruangan untuk mengambil
peralatan-peralatan yang diperlukan untuk menyelam. Peralatan yang diperlukan
tersebut antara lain goggle kedap air, tabung gas oksigen, pemberat tubuh, dan
kaki katak. Setelah semuanya terkumpul, kami pun diminta untuk segera ke perahu
menggotong peralatan tersebut masing-masing. Tak lupa pihak penyedia wahana
untuk mempersiapkan kamera water proof buat kami foto-foto di dalam laut :D
Setibanya di perahu, perahu pun
berlayar menuju lokasi diving kami. Tidak jauh dari pantai sebenarnya.
Sementara perjalanan kami ditentir singkat mengenai teknis melakukan diving, misalnya cara bernapas menggunakan
tabung oksigen serta yang tak kalah pentingnya adalah kode-kode yang akan kami
gunakan di dasar laut nanti. Teknik dasar bernapas melalui mulut ini menjadi
kemampuan penting untuk kami kuasai. Setelah itu kami diminta untuk mencoba mempraktekkan
teknik-teknik tersebut. Tidak ada kendala yang berarti sampai saat ini.
Hanya butuh 15 menit bagi kami
untuk tiba di lokasi diving yang jaraknya kira-kira 2 km dari pantai. Setibanya
di sana, kami pun mengenakan seluruh peralatan yang telah disiapkan. Setelah
semuanya siap, kami segera masuk ke air dan berkumpul berpegangan di tepi
perahu untuk mendengarkan instruksi lebih lanjut. Setelah itu kami masuk ke
laut dan mulai mempraktekkan teknik bernapas menggunakan tabung oksigen.
Setelah itu, kami dipecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama aku dan Yani,
dan kelompok kedua adalah Yonas dan Niken. Masing-masing kelompok diminta mengikuti
satu pemandu yang akan memandu selama berada di dasar lautan.
Tanpa berlama-lama lagi, kami pun
menyelam satu-satu ke dasar laut. Aku menjadi orang pertama yang menyelam
diikuti oleh Yani, lalu Yonas dan Niken. Sebagai kelompok pertama kami memimpin
di depan dipandu oleh pemandu kami menyelami lautan yang sepi dan sangat ramai
penghuni ini.
Indah. Sungguh indah pemandangan
dasar laut yang kurasakan. Aku merasa sangat damai di sini. Melihat beragam
ikan lalu lalang dengan berbagai macam corak dan warna, melihat koral
dimana-mana, semuanya terlihat ramai meskipun tanpa suara. Aku sangat menyukai
situasi ini dan ingin rasanya berlama-lama bermain bersama makhluk-makhluk
dasar laut ini..
Demikian kami berenang
berputar-putar di dasar laut, menikmat pemandangan yang tidak biasa indahnya, member
makan ikan-ikan, berfoto dengan ikan-ikan lucu tersebut, dan sebagainya. Total
kegiatan menyelam tersebut kami lakukan sekitar 20 sampai 30 menit. Setalah waktu
cukup, kami dipimpin kembali ke permukaan laut, lalu naik ke kapal, dan
bersiap-siap melaju ke pantai. Pengalaman menyelamku ini adalah salah satu
pengalaman terbaik yang tak akan pernah terlupakan. Finally, I would say that Scuba diving di Pantai Tanjung Benoa sangat
direkomendasikan kepada Anda yang ingin menyelam, namun belum memiliki
sertifikat diving. Try it and you won’t
regret it!
Aktivitas selanjutnya adalah bananaboat dan flying fish. Dua nama ini sebenarnya sudah tidak asing di telinga
kita. Bananaboat adalah aktivitas
watersport dengan menaiki perahu karet berbentuk seperti pisang yang ditarik oleh
motorboat mengelilingi lautan. Cukup
mendebarkan, terutama saat perahu kami sengaja dijatuhkan dan kami semua terlontar
ke lautan. Lalu aktivitas selanjutnya, Flying
Fish, bisa dibilang merupakan gabungan bananaboat
dan parasailing. Watersport ini menggunakan perahu karet berbentuk seperti ikan pari
yang mana bisa ditempati oleh 2 orang yang tidur terlentang di atasnya,
berpegangan pada tali dengan kuat. Perahu tersebut lalu ditarik dengan menggunakan
speedboat, lalu tidak lama kemudian
perahu melayang untuk beberapa saat sampai akhirnya jatuh lagi. Begitu
seterusnya. Secara pribadi kedua watersport
ini tidak terlalu menarik antusiasku. Mungkin karena terlalu excited dengan diving tadi. Hehe. Kalo aku sih diving
itulah klimaks aktivitas watersport
kami di Tanjung Benoa. :D
Demikianlah petualangan kami di
Tanjung Benoa. Destinasi kami berikutnya adalah Garuda Wisnu Kencana atau yang terkenal
dengan sebutan GWK.
Garuda Kencana Wisnu (GWK) – Quite
Beautiful Landscapes with Its Gigantic Statue
Suasana hari telah terik, namun initak
menghalangi niat kami untuk melanjutkan
wisata ke destinasi kami selanjutnya, Patung Garuda Kencana Wisnu, patung yang
konon katanya jika digabungkan akan menjulang tinggi, mengalahkan ketinggian
patung Liberty di Amerika Serikat sana. Sebagai informasi, saat ini bagian
patung yang telah selesai adalah kepala Garuda, Kepala hingga badan Wisnu, dan
Kedua Tangan Wisnu. Masih beberapa bagian lagi yang perlu diselesaikan sebelum
patung ini dapat dirangkai sempurna. Oh iya, patung ini terbuat dari tembaga
lho, bukan dari batu ataupun kayu. Pahatannya harus kuakui sangat detail, benar-benar
luar biasa mahakarya dari I Nyoman Nuarta ini.
Ongkos Rp30.000,- per kepala
harus dikeluarkan untuk masuk ke kawasan GWK ini. Okay, jujur saja tidak banyak yang bisa dilakukan di sini kecuali foto-foto
di depan patung Garuda maupun patung Wisnu. Untuk diketahui, landscape di sekitar patung ini bagus
banget! Cocoklah buat Anda yang gemar motret landscape seperti aku. Hehehe..
Satu lagi, sebenarnya ada acara hiburan
berupa tarian dan teater di sekitar patung Garuda/Wisnu ini yang dapat
dinikmati dengan gratis. Namun berhubung acaranya dimulai saat Magrib tiba,
kami pun tidak dapat menyaksikannya. Mengapa kalian bertanya? Tentu saja untuk
melanjutkan jadwal padat kami ke destinasi selanjutnya: Menyaksikan pentas
tarian Kecak di Uluwatu. ^^;
Uluwatu – There’s an Awesome Performance of Kecak Dance Here
Yang kami kejar di sini adalah
tarian Kecaknya. Sumpah sampai deg-degan tadi di mobil dengan mulut komat-kamit
berdoa agar tidak terlambat menyaksikan tarian Kecak ini. Performance Tarian Kecak
di Bali yang paling terkenal ya di Uluwatu ini. Tiket per kepala untuk
menyaksikan tarian dipatok Rp70.000,-. Itu terbilang mahal untuk sebuah
pertunjukan tari di luar ruangan.
Pukul 17.30 kami tiba di Uluwatu.
Sesampainya di sana kami mengalami kesulitan mencari tempat parkir akibat
ramainya lokasi wisata yang satu ini. Setelah mendapat tempat parkir, kami pun
bergegas ke pentas tarian.
Di perjalanan ada hal yang lucu
terjadi. Yani yang saat itu mengenakan gaun berwarna kuning tiba-tiba diserang
oleh monyet-monyet di Uluwatu. Okay, dipeluk mungkin lebih tepatnya. Hihihi.
Sayang sekali, aku dengan kameraku terlalu terpukau (baca: terpingkal-pingkal) sampai
gagal mengabadikan momen liar ini. Hehehehe. Well, jadi pesan moralnya, saat ke
Uluwatu yang terkenal banyak monyet liar nan bandel, jangan berani-berani deh
menggunakan pakain berwarna kuning yang dengan sekejab menarik perhatian monyet-monyet
tersebut. Satu lagi, jika tidak penting, kacamata kalian please dilepas aja,
kalo ga mau disambet monyet. XD
Back to topic, tibalah kami di lokasi pementasan Tari Kecak
Uluwatu. Setelah membeli tiket, kami pun masuk ke arena pertunjukan dan
tersentak melihat keramaian lokasi pertunjukan ini. Acara dimulai masih sekitar
15 menit lagi, namun seluruh bangku penonton telah terisi dengan penuh sesak.
Luar biasa! Untung saja kami mendapatkan tempat di bagian atas. Tempat yang
kami peroleh kurang strategis sebenarnya. Tapi tidak masalah, selama bisa
menyaksikan tarian dengan lancar dilatarbelakangi sunset Ulutwatu yang
menyejukkan.
Tema tarian yang mereka ambil
adalah Kisah Rama dan Sinta yang turut menampilkan karakter epik Hanoman. Pentas
tarian berjalan sekitar satu setengah jam. Secara keseluruhan saya sangat
menikmati pentas tarian ini. Mereka yang melakoni tarian ini juga terlihat
begitu serius dan memerankan acting mereka dengan sangat baik. Selain itu,
mereka juga sangat menghibur penonton dengan anekdot yang segar dan seringkali
tak dapat kita duga. Bayangin aja, Hanoman yang tiba-tiba muncul di tengah
penonton mempertontonkan aksi kocaknya “mengganggu” penonton yang tengah serius
menyaksikan pertunjukkan. Tidak jarang juga Hanoman membuat balita yang
menyaksikan acara ini menangis tersedu-sedu, takut dengan makhluk yang satu ini.
Hahahaha.
Oiya, bagi yang belum mengetahui,
Tari Kecak adalah tarian yang berbeda dengan tari-tarian pada umumnya. Tarian
ini tidak diiringi alat music sama sekali. Background sound hanya berasal dari
suara 40-50-an orang lelaki yang meneriakkan “cak-cak-cak” secara berkejar-kejaran.
Unik dan menarik.
Jadi, jika sekarang kalian
bertanya apakah tiket seharga 70 ribu rupiah itu worth it atau tidak,
jawabannya adalah it’s worth every
pennies. Apa yang mereka pertontonkan adalah pertunjukan kecak yang luar
biasa. ^^
Bali, Hari Ketiga, 18 Maret 2013
Hari ketiga di Bali kami isi
dengan menghadiri resepsi pernikahan Mba Eka dan Bli Ijus di daerah Bangli. Setelah
itu kami berkeliling Bali mencari cendera mata buat teman-teman di Jakarta.
Pusat oleh-oleh Bali pun menjadi sasaran kami. Krisna sebagai yang terpopuler
menjadi ajang kami menghabiskan rupiah membeli aneka ragam jajanan khas Bali,
mulai dari kacang koro, kacang disco aneka rasa, kacang asing Rahayu, pia susu,
dan lain sebagainya.
Setelah puas berbelanja, kami
segera bergegas mencari tempat shalat sekaligus tempat makan malam. Tempat yang
kami tuju adalah sebuah resto dengan live music di kawasan Kuta Bali.
Makanannya sih decent, ga begitu enak
tapi juga ga terlalu buruk. Lumayan. Namun yang menarik adalah suasananya,
terutama live music-nya itu. Pengunjung
diperbolehkan bersenandung di sini. Menarik bukan? Hmmm, jika ingatan saya
tidak mengkhianati saya, nama restonya adalah Ayam Plengkeng Kuta, Bali.
Setalah puas mengisi perut, kami
pun segera bergegas ke bandara, mengejar pesawat yang akan membawa kami pulang
ke Jakarta. Setibanya di bandara kami pun berpisah dengan Bli Wayan yang setia mengantarkan
kami tiga hari ini. Setelah itu kami masuk ke bandara, check-in, menunggu pesawat Air Asia yang akan mengantarkan kami
pulang ke Jakarta… In the end, pengalaman di Bali ini sungguh mengesankan! ^^
Sampai jumpa Bali.. Sampai ketemu
lagi di lain kesempatan! ^_^
Menarik Juga Mengikuti Postingan Kunjungannya Selama di Bali. Mau Numpang Share Juga neh. Mau Promoin Rental Mobil Murah Di Bali. Seandainya Agan Dan Pembaca Web Ini Berniat Ke Bali dan Butuh Jasa Sewa Mobil Murah Untuk Berwisata Di Bali Termasuk Sopir bisa Kontak Saya di AGP SEWA MOBIL MURAH DI KUTA LEGIAN SEMINYAK BALI Semoga Info Ini Membantu
BalasHapus