Jumat, 29 Maret 2013

My Desktop Broken Again (?)

I don't know what the h*ll happen this time..
My desktop suddenly turned off and I couldn't turn it on ever again...


It started when I played Deadspace 3 on my desktop, then suddenly it got shutdown itself like there was no power plugged. I tried to turn it on several time and every effort i did just went in vain. What happened actually?!
In a case like this most likely the problem was in the PSU (Power Supply Unit). So, I need to check and do some troubleshooting to my PSU. For your information, my PSU is Super Flower Active PFC Golden Green 550W 90%. It's one of the best PSU so far with excellent efficiency. Most people believe this PSU is good enough to maintain your desktop work with high efficiency. Nonsense!
It's good PSU they said, yet it ruined my desktop like rubbish!
*sigh*

-curahan hati yang sedang sedih dan kesal-

:'(

Rabu, 27 Maret 2013

My Dear Smartphone, Shiro, Came Back!

Folks says, "what yours will be yours."

Yes, that's true.
Recently I've experienced it myself.

This is the story...

In my previous post, I've talked about  the incident of my smartphone, named Shiro, lost and i didn't have any idea where the hell it was at that time. As far as I could remember, I still used Shiro continuously right after I and my friends get off the car and come into one restaurant located on Jalan Sabang for taking our lunch. I realized that it had been lost when I couldn't find it anywhere when we started our lunch altogether. I tried to call it and the operator lady told me that the number I just called was not active or was not in the coverage area. Then, I came back to our car, I supposed it must be lying on the front seat where I sat, yet I could find it nowhere. I was so sad all day long wondering why every belonging of mine was lost / taken by unappropriate one. For the record, Shiro is the fourth consecutive lost at that time after my watch, my spectacles, and my dear shoes this very month. :(

Right after I was sure that Shiro was lost, I decided to send one text message to Shiro asking the one who find it to inform me as soon as possible and to give it back to me. Of course I wouldn't forget to tell him that if he do that, I'd give him some considerable reward. Just in case, this person was an honest one.

Almost 3 days I waited for the call / reply about the whereabout of Shiro, yet there's no sign of it. It made me desparete utterly. :'(

Then, on the 4th day, on Tuesday dawn, suddenly I got one text message from person who found Shiro. I am so shocked and happy all at once. Then I replied the text message asking for more information. Praise God, he intended to give Shiro back to me and as far as I saw it, he was a generous and honest person. Maybe I was to positive back then. I don't know. Actually this could be some ways to tricked me or what. Once again, I don't know. Just like that, we made an agreement to meet on the place where I lost Shiro, Jalan Sabang. :)

We agreed to meet afterwork at 08.00 pm. So, right after I finished my job, I called Tora, my dear friend, to accompany me meeting him. I and Tora had dinner in Kios Pelangi while waiting the call of this person. Not long after we finished our dinner, this person called me and asked me to meet him on Kopi Tiam Oey. Well, Kopi Tiam Oey lying next to Kios Pelangi so there was no problem. I paid dinner before leaving Kios Pelangi then walked inside Kopi Tiam Oey, got a seat. Right after I and Tora sat on our seat, this person called me. I answered him and told him to come inside. 2 minutes we waited, and this person came in front of me smiling. He is a young, skinny, shorty, maybe on his 20s, black-skinned man wearing black shirt and casual jeans. The way i see him i thought he must be a college student. Thought, in the end all my assumptions were proved wrong. He was a waiter in a decent restaurant at Jalan Sabang who by any chance found my Shiro while doing his job. So, I told him to order food and beverage. After that, I asked him to show me my Shiro, and he gave it to me. Praise God, my Shiro came back to me! :')

To convince myself, I examined every tiny parts of Shiro. Overall it's in a good condition. I found several scratches though but that didn't matter at all. Inside Shiro I checked everything. The system, the applications, the appearances, and so on, yet I couldn't find anything suspicious. I was so happy back then. I thanked this person whose name is Shiddiq generously by giving his reward as promised. I thanked him repeatedly, again and again. I am so grateful. :')

After that I paid his food and asked permission to go home first. He didn't mind. We parted, I drived Tora back to his office, and I went home with big smile on my face and Shiro inside my pocket. Praise God, Alhamdulillah...

All that story talk about one thing, "What yours will be yours." If I and Shiro mean to be together, then we will be together.





Love you Shiro, may I have the chance to use you properly in the future.
^^

Sabtu, 23 Maret 2013

Kehilangan Banyak Hal, Apa yang Salah?

Beberapa hari ini terjadi rentetan musibah di dalam kehidupanku. Dimulai dengan kehilangan kacamata saat liburan di Bali, lalu kehilangan sepatu kerja, terakhir kehilangan smartphone. Anehnya, ketiga barang tersibut hilang dalam rentang waktu hanya tiga hari. Bayangkan!

Rentetan kehilangan itu dimulai dengan kehilangan kacamata saat liburan di Bali beberapa hari yang lalu, persisnya di mushollah area wisata Garuda Wisnu Kencana kira-kira pukul 15.00 WITA pada tanggal 18 Maret 2013. Padahal kacamata tersebut hanya ditinggal sebentar lho. Tidak sampai 5 menit, tiba-tiba kacamata tersebut lenyap tanpa bekas di tempatku menaruhnya. Berikutnya adalah kehilangan sepatu yang saat itu tertinggal di mobil Travel yang kami sewa untuk mengelilingi Bali. Ini terjadi pada tanggal 19 Maret 2013. Untuk kehilangan sepatu ini murni adalah kecerobohan saya. Selajutnya adalah kehilangan salah satu barang paling berharga yang saya memiliki saat itu, smartphone saya yang terjadi pada tanggal 20 Maret 2013. Saya sebut smartphone tersebut berharga bukan karena histhorical cost-nya, tetapi lebih kepada nilai fungsi smartphone tersebut (termasuk segala data di dalamnya) :(

Musibah tersebut terjadi secara berurutan dari tanggal 18 sampai 20 Maret 2013. Sangat menyedihkan dan jujur saja itu sangat menakutkan. Saya takut ini merupakan teguran dari Sang Khalik kepadaku yang mungkin lupa menunaikan kewajiban. Na'udzubillahi min dzalik.
Sempat saya terpikir, mungkin ini adalah cara Allah SWT mengajarkan padaku bahwa tidak ada hal di dunia ini yang sempurna. Tidak ada yang abadi. Makhluk hidup saja tidak abadi, apalagi benda? Dengan cara begitu saya dituntut untuk belajar sabar, sabar, dan sabar. Sabar menerima musibah kehilangan tersebut dan senantiasa ber-positive thinking kepada-Nya. Lagipula sangat tidak masuk akal jika kehilangan benda remeh temeh saja sampai membuat kita terpuruk, bukan? Apalagi kalau sampai durhaka pada Allah. Ingat, barang-barang tersebut bisa dibeli, tetapi bagaimana dengan iman? Iman tidak dijual dimana pun sobat! Peliharalah imanmu dengan baik, meskipun kamu harus kehilangan banyak hal karenanya.

Sejauh ini ada beberapa hikmah yang kuperoleh dari musibah ini. Salah satunya adalah bahwa saya terlalu sering membeli barang-barang yang bisa dibilang tidak penting. Saya berbelanja tidak berdasarkan skala prioritas yang berdampak pada buruknya kondisi keuanganku saat ini. Allah SWT dengan ke-mahabijaksana-Nya mengajarkan padaku untuk kembali hidup sederhana dan tidak berlebihan. Buktinya setelah kehilangan barang-barang tersebut saya tidak terlalu merindukannya. Mengapa? Karena sejatinya barang-barang tersebut tidak terlalu ku butuhkan. Barang-barang yang hanya menunjukkan prestige. Barang-barang yang dibeli karena memperturutkan hawa nafsu. Sehingga ketika barang-barang tersebut lenyap, life's go on. Hidup tetap berlanjut tanpa ada masalah yang berarti.
Sungguh luar biasa bijaksananya Allah dalam menempa diriku. Terima kasih ya Allah. Terima kasih. Puji syukur atas segala petunjuk dan rahmat-Mu yang tak pernah lelah.


Jadi, kesimpulannya adalah bisa jadi rentetan musibah ini merupakan cara Allah untuk mendekatkanku kembali kepada-Nya. Toh, Allah tak akan pernah memberikan cobaan/musibah yang tak mampu dijalani oleh hamba-Nya bukan? Aku yakin akan mampu melewati cobaan ini, sehingga nanti setelah berhasil melewatinya, tidak salah lagi saya telah menjelma menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amiiiin...

Sekian post saya kali ini. Semoga bermanfaat buat kita semua :')

Kamis, 21 Maret 2013

My First Time Visiting Bali!!! ^^



Bali
16 – 18 Maret 2013

Prolog
Dulu sewaktu masih berumur 5 tahun, aku ingat betul ketika bapak pulang ke rumah membawa aneka ragam oleh-oleh dari Bali. Ada kaos dengan ragam warna dan corak, tas-tas, kain/sarung, batik, dan lain sebagainya. Sambil membagikan oleh-oleh tersebut, bapak dengan penuh semangat menceritakan pengalamannya selama bertugas di Bali. Tidak lama, hanya 7 hari, namun kata beliau itu tidak salah lagi adalah perjalanannya yang paling menyenangkan. Sebagai informasi, bapakku adalah seorang auditor yang kerjaannya lebih sering di luar daripada di dalam kantor, mengunjungi provinsi-provinsi di seluruh negeri ini. Sejak saat itulah, aku bertekad untuk mengunjungi pulau Bali suatu saat nanti, tentunya dengan hasil jerih payah sendiri.

Bali, Hari Pertama, 16 Maret 2013


First Time Visiting Bali!
Pada tanggal 16 Maret 2013 tekad yang kususun sejak umur 5 tahun itu menjadi kenyataan. Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di pulau Bali, pulau dewata yang terkenal dengan keindahan panoramanya, keramahan penduduknya, dan kekentalan budayanya. Alhamdulillah..
Perjalanan ke Bali ini kulakukan bersama ketiga teman lain, yaitu Hendrayani (Yani), Niken Kusuma (Niken), dan Yonas Rio (Yonas). Sebenarnya perjalanan ini dilakukan dalam rangka menghadiri undangan resepsi pernikahan Mba Eka, salah satu teman kami. Namun tentu saja Bali terlalu menggoda untuk hanya dihabiskan dengan menghadiri resepsi, bukan? Hehehehe.. Mengingat ini adalah kali pertama aku ke sini, aku pun menyerahkan tugas membuat rencana perjalanan ke teman lain yang lebih mudeng dengan Bali. Yani lah pada akhirnya yang membuat masterplan perjalanan kami ini. Sebelum berangkat aku mempersiapkan kamera DSLR-ku beserta beberapa lensa dengan rapi di dalam camera bag ku. Afterall,  I’m an aspiring photographer, you know..? 
Well, jadi seluruh rencana telah siap. Kami pun berangkat…
Pesawat yang kami naiki adalah Air Asia dengan jadwal yang paling pagi: take-off tepat pukul 06.00 WIB.
Perjalanan ke Bali kami tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 40 menit. Hingga kita pun tiba di Bandar Udara Ngurah Rai pada pukul 08.45 waktu setempat. Setibanya di bandara, kami pun dijemput oleh supir yang disewa oleh Mba Eka. Namanya adalah Bli Wayan. Bli Wayan ini bisa dibilang orang yang easy-going, sabar, dan gak neko-neko. All-you-can-use lah. Hehehe.. Setelah bertemu Bli Wayan, kami berempat pun berangkat dengan mengendarai mobil Avanza Silver. Destinasi pertama tentunya penginapan yang letaknya di pusat kota Denpasar. Bandara ke penginapan ditempuh dalam waktu lebih kurang 45 menit. Setibanya di penginapan, kami bersih-bersih sedikit, ganti baju formal, lalu segera ke acara boyongan mba Eka yang digelar di kediamannya di Kabupaten Tabanan, Bali. Acara boyongan ini adalah semacam acara adat prosesi ‘penyerahan’ istri ke keluarga suami. Acaranya sendiri berlangsung cukup lama. Cukup membosankan bagi kami yang sama sekali tidak memahami acara tersebut.
Kira-kira pukul 12.00 keseluruhan acara boyongan tuntas. Para tamu pun dipersilakan untuk menikmati hidangan makan siang. Makan siang lumayan menggairahkan dan ada sate ikan khas Bali pastinya.  Hmm.. Yummy! ^^ Setelah puas melahap ini-itu, kami pun pamitan kepada kedua mempelai lalu melanjutkan acara kami ke…. Danau Beratan, Bedugul! Yay~! :D

Danau Beratan, Badugul – Mesmerizingly Beautiful Place
Dari Tabanan, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu tempat wisata favorit di Bali: Danau Beratan di kawasan Bedugul. Waktu tempuh dari Tabanan ke sini adalah sekitar 1 jam dengan kondisi jalan lancar. Di tengah jalan kami sempat frustasi sebab hujan turun dengan sangat deras yang didukung dengan langit yang sungguh kelam. Sempat terbersit keinginan untuk memutar arah, namun pada akhirnya kami memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan. Puji Allah, sesampainya di lokasi, hujan telah reda menyisakan langit mendung abu-abu. Rencana kami pun berjalan sesuai yang direncanakan.
Untuk masuk ke lokasi wisata ini tiap kepala perlu membayar ongkos tiket Rp10.000,-. Biaya tiket tersebut sungguh tak ada apa-apanya dibandingkan pesona keindahan alam yang akan kalian dapatkan. Really. Pertama kali aku menginjakkan kaki menyaksikan Danau Beratan yang dikelilingi candi ini sungguh breathtaking! Indah! Ketenangan riak danaunya. Warna-warna taman di sekeliling danaunya. Oh, sungguh luar biasa. Tanpa berpikir panjang, aku mengeluarkan kamera DSLR dari camera bag ku. Dengan bermodalkan Nikon D3100 dengan kit standar aku sukses mendapatkan beberapa jepretan landscape bagus di sini. Tak lupa kami berfoto satu sama lain, mengabadikan momen kebersamaan ini. Setelah puas foto-foto kami memutuskan untuk menyewa perahu beratap untuk membawa kami melintasi danau ini. Ongkos perahu dipatok Rp127.000,-, cukup mahal sebenarnya untuk apa yang kalian dapatkan. Frankly, sewa perahu ini tidak saya rekomendasikan kepada pembaca. 
Setelah seluruh aktivitas di Danau Beratan selesai, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke destinasi selanjutnya: Tanah Lot.

Tanah Lot – Nice Place with Decent Sunset View
Pemandangan sunset di Tanah Lot menjadi destinasi akhir kami hari ini. Selama perjalanan kerap kali aku berdoa semoga dipertemukan dengan pemandangan sunset yang indah dengan langit megah kemerahan dan baying-bayang matahari yang jelas terpantul di lautan.
Perjalanan ke Tanah Lot dari Bedugul ditempun dalam waktu 1 setengah jam. Cuaca sangat cerah. Kami berhasil sampai di tujuan pada pukul 17.00 WITA, dan saat itu matahari masih sangat tinggi. Sedikit heran saya pun menanyakan hal tersebut kepada Bli Wayan, supir kami. Beliau pun menjelaskan bahwa sunset di sini memang berbeda dengan di wilayah lain pada umumnya. Sunset di sini lebih lama. Hal tersebut terjadi akibat letak astronomis Bali yang berada paling barat untuk wilayah waktu Indonesia Tengah. Reasonable.
Sambil menunggu sunset kami pun berkeliling ke kios-kios di sekitar situ, mencari sesuatu yang layak dibeli. Setelah berkeliling lama, waktu sunset pun tiba. Kami pun beranjak ke panta mengikuti rombongan turis asing maupun domestic yang berlomba-lomba menenteng kamera mereka, memburu sunset.
Aku pun mulai mengeluarkan kamera mengambil beberapa jepretan gambar yang tidak sombong kalo kukatakan gambar tersebut bagus dengan komposisi menarik. Lumayan. Pada beberapa kesempatan aku mengambil beberapa gambar siluet yang decent.
At least, sunset yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami pun menyiapkan kamera kami masing-masing. Kemudian suatu kejadian konyol terjadi, batere kamera ku lowbat!! Arrrrghhhhhh…. Tiiiidaaaaaakkk… T_T Bego banget. Pas sunset pula lowbatnya. Sunset sore ini cukup bagus padahal. Huff. Daripada ga mendapatkan apa-apa aku pun memutuskan menggunakan kamera HP untuk mengabadikan momen tersebut. Hasilnya tidak jelek sih sebenarnya, but it’s just not enough
Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada hal lain yang kulakukan selain terus menyalahkan diriku sendiri mengapa tidak memperhatikan kondisi batere. Cukuplah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

Bali, Hari Kedua, 17 Maret 2013

Hari kedua ini saya mulai dengan jalan pagi di sekitaran penginapan mengitari jalan Achmad Yani. Kebetulan sekali udara pagi ini sangat sejuk dan segar. Sepanjang perjalanan saya menemukan beberapa keunikan dari masyarakat setempat, antara lain keuletan mereka untuk bangun dan mulai bekerja pagi-pagi buta, solidaritas warga, kekentalan agama mereka dimana nyaris di depan pagar tiap rumah ditemui sesajen dan dupa yang tampaknya baru dipakar dini hari tadi, dan lain sebagainya. Begitulah sampai akhirnya saya tiba di sebuah warung yang menawarkan aneka ragam menu sarapan. Mengingat teman-teman seperjalanan saya pasti belum pada sarapan, maka ada baiknya saya turut membeli beberapa bungkus makanan di warung tersebut.
Memilih menu yang cocok untuk muslim di Bali ini tidak mudah. Sungguh. Begitu banyak makanan yang ditawarkan, namun sebagian besarnya merupakan makanan yang tidak halal untuk kami. Untuk itu ada baiknya memilih dengan teliti sebelum memesan apa yang akan Anda makan. Kembali ke topik, setelah cukup lama pilah-pilih menu, akhirnya kuputuskan untuk membungkus 4 nasi kuning yang sebungkusnya dipatok 3 ribu rupiah. Murah.
Sehabis sarapan, kami mulai berbenah. Hari ini akan sibuk. Jadwal hari ini adalah menikmati watersport di pantai Tanjung Benoa, siangnya berkunjung ke GWK (Garuda Wisnu Kencana), dan malamnya menikmati sunset di Uluwatu sambil menyaksikan tarian Kecak yang terkenal sangat diminati. Setelah mempersiapkan beberapa barang yang kira-kira akan diperlukan selama one-way trip ini, kami pun berangkat.

Tanjung Benoa, Magnificent Beach with Several Awesome Watersports, particularly Its Scuba Diving!
Tujuan pertama sesuai rencana kami adalah pantai Tanjung Benoa. Pantai ini terkenal dengan watersportnya-antara lain parasailing, scuba diving, snorkeling, jetskiing, flying fish, sea walkers, bananaboat, dan lain sebagainya. Setibanya di lokasi kami disambut oleh petugas di sana, bli Eka namanya. Orangnya asik dan negosiatif. Kami ditawarkan beragam paket watersport untuk kami pilih. Awalnya mahal, namun setelah tawar-menawar kami pun sukses mendapatkan harga yang terbilang worth it. Paket yang kami pilih adalah parasailing, scuba diving+kamera, bananaboat, dan flying fish. Awalnya keempat paket ini dipatok dengan harga Rp 850.000 per kepala plus Rp 300.000 untuk penyewaan kamera bawah laut. Namun setelah tawar menawar keseluruhan paket untuk kami berempat dipatok Rp 3.000.000 which means Rp750.000 per kepala.
Setelah melakukan pembayaran, kami pun diajak untuk bersiap-siap. Kami diberi seragam selam berlengan pendek. Sangat pas di badan, namun tetap nyaman. Seragam ini lah yang akan kami pergunakan selama melakukan keempat watersport yang menjadi pilihan kami. Berdasarkan urutannya, parasailing menjadi watersport yang pertama yang kami cicipi.
Parasailing adalah salah satu sport yang paling berbahaya bagi pelanggan, sebab dalam parasailing kita tidak hanya bermain di air, tetapi juga bermain di udara. Jadi pelanggan akan dipasangkan pelampung lalu diikatkan pada sebuah parasut yang besar yang mana parasut tersebut telah diikatkan pada badan sebuah motor boat yang siap menarik parasut tersebut mengitari langit. Parasailing dimulai dari pantai dan nantinya akan mendarat di pantai (bukan di laut). Parasailing hanya dilakukan selama satu putaran motorboat, setelah itu parasut akan dibawa kembali ke pantai untuk mendarat. Mengingat bahayanya sport ini, pelanggan perlu memahami dengan baik intstruksi dari pemandu lalu selama permainan pelanggan wajib mematuhi instruksi tersebut. Otherwise, kamu ga akan bisa mendarat dengan sempurna.
Parasailing sejatinya adalah wahana sport yang menyenangkan. Teman-teman sangat menikmatinya. Namun tidak denganku. Aku ga bisa menikmati parasailing as much as my friends did. Yeah. I hate height! Aku benci ketinggian. Well in fact aku takut ketinggian L Jadilah aku di atas sana menahan jantung yang berdetak kencang bak pacuan kuda yang rasanya hanya butuh beberapa menit untuknya untuk loncat keluar dari rusukku. *sigh* Namun, harus kuakui pemandangan di atas sangat indah. Menyaksikan pantai berpasir putih Tanjung Benoa yang membentang luas serta birunya lautan sungguh memanjakan mata. Seriously. Sangat direkomendasikan kepada kalian yang mencintai tantangan!
Wahana selanjutnya yang kami coba adalah scuba diving. Tentu saja mengingat kami  semuanya adalah pemula, kami harus didampingi oleh pendamping. Sebelum melakukan scuba diving setiap dari kami diminta berkumpul di sebuah ruangan untuk mengambil peralatan-peralatan yang diperlukan untuk menyelam. Peralatan yang diperlukan tersebut antara lain goggle kedap air, tabung gas oksigen, pemberat tubuh, dan kaki katak. Setelah semuanya terkumpul, kami pun diminta untuk segera ke perahu menggotong peralatan tersebut masing-masing. Tak lupa pihak penyedia wahana untuk mempersiapkan kamera water proof buat kami foto-foto di dalam laut :D
Setibanya di perahu, perahu pun berlayar menuju lokasi diving kami. Tidak jauh dari pantai sebenarnya. Sementara perjalanan kami ditentir singkat mengenai teknis melakukan diving, misalnya cara bernapas menggunakan tabung oksigen serta yang tak kalah pentingnya adalah kode-kode yang akan kami gunakan di dasar laut nanti. Teknik dasar bernapas melalui mulut ini menjadi kemampuan penting untuk kami kuasai. Setelah itu kami diminta untuk mencoba mempraktekkan teknik-teknik tersebut. Tidak ada kendala yang berarti sampai saat ini.
Hanya butuh 15 menit bagi kami untuk tiba di lokasi diving yang jaraknya kira-kira 2 km dari pantai. Setibanya di sana, kami pun mengenakan seluruh peralatan yang telah disiapkan. Setelah semuanya siap, kami segera masuk ke air dan berkumpul berpegangan di tepi perahu untuk mendengarkan instruksi lebih lanjut. Setelah itu kami masuk ke laut dan mulai mempraktekkan teknik bernapas menggunakan tabung oksigen. Setelah itu, kami dipecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama aku dan Yani, dan kelompok kedua adalah Yonas dan Niken. Masing-masing kelompok diminta mengikuti satu pemandu yang akan memandu selama berada di dasar lautan.
Tanpa berlama-lama lagi, kami pun menyelam satu-satu ke dasar laut. Aku menjadi orang pertama yang menyelam diikuti oleh Yani, lalu Yonas dan Niken. Sebagai kelompok pertama kami memimpin di depan dipandu oleh pemandu kami menyelami lautan yang sepi dan sangat ramai penghuni ini.
Indah. Sungguh indah pemandangan dasar laut yang kurasakan. Aku merasa sangat damai di sini. Melihat beragam ikan lalu lalang dengan berbagai macam corak dan warna, melihat koral dimana-mana, semuanya terlihat ramai meskipun tanpa suara. Aku sangat menyukai situasi ini dan ingin rasanya berlama-lama bermain bersama makhluk-makhluk dasar laut ini..
Demikian kami berenang berputar-putar di dasar laut, menikmat pemandangan yang tidak biasa indahnya, member makan ikan-ikan, berfoto dengan ikan-ikan lucu tersebut, dan sebagainya. Total kegiatan menyelam tersebut kami lakukan sekitar 20 sampai 30 menit. Setalah waktu cukup, kami dipimpin kembali ke permukaan laut, lalu naik ke kapal, dan bersiap-siap melaju ke pantai. Pengalaman menyelamku ini adalah salah satu pengalaman terbaik yang tak akan pernah terlupakan. Finally, I would say that Scuba diving di Pantai Tanjung Benoa sangat direkomendasikan kepada Anda yang ingin menyelam, namun belum memiliki sertifikat diving. Try it and you won’t regret it!
Aktivitas selanjutnya adalah bananaboat dan flying fish. Dua nama ini sebenarnya sudah tidak asing di telinga kita. Bananaboat adalah aktivitas watersport dengan menaiki perahu karet berbentuk seperti pisang yang ditarik oleh motorboat mengelilingi lautan. Cukup mendebarkan, terutama saat perahu kami sengaja dijatuhkan dan kami semua terlontar ke lautan. Lalu aktivitas selanjutnya, Flying Fish, bisa dibilang merupakan gabungan bananaboat dan parasailing. Watersport ini menggunakan perahu karet berbentuk seperti ikan pari yang mana bisa ditempati oleh 2 orang yang tidur terlentang di atasnya, berpegangan pada tali dengan kuat. Perahu tersebut lalu ditarik dengan menggunakan speedboat, lalu tidak lama kemudian perahu melayang untuk beberapa saat sampai akhirnya jatuh lagi. Begitu seterusnya. Secara pribadi kedua watersport ini tidak terlalu menarik antusiasku. Mungkin karena terlalu excited dengan diving tadi. Hehe. Kalo aku sih diving itulah klimaks aktivitas watersport kami di Tanjung Benoa. :D
Demikianlah petualangan kami di Tanjung Benoa. Destinasi kami berikutnya adalah Garuda Wisnu Kencana atau yang terkenal dengan sebutan GWK.

Garuda Kencana Wisnu (GWK) – Quite Beautiful Landscapes with Its Gigantic Statue
Suasana hari telah terik, namun initak menghalangi niat kami untuk  melanjutkan wisata ke destinasi kami selanjutnya, Patung Garuda Kencana Wisnu, patung yang konon katanya jika digabungkan akan menjulang tinggi, mengalahkan ketinggian patung Liberty di Amerika Serikat sana. Sebagai informasi, saat ini bagian patung yang telah selesai adalah kepala Garuda, Kepala hingga badan Wisnu, dan Kedua Tangan Wisnu. Masih beberapa bagian lagi yang perlu diselesaikan sebelum patung ini dapat dirangkai sempurna. Oh iya, patung ini terbuat dari tembaga lho, bukan dari batu ataupun kayu. Pahatannya harus kuakui sangat detail, benar-benar luar biasa mahakarya dari I Nyoman Nuarta ini.
Ongkos Rp30.000,- per kepala harus dikeluarkan untuk masuk ke kawasan GWK ini. Okay, jujur saja tidak banyak yang bisa dilakukan di sini kecuali foto-foto di depan patung Garuda maupun patung Wisnu. Untuk diketahui, landscape di sekitar patung ini bagus banget! Cocoklah buat Anda yang gemar motret landscape seperti aku. Hehehe..
Satu lagi, sebenarnya ada acara hiburan berupa tarian dan teater di sekitar patung Garuda/Wisnu ini yang dapat dinikmati dengan gratis. Namun berhubung acaranya dimulai saat Magrib tiba, kami pun tidak dapat menyaksikannya. Mengapa kalian bertanya? Tentu saja untuk melanjutkan jadwal padat kami ke destinasi selanjutnya: Menyaksikan pentas tarian Kecak di Uluwatu. ^^;

Uluwatu – There’s an Awesome Performance of Kecak Dance Here
Yang kami kejar di sini adalah tarian Kecaknya. Sumpah sampai deg-degan tadi di mobil dengan mulut komat-kamit berdoa agar tidak terlambat menyaksikan tarian Kecak ini. Performance Tarian Kecak di Bali yang paling terkenal ya di Uluwatu ini. Tiket per kepala untuk menyaksikan tarian dipatok Rp70.000,-. Itu terbilang mahal untuk sebuah pertunjukan tari di luar ruangan.
Pukul 17.30 kami tiba di Uluwatu. Sesampainya di sana kami mengalami kesulitan mencari tempat parkir akibat ramainya lokasi wisata yang satu ini. Setelah mendapat tempat parkir, kami pun bergegas ke pentas tarian.
Di perjalanan ada hal yang lucu terjadi. Yani yang saat itu mengenakan gaun berwarna kuning tiba-tiba diserang oleh monyet-monyet di Uluwatu. Okay, dipeluk mungkin lebih tepatnya. Hihihi. Sayang sekali, aku dengan kameraku terlalu terpukau (baca: terpingkal-pingkal) sampai gagal mengabadikan momen liar ini. Hehehehe. Well, jadi pesan moralnya, saat ke Uluwatu yang terkenal banyak monyet liar nan bandel, jangan berani-berani deh menggunakan pakain berwarna kuning yang dengan sekejab menarik perhatian monyet-monyet tersebut. Satu lagi, jika tidak penting, kacamata kalian please dilepas aja, kalo ga mau disambet monyet. XD
Back to topic, tibalah kami di lokasi pementasan Tari Kecak Uluwatu. Setelah membeli tiket, kami pun masuk ke arena pertunjukan dan tersentak melihat keramaian lokasi pertunjukan ini. Acara dimulai masih sekitar 15 menit lagi, namun seluruh bangku penonton telah terisi dengan penuh sesak. Luar biasa! Untung saja kami mendapatkan tempat di bagian atas. Tempat yang kami peroleh kurang strategis sebenarnya. Tapi tidak masalah, selama bisa menyaksikan tarian dengan lancar dilatarbelakangi sunset Ulutwatu yang menyejukkan. 
Tema tarian yang mereka ambil adalah Kisah Rama dan Sinta yang turut menampilkan karakter epik Hanoman. Pentas tarian berjalan sekitar satu setengah jam. Secara keseluruhan saya sangat menikmati pentas tarian ini. Mereka yang melakoni tarian ini juga terlihat begitu serius dan memerankan acting mereka dengan sangat baik. Selain itu, mereka juga sangat menghibur penonton dengan anekdot yang segar dan seringkali tak dapat kita duga. Bayangin aja, Hanoman yang tiba-tiba muncul di tengah penonton mempertontonkan aksi kocaknya “mengganggu” penonton yang tengah serius menyaksikan pertunjukkan. Tidak jarang juga Hanoman membuat balita yang menyaksikan acara ini menangis tersedu-sedu, takut dengan makhluk yang satu ini. Hahahaha.
Oiya, bagi yang belum mengetahui, Tari Kecak adalah tarian yang berbeda dengan tari-tarian pada umumnya. Tarian ini tidak diiringi alat music sama sekali. Background sound hanya berasal dari suara 40-50-an orang lelaki yang meneriakkan “cak-cak-cak” secara berkejar-kejaran. Unik dan menarik.
Jadi, jika sekarang kalian bertanya apakah tiket seharga 70 ribu rupiah itu worth it atau tidak, jawabannya adalah it’s worth every pennies. Apa yang mereka pertontonkan adalah pertunjukan kecak yang luar biasa. ^^

Bali, Hari Ketiga, 18 Maret 2013
Hari ketiga di Bali kami isi dengan menghadiri resepsi pernikahan Mba Eka dan Bli Ijus di daerah Bangli. Setelah itu kami berkeliling Bali mencari cendera mata buat teman-teman di Jakarta. Pusat oleh-oleh Bali pun menjadi sasaran kami. Krisna sebagai yang terpopuler menjadi ajang kami menghabiskan rupiah membeli aneka ragam jajanan khas Bali, mulai dari kacang koro, kacang disco aneka rasa, kacang asing Rahayu, pia susu, dan lain sebagainya.
Setelah puas berbelanja, kami segera bergegas mencari tempat shalat sekaligus tempat makan malam. Tempat yang kami tuju adalah sebuah resto dengan live music di kawasan Kuta Bali. Makanannya sih decent, ga begitu enak tapi juga ga terlalu buruk. Lumayan. Namun yang menarik adalah suasananya, terutama live music-nya itu. Pengunjung diperbolehkan bersenandung di sini. Menarik bukan? Hmmm, jika ingatan saya tidak mengkhianati saya, nama restonya adalah Ayam Plengkeng Kuta, Bali.
Setalah puas mengisi perut, kami pun segera bergegas ke bandara, mengejar pesawat yang akan membawa kami pulang ke Jakarta. Setibanya di bandara kami pun berpisah dengan Bli Wayan yang setia mengantarkan kami tiga hari ini. Setelah itu kami masuk ke bandara, check-in, menunggu pesawat Air Asia yang akan mengantarkan kami pulang ke Jakarta… In the end, pengalaman di Bali ini sungguh mengesankan! ^^

Sampai jumpa Bali.. Sampai ketemu lagi di lain kesempatan! ^_^

Kamis, 14 Maret 2013

Kebakaran Kantor Musibah atau Anugerah?

Sesuai judul entri kali ini, telah terjadi insiden memilukan pagi ini di kantorku, yup, kebakaran! Pada awalnya, saat pertama kali menginjakkan kaki di kantor pagi ini semuaya tampak biasa, kecuali ada segelintir orang yang menunjukkan keramaian tidak biasa di depan lobi kantor. Namun otakku yang masih waras ini tentu tidak akan berpikir sejauh itu bahwa apa yang sesungguhnya terjadi adalah insiden kebakaran.
Kondisi di depan lobi kantor, menampilkan beberapa mobil pemadam kebakaran
Sehabis memarkir motor di basement 2, aku segera naik ke atas untuk absen fingerprint. Di dalam lobi kantor ternyata dipenuhi para pegawai yang tampak gelisah. Sontak firasatku menjadi tidak enak. Aku segera mencari kenalan, lalu bertanya ke ybs mengenai apa yang terjadi. Beliau pun menjelaskan bahwa telah terjadi kebakaran di lantai 27 dan 28 yang mengakibatkan power generator gedung utama (gedung tempatku bekerja) rusak dan tak dapat berfungsi sama sekali. Alhasil, listrik padam, lift tak dapat diakses, dan ruangan lobi itu dipenuhi bau asap yang menusuk sampai ke paru-paru. Tak lama kemudian, seluruh pegawai diminta oleh petugas keamanan untuk keluar meninggalkan lobi demi keselamatan masing-masing. Kami pun bergegas keluar menunggu tanpa ada kepastian. Seperti perkiraan, mobil pemadam kebakaran pun tiba dan parkir di depan kantor kami.

Sampai pukul sebelas ngalor-ngidul di 'teras' kantor sambil menunggu kepastian, kami bertiga, aku, dian, dan mbak yayuk pun memutuskan untuk beranjak ke tempat makan untuk makan siang tentunya sekalian menunggu listriknya nyala. Tempat makan yang kami tuju adalah sebuah warung dengan masakan khas manado yang tentu tidak akan saya bahas mendalam di entri ini. Lanjut, jadi kita makan di sana sampai pukul 13.00 kemudian tersiar kabar bahwa berdasarkan hasil rapat seluruh kasubdit Tata Usaha dan bidang kepegawaian kantor, diputuskan bahwa hari ini gedung tidak dapat dipergunakan dan diharapkan kepada pegawai untuk stay di kawasan kantor menunggu absen sore. Yup, kewajiban absen sore tetap ada, jadi kantor tidak 'libur' seutuhnya. Menyikapi hal ini sebagian pegawai memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan plasiran ke mall-mall atau tempat hiburan sekitar kantor. Lucu, mengingat ini adalah jam kerja yang tidak sepantasnya dipergunakan dengna demikian. Nah, sebagian lagi memutuskan untuk pulang menunggu jam absen sore tiba. Yang masih menunggu di kantor saat ini hanya sebagian kecil, sangat kecil, pegawai yang harus saya akui punya integritas dan loyalitas yang luar biasa. *angkat topi*
Beberapa pegawai teladan yang masih setia menunggu

Saya sendiri? Saya tidak dapat menahan godaan untuk menghabiskan waktu itu di kost dengan anggapan bahwa menunggu di kantor tanpa ada kegiatan berarti juga sama saja bohong dan jauh lebih tidak efisien.
Sekian kronologis insiden kebakaran tersebut. Saatnya kembali ke topik permasalahan kita, apakah insiden tersebut sebuah musibah atau sebuah anugerah? Atau mungkin sebuah musibah yang membawa anugerah?
Dari tempat aku memandangnya, insiden kebakaran yang terjadi secara tiba-tiba ini adalah suatu musibah yang dahsyat efeknya. Bayangkan saja, seharian kami dibiarkan idle tanpa melakukan kegiatan produktif apapun. Apapun! Masalahnya adalah pekerjaan hari ini itu hanya akan menambah kerjaan di hari-hari berikutnya. Idle hari ini sama saja dengan lembur hari esoknya. Siapa yang menginginkan hal demikian? Bukannya segala sesuatu telah diatur sedemikian rupa sesuai porsinya masing-masing? Porsi double kerjaan dalam satu hari sama saja dengan bunuh diri secara perlahan, methaporically.
Well, aku yakin tidak hanya aku yang merasakan hal demikian. Pasti banyak pegawai lain yang merasakan ketidaknyamanan ini. Tapi ya namanya juga musibah ya. Kebanyakan tidak dapat kita antisipasi sebelumnya sehingga untuk menghadapinya kita perlu banyak-banyak bersabar dan mencari hikmah yang terselip dari musibah tersebut.
Nah, yang selanjutnya menjadi sorotan adalah segelintir pihak yang menganggap insiden ini sebagai anugerah. Mengapa? Sebab insiden ini secara legal memperbolehkan mereka plesiran di luar kantor pada jam kantor. Apakah ini salah? Tentu tidak ada yang dapat mempermasalahkan mereka, sebab kebijaksanaan pihak berwenang sendiri yang 'melegalkan' tindakan mereka. Namun dari sisi hati nurani, jelas mereka salah. Tidak selayaknya kita tertawa bahagia atas sebuah musibah yang terjadi.
Well, semua ini pada akhirnya kembali ke nurani kita masing-masing. Apakah kita melakukan hal yang benar atau hal yang keliru adalah kita sendiri yang menilainya.

Sekian entri kali ini, semoga ada hikmahnya bagi kita semua.
Wassalam.

Sabtu, 02 Maret 2013

Good-bye February, Welcome March!

Tanpa terasa Februari telah berakhir. Begitu banyak kejadian penting yang terjadi bulan ini: jalan bareng teman Aksel di Bandung dan mengunjungi kawah putih Ciwidey, kelulusan D-IV, pindah kost, ganti casing komputer, serta hal-hal lain yang tidak perlu kusebutkan secara rinci di sini, but the thing is, bulan kedua tahun 2013 ini telah menjadi salah satu bulan penuh memori yang akan selalu kukenang di masa-masa mendatang. :)

Satu hal yang sedikit kusesalkan melepas Februari adalah minimnya jumlah buku yang habis kubaca bulan ini. Sedikit mengecewakan sebenarnya mengingat awal tahun 2013 saya bertekad untuk membaca setidaknya 3-4 buku dalam satu bulan kalender. Sementara yang terjadi, bulan ini hanya satu buku yang sempat (disempatkan, actually) dibaca: Antologi Rasa, sebuah novel metropolis buah tangan Ika Natassa. Namun di akhir setiap penurunan harus ada peningkatan, bukan? Then, let's smack up some books this month! ^^

Welcome March. Please be kind to us. :)